Kay tidak terlalu berselera untuk memakan makan siangnya, karena tadi di kampus dia sudah makan bakso yang tentunya kini masih terasa kenyang di perutnya. Kay melirik pada Vin yang makan dengan lahap, hingga tanpa sadar sudut bibirnya ikut tertarik membentuk senyuman untuk laki-laki itu.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Vin selesai makan.
"Makan kok lelet banget sih! Dan ini kenapa juga coba, bawa aku kesini, cuma buat liatin kamu makan siang doang?!" Kay merenggut menatap Vin yang hanya menampilkan senyumannya.
"Kan gapapa kalau sekali-kali makan siang bareng calon istri?!" tanya Vin dengan senyuman menggoda pada Kay.
"Mimpi!"
^_^
Kay pulang di antar oleh Ronald. Vin tidak ikut, karena Evan mengatakan padanya akan ada rapat setelah makan siang ini, dan juga Vin harus segera pulang ke rumahnya karena kedua orangtuanya sudah kembali ke tanah air, setelah puas berlibur beberapa hari belakangan ini.
Kay tiba di depan kosannya, lalu turun dari dalam mobil yang ia tumpangi, gadis cantik itu langsung masuk kedalam rumah dan berjalan menuju kamar. Sedangkan Ronald kembali ke kantor Vin setelah memastikan Kay benar-benar masuk kedalam rumahnya.
Kay merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Dia menatap langit-langit kamar. Memikirkan perkataan Vin tadi.
'Kamu beneran ga mau nikah sama aku? Padahal aku pengen tanggung jawab sama kamu?!'
Kay menggelengkan kepalanya memikirkan setiap perkataan Vin.
'Kalau kamu hamil gimana?' kalau soal hamil Kay merasa dia tidak akan hamil karena mereka hanya berhubungan satu malam saja, tapi entah berapa kali, Kay tidak ingat, di tambah lagi dia sudah membeli Pil pencegah kehamilan.
Tapi walaupun sekeras apapun Kay menolak sesuatu yang tidak dia inginkan untuk terjadi, tapi jika Tuhan menginginkannya, maka tidak ada yang mustahil.
'Terus kalau nanti saudara kamu tau gimana?' Kay terdiam karena itu.
Oh iya, ngomong-ngomong tentang Abangnya, kini bagaimana ya kabar laki-laki itu? Bagaimana keadaannya selama beberapa hari belakangan ini, karena Kay tidak menelepon sang kakak beberapa hari belakangan ini. Dia tidak ingin kakaknya merasa khawatir kalau dia menelepon dan mendengar suaranya yang kala itu serak karena menangis, bisa-bisa laki-laki itu akan memutuskan untuk pulang dan melihat kondisi Kay secara langsung. Dan Kay sadar diri untuk tidak melakukan hal itu karena dia juga tau bagaimana sibuknya sang kakak.
Kay melirik pada jam yang tergantung di dinding tembok kamarnya. Ini masih jam kerja, dan Kay tidak mau menganggu kakaknya yang saat ini pasti sedang berada di kantor. Baiklah, sebaiknya dia menelepon nanti saja.
'Oh iya, kenapa ya aku bisa sampai tidur sama Vin waktu itu?'
Kay mengingat-ingat saat dia yang waktu itu berjalan pulang dari supermarket. Berjalan sendirian hingga ...... Ah Kay tidak ingat lagi. Gadis itu terus mencoba untuk mengingat-ingat, tapi karena memang dasar ingatannya saja yang kurang baik untuk mengingat peristiwa menyedihkan itu membuat Kay menjadi kesal. Ia hanya ingat, kalau saat itu hari sudah benar-benar gelap dan dia berjalan sendiri pulang dari supermarket, dan setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi kecuali ketika dia terbangun pagi dengan kondisi tubuh yang tidak terbalut oleh sehelai benangpun, bersama laki-laki tampan bernama Vin dengan keperawanannya yang sudah di renggut oleh Vin.
^_^
Vin masuk kedalam rumahnya. Para pelayan yang memang sudah menunggu kedatangan laki-laki itu menunduk hormat tatkala tuan muda dari keluarga kerajaan bisnis Zachary itu berjalan melintasi mereka untuk menghampiri kedua orangtuanya yang sedang duduk di ruang keluarga.
"Pa ... Ma...," sapa Vin dengan riang. Dia berjalan mendekat pada Mamanya lalu memeluk wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik itu dan mencium pipinya sekilas. Tapi yang Vin heran, kenapa Mamanya tampak marah pada dirinya dan seperti mengabaikan dia? Dan juga dia melihat tatapan tidak bersahabat dari sang papa yang melirik tajam padanya membuat Vin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali, lalu duduk diam dengan senyum yang masih bertahan di kedua pipinya.
"Kenapa sih pa? Ma? kok ngeliatinnya kayak gitu banget?" tanya Vin canggung. Di tatap sedemikian rupa membuat Vin gugup, dia seperti orang yang baru saja tertangkap basah sedang mencuri saja.
"Kapan kamu mau bawa perempuan itu kemari?" tanya Al pada Vin langsung to the point tanpa basa-basi membuat Vin sedikit terkejut. Sedangkan sang istri hanya melihat keduanya dalam diam.
"Perempuan siapa pa?" tanya Vin. Dia masih belum mengerti dengan apa yang di maksud papanya ini. Dan perempuan mana yang di maksud sang papa, karena seingatnya perempuan yang berkencan dengannya cukup banyak dan tidak akan bisa di hitung dengan jari.
"Perempuan yang waktu itu di hotel XX sama kamu?!" ujar Al menatap tajam anaknya. Sedangkan Vin yang kini sudah mulai mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh papanya itu hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Papa tau dari mana?" tanya Vin yang mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Bukannya takut, Vin malah sepertinya senang dengan pertanyaan papanya itu. Berarti Papa-nya mengizinkan dia untuk bersama dengan Kay dan membawa gadis itu kerumah besar ini.
"Gak usah tanya papa tau darimana! Pokoknya papa tanya, kapan kamu mau bawa dia kesini?" tanya Al menatap tajam Vin.
"Papa serius?" tanya Vin lagi. "Lagian, dia juga gak mau dekat sama aku pah, bahkan dia udah nolak aku tadi!" Vin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada kedua orangtuanya itu. Ah, jika di mengingat penolakan Kay tadi membuatnya merasa semakin tertantang untuk mendapatkan gadis itu.
Karena Vin tau, kalau selama ini sang papa pasti masih memantau dirinya, apa saja yang dia lakukan pasti Papa-nya tau, walaupun dia pergi berlibur dengan sang istri kemampuan.
"Pokoknya papa gak mau tau, kamu harus bawa dia kesini dan tanggung jawab! Papa sama Mama tau dia masih perawan saat tidur sama kamu, tidak seperti perempuan-perempuan lain yang kamu tiduri itu!" Al mengatakan dengan tatapan sengit membuat Vin sedikit gugup.
"Hehe...," hanya itu yang keluar dari mulut manis Vin. Dia tidak menyangka jika Papa-nya juga tau kalau dia suka bermain wanita di luaran sana.
"Jangan cuma cengengesan kamu! Papa serius!" ujar Al.
"Iya pa," ucap Al. "Aku bakal berusaha untuk bawa dia kesini sesuai keinginan papa dan mama." Al beserta istrinya hanya tersenyum tipis saat mendengar perkataan putranya itu lalu saling memandang satu sama lain. 'Berhasil!'
^_^
Vin menghubungi Evan untuk menemaninya menemui Kay, karena dia tau pasti sebentar lagi gadis itu akan pergi bekerja, dia berniat untuk mengantarkan Kay ke tempat kerjanya.
Vin keluar dari dalam rumah megah itu lalu masuk kedalam mobil. Evan sudah berdiri disana dengan wajah datarnya menatap Vin tanpa ekspresi.
"Itu muka Lo bisa biasa aja gak? Merinding gue!" tidak ada jawaban dari Evan, membuat Vin menggelengkan kepalanya menatap Evan kesal. Mobil melaju meninggalkan pekarangan rumah mewah itu.
"Evan..," panggil Vin singkat.
"Hmmm?" sahut Evan tanpa menoleh sedikitpun pada Vin.
"Oyy?"
"Apa tuan?" Evan menjawab dengan nada seperti orang yang sedang menahan kekesalannya.
"Bisa ga sih, Lo itu ngomongnya itu santai aja? Ga kaku kek begini?" Evan hanya diam tanpa menjawab pertanyaan yang menurutnya tak bermutu dari Bos sekaligus temannya itu, membuat Vin semakin kesal.
"Au ah, gelap!" -_-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesif Bastard
RomanceVin bukanlah pria kaku yang datar dan dingin. Dia hanyalah si Casanova Bastard yang posesif pada Kay. Malam panas yang mereka lalui bersama, menjadi awal baru bagi kehidupan Kay. Bagaimana Si Bastard Vin yang selalu mengganggunya, di tambah lagi de...