"Bilang ke 'orang lain'?" ulang Giyuu tidak percaya. Kenyataannya, meski belakangan Shinobu ingin bicara, ada saja yang mengganggu mereka, sehingga ide cemerlang---menurut Shinobu---ini baru bisa tersampaikan di penghujung Oktober.
"Iya, kan? Malah lebih cepet bakal lebih baik."
"Terus, orang lain bakal percaya?"
"Itu... bisa, kan, kalo kita jelasin dengan sejelas-jelasnya?" Shinobu sendiri ragu, dan dia tidak dapat menyembunyikannya dari Giyuu.
"Shin," panggil Giyuu pelan. "Lo pikir berapa orang yang bakal percaya dengan sukarela kalo ada cewek-cowok ketuker raga?"
Giyuu benar. Seandainya dia tidak mengalaminya sendiri, Shinobu pun tidak akan percaya. Dan dia---mereka, tahu betul orang lain juga tidak.
"Tapi," bantah Shinobu akhirnya. "Kita nggak akan bisa balik kalo kita diem-dieman aja, Yuu."
"Kita... kita bisa nunggu."
"Dan kalo sampe kapan pun kita nggak balik?" tanya Shinobu retoris. Giyuu diam.
Lebih jauh lagi, Giyuu tahu dia kembali jadi egois. Giyuu hanya tidak ingin orang lain tahu rahasianya dengan Shinobu, mungkin memang hanya karena itu.
"Lo mau bilang ke siapa?"
"Siapa lagi kalo bukan anak astro?"
"Serius?" Giyuu mengangkat alis. Ekskul astronomi di sekolah mereka memang ada dan cukup aktif, tapi bagi Giyuu itu kurang meyakinkan.
"Dan gue juga udah coba baca-baca. Tapi, sekalipun kita 'mungkin' tau solusinya, kota butuh pembanding lain, Yuu, buat bantu kita liat dari sisi yang beda."
Kata-kata Shinobu jelas masuk akal. Anak itu mengusak rambutnya, membuatnya berantakan. "By the way, lo ngerasa aneh lagi?"
"Nggak. Kenapa emangnya?"
"Gue juga nggak. Inget Juli lalu? Gue rasa kita ngerasa aneh waktu itu karena pertama kali. Mungkin... sekarang kita jadi lebih terbiasa?" ujar Shinobu, menggerakkan tangan kanannya.
"Iya."
"Lo kenapa, sih?"
"Ng---"
"Berhenti bilang nggak apa-apa!" desak Shinobu.
"Gue cuma ragu soal masalah ini."
Shinobu membuka mulut untuk menjelaskan, tapi dia menutupnya lagi. "Sebenernya gue juga."
"Dan kenapa lo tadi bisa ngeyakinin gue, kalo gitu?" kata Giyuu sebal.
"Karena lebih baik kita nyoba daripada diem doang!" Shinobu menepuk lantai di bawah kakinya. "Gue juga tau sumber khawatir lo, dan gue yakin lo juga ngerti. Tapi kita nggak bisa selamanya diem, Yuu. Kita butuh kembali masing-masing."
Lama, hingga akhirnya Giyuu tidak bicara lagi.
***
Shinobu berhasil membuat Giyuu tidak membantah saat mereka berpisah petang itu.
Setelah mandi dan menyelesaikan pekerjaan rumahnya, Shinobu dan mengecek ponsel yang sempat ia tinggalkan tadi.
shinobu sebisanya lo aja kak
🐑 Udah kelar si urusan Senin?
shinobu ekskul
lagian anak" yang lain gimana?
🐑 Nggak mau ketemu sm gue aja? </3
shinobu serius
🐑 Tuhan yang udh taken galak bgt :( Selasa Gak rame, cuma berempat paling Bukan hari ekskul tp Mau ngapain sih?
shinobu kepo deal selasa makasi kak
🐑 urwell <3
Saat Giyuu bertanya bagaimana Shinobu berhasil dengan cepat menemukan apa yang mereka butuhkan, cewek itu hanya bergumam tidak jelas---karena Giyuu bisa bertingkah aneh lagi kalau tahu siapa yang ia hubungi, mengingat ada banyak siswa lain di ekskul astronomi selain orang yang dihubungi Shinobu.
"Semoga semuanya lancar, ya?"
***
"NAH NICE!"
Giyuu terengah, menggenggam lututnya, tetapi tampak puas.
"Lo lebih kece dari yang kemaren, Yuu!" puji Akaza tulus. Tidak heran dia jadi kapten juga, sih. Akaza punya kemampuan yang baik dalam banyak hal.
Tentu saja, batin Giyuu dalam hati.
Dia terduduk di pinggir lapangan, menyaksikan Akaza yang bicara dengan pembina ekskul mereka---Pak Hantengu---dan beberapa anak yang bertukar posisi untuk bermain.
"Nice shoot."
Cowok itu menoleh, melihat cewek bersurai hitam keunguan tersenyum padanya, mengulurkan handuk dan sebotol minuman ion. Dia mengangkat alis.
"PMR?"
"Oh, nggak terlalu berat hari ini." Shinobu mengangkat bahu. "Tuh, kan, sehebat apa pun atau sebagus apa pun gue, yang asli tetep paling bagus."
Giyuu memindahkan botolnya dari tangan yang satu ke tangan lain, "Jelas."
"Anjir, nggak bisa dipuji."
Giyuu tertawa. Tidak lama, seperti yang biasa terjadi.
"Makasih, Shin."
"Buat?" Shinobu melirik Giyuu yang tengah menenggak minumannya.
"Mm, segalanya?" Giyuu balik bertanya, memandang Shinobu yang sedang merapikan rok seragam, memastikan angin tidak memainkannya. "Kadang gue masih mikir, aneh banget kita bisa jadi begini.
"Ini mungkin rada berlebihan, tapi gue kayak nggak ngapa-ngapain, ya? Secara dari kemaren lo melulu yang ngambil inisiatif."
Itu... salah.
"Jangan lupa," respon Shinobu. "Gue juga bisa kayak sekarang berkat lo."
Dia berdiri, menyembunyikan sedikit rona di pipinya. Tanpa memandang Giyuu sama sekali, Shinobu melanjutkan dengan lirih sebelum berbelok di koridor, "Karena kita selalu begitu, Yuu."
___
NOW PLAYING : [Marion Jola - Rayu] ___
t/n : semoga nggak terlalu cringe banget yatuhan anjirt pusing
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ada yang hari ini masuk? (masuk apa kek, sekolah, ngampus, kerja) masih online apa offline? pokoknya slamat pagi smua, have a nice day 🏃🏃🏃