8. Aku ingin menikahi mu

387 9 0
                                    

Mobil Vin tiba di depan pagar rumah kontrakan Kay. Dia turun dari dalam mobil diikuti oleh Evan di belakang. Vin memantapkan diri untuk bertemu dengan Kay lagi, setelah penolakan yang diberikan oleh perempuan itu tadi siang pada dirinya membuat Vin semakin berusaha untuk dapat menaklukkan hati gadis cantik itu.

Tok tok tok...

Evan mengetuk pintu rumah Kay beberapa kali, tapi tidak ada sambutan dari pemilik rumah. Hanya lengang, seperti tidak ada orang. Evan melihat pada celah-celah kaca jendela yang tidak tertutup gorden, seperti tidak ada orang didalamnya.

Evan mencoba untuk mengetuk pintu beberapa kali lagi, tapi masih tidak ada sahutan. Tapi saat keduanya hendak melangkah pergi menuju mobil, tiba-tiba pintu rumah Kay terbuka dengan menampilkan sosok Kay yang tampak acak-acakan seperti orang yang baru bangun tidur. Untuk sejenak Vin terpesona dengan penampilan alami dari gadis itu. Benar-benar menggemaskan.

Melihat ada Vin dan Evan di depan pintu rumahnya membuat Kay memicingkan mata.

"Ngapain kalian ada disini?" tanya Kay dengan tatapan tajam yang menghunus. Vin tampak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sedangkan Evan tetap setia dengan wajah datarnya.

"Kay...," Kay melirik pada arah sumber suara yang tak lain adalah Aileen yang baru saja tiba di rumahnya. Gadis cantik itu tampak biasa saja melewati kedua laki-laki tampan yang berkarisma itu. Dia mendekat pada Kay lalu menatap pada dua laki-laki yang masih berdiri didepan pintu rumah Kay.

"Ngapain bengong didepan pintu, sini masuk?!" Aileen membukakan pintu rumah Kay lebih lebar lagi dan menyuruh masuk kedua laki-laki itu sudah seperti tuan rumah saja, membuat Kay menjadi kesal.

"Len!" peringat Kay, tapi tampak temannya itu tidak menghiraukan perkataannya.

"Bapak Vin yang terhormat mau minum apa?" tanya Aileen sopan, lalu dia melirik pada Evan dengan tampang yang malu-malu, sedangkan pria itu tetap pada mimik wajah datarnya.

"Tidak usah!" jawab Vin singkat. Aileen mengangguk, sedangkan Kay menggerutu di sampingnya.

'Kay, ngapain bapak ganteng nemuin Lo?' bisik Aileen pada Kay. Kay hanya menggedikkan bahunya acuh pertanda dia juga tidak tau maksud kedatangan Vin kemari. Bukankah tadi siang mereka sudah bertemu, lalu mau apa lagi laki-laki ini padanya? Kay mengerling kesal memikirkannya.

"Jadi kalian mau apa kesini?" tanya Kay ketus. Vin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ngapain garuk kepala mulu sih? Banyak kutu ya?" tanya Kay kesal. Sedangkan Evan langsung menyemburkan tawanya mendengar perkataan Kay. Sedangkan Vin tampak terkejut mendengar perkataan Kay.

'Haduh, berani sekali gadis ini.' Evan menggelengkan kepalanya memikirkan perkataan Kay yang terlalu berani barusan.

"Enak aja! Rambutku ini gak ada kutu ya, bahkan ketombe aja gak ada. Shampo nya mahal!" ujar Vin sedikit kesal. Enak saja, rambutnya yang bersih dan wangi ini di bilang banyak kutu. Di menggaruk kepala kan karena gugup, dan tidak tau harus bicara apa, terlebih lagi ada Aileen juga disini.

"Ya terus, kenapa garuk kepala mulu?" tanya Kay kesal. Ah sudahlah, jika berhadapan dengan laki-laki yang bernama Vin ini, pembawaan Kay selalu saja kesal. Mengingat apa yang pernah dia lakukan bersama Vin.

"Aku mau bicara tentang kita!" ujar Vin memberitahu. Matanya melirik pada Aileen, setelah itu dia melirik pada Evan. Laki-laki dengan wajah datar itu lantas langsung paham dengan apa yang diinginkan oleh tuan muda.

"Nona Aileen, bisa temani saya ke depan?" tanya Evan dengan bahasa formal membuat Vin menggeleng.

Aileen yang diajak seperti itupun langsung berbinar. Dia mengangguk cepat melupakan pertanyaan yang sedari tadi bersarang dalam kepalanya. Lantas dia berdiri, berjalan mendahului Evan untuk keluar dari dalam rumah meninggalkan Vin dan juga Kay berdua disana.

"Jadi kamu mau ngomongin apa?" tanya Kay ketus. Vin mengatur nafasnya sejenak, lalu memantapkan diri untuk bicara langsung pada Kay.

"Ayo cepat, aku mau pergi kerja!" ujar Kay masih dengan suara yang ketus.

"Aih gadis ini!" gerutu Vin kesal.

"Orang tuaku menyuruhku untuk melamarmu!" ujar Vin memberitahu dengan satu tarikan nafas.

"APA??" ucap Kay terkejut. "Tau darimana orang tuamu?" tanya Kay kesal.

"Mereka selalu mengawasi aku, dan tadi mereka bilang untuk aku harus membawamu pada mereka lalu menikah!"

"Tidak bisa begitu! Lagi pula aku harus bicara dulu pada kakakku! Dan juga aku belum siap!"

"Tapi mau bagaimana lagi, mereka menyuruhku untuk menikahimu!"

"Tapi aku tidak mau!"

"Bagaimana jika nanti kau hamil?"

"Itu tidak akan mungkin terjadi!"

"Apa kau yakin? Hanya karena sudah minum pil itu? Bagaimana jika tuhan berkehendak lain?"

"Sudah, cukup bicaramu! Aku tidak mau mendengar itu! Lagi pula aku belum bicara dengan kakakku!"

"Dimana kakakmu?"

"Di Surabaya!"

"Bekerja?"

"Tentu saja bekerja! Kau kira mau apa dia merantau kesana?" Kay masih saja bicara ketus pada Vin, membuat laki-laki itu menghela nafas. Baiklah, sepertinya dia memang sudah di cap buruk oleh Kay.

"Apa pekerjaannya?������� tanya Vin. Kay terdiam menatap Vin memicing.

"Kenapa kau banyak tanya?" lagi-lagi Vin menghela nafas. Kenapa gadis didepannya ini sensi sekali pada dirinya?

"Kay..., aku bertanya seperti itu, mau menanyakan pada kakakmu!" Kay terlihat sedikit terkejut dengan perkataan Vin.

"Mau melamar ku?" eh? apa yang dia katakan? Melamar? Kay merutuki bibirnya yang bicara sembarangan.

"Kau mau aku melamarmu pada kakakmu?" Vin menyertai seringai kecil kala dia bertanya pada Kay yang tampak memasang wajah juteknya itu.

"Tidak!" ujar Kay singkat.

"Lalu?" Vin menaikkan alisnya menggoda.

"Tadi kan kau bilang orang tuamu menyuruh kita menikah? Jadi..?" Kay tidak melanjutkan pertanyaannya. Dia diam menatap pada Vin yang juga terdiam.

"Iya! Aku ingin melamarmu pada kakakmu, jadi apa boleh aku tau, dimana kakakmu bekerja?" Vin mengatakan dengan mimik wajah yang serius. Dia menatap Kay dalam. Seakan mengatakan kalau dia tidak main-main dengan ucapannya.

"Dia bekerja di kantor cabang Zachary grup di Surabaya!" jawab Kay akhirnya. Tapi tunggu? Zachary Grup? itu berarti dia bekerja pada perusahaan Vin. Baiklah, Kini jalan Vin untuk membawa Kay menuju Pernikahan semakin mudah, semoga saja kakak Kay tidak mempersulit jalannya untuk memperistri Kayana.

"Hah? Benarkah?"

"Iya! Memangnya kenapa?"

"Tidak! Aku akan bicara pada kakakmu secepatnya!"

"Tunggu dulu, kau tau tempat kakakku bekerja?" Kay menatap Vin curiga.

"Tentu saja!"

.....

My Posesif BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang