Shinobu menjatuhkan tubuh di kasur empuk Giyuu, merasa lega luar biasa. Hari ini jelas bukan hari yang amat baik, namun dia bersyukur, setidaknya tidak terjadi hal yang tidak ia inginkan. Hal yang tidak mereka inginkan, mungkin lebih tepat.
"Kak!" Makomo tiba-tiba saja menggedor pintunya, membuat Shinobu terlonjak.
"Apaan?" Shinobu buru-buru berjalan ke pintu, membukanya dengan heran.
"Itu, Kak Tanjiro dateng."
"Hah?" Perlu waktu bagi Shinobu untuk mengerti. "O-oh, iya, bilang gue turun bentar lagi..."
Giyuu membanting pintunya tepat di hadapan Makomo, membuat gadis itu menggerutu kesal.
Tanjiro nyari Giyuu, mau ngapain? Shinobu buru-buru mengambil ponselnya, menelepon cowok itu.
"Apaan?" Di dering ketiga, telepon itu terjawab. Mengabaikan nada suara Giyuu yang terdengar mengantuk, Shinobu memborbardirnya dengan banyak pertanyaan. "Oh, iya, gue lupa si Tanji bakal ngajak. Kemaren dia chat gue si--- kalem, Shin, nggak ngapa-ngapain kok. Cuma mastiin gue jadi ikut klub basket anak-anak kelurahan atau nggak. Soalnya nanti---"
"Ish jangan bilang soal nanti, ini dia di bawah, anjir!" Shinobu hampir mengentakkan kaki. Kenapa Giyuu selalu curhat di saat yang tidak tepat, sih?
"Oke, oke. Lo nggak perlu ngapa-ngapain. Cuma tanda tangan aja."
"Nggak boleh nolak apa?"
Giyuu tahu alasan Shinobu mau menolak. Alasan dia dan Shinobu selalu bergiliran mendapat ranking satu dan dua, adalah mereka punya satu kelemahan. Shinobu olahraga, Giyuu soal sosialisasi dengan teman-temannya.
"Nggak bisa. Gue udah terlanjur bilang... Lagian siapa tau pas ada tanding, kita... eh, udah balik, kan?"
Shinobu mengamini, tapi tidak menjawab. Dia mengucapkan terima kasih dengan singkat, lalu turun dan melihat adik kelasnya duduk manis di ruang tamu, mengobrol dengan Sabito.
"Eh, Yuu. Lo jadi ikut kan?" tanya Sabito. "Males gue kalo lo nggak. Nggak bisa nebeng." Sabito tertawa.
"Kan lo punya motor sendiri," cibir Shinobu.
"Dia mau pacaran sama Shinobu." Sabito memberi tahu Tanjiro yang tampak tertarik.
"Kagak, anjir!" Dia beralih pada Tanjiro, menatapnya agak sebal. "Mana, Tan?"
"Hah?" Baik Sabito maupun Tanjiro menatap tak mengerti.
"Itu... tanda tangannya, kan?"
"Oh, iya..." Tanjiro mengeluarkan sesuatu dari map hijau yang dibawanya.
"Yang ikut siapa aja, sih?"
"Anak-anak kelurahan, Bang, biasa. Nanti sisanya bakal diurus Pak Ubuya, kalo lapangan kan di kompleks tengah ada..."
Kelurahan mereka terbagi menjadi tiga kompleks. Tidak ada angkanya, cuma disebut awal, tengah, akhir. Jelasnya, tidak kreatif sama sekali.
"Mui juga ikut?" tanya Sabito penasaran.
"Ikut, soalnya si Yui mau, Bang, jadi dia maksa Mui juga."
Kembar Tokito seangkatan dengan Tanjiro, dan salah satunya---Muichiro, adalah yang paling mager.
"Lo, Zenitsu, Inosuke, Mui, Yui, Tengen, Gyomei, Kyojuro, Obanai, Sabito, gue, Yushiro ..." Shinobu menyipitkan mata. "Lah, Bang Sanemi ikut?"
"Iya, dia bilang kemaren mau ikutan buat ngisi waktu," jawab Tanjiro.

KAMU SEDANG MEMBACA
Switch || GiyuShino
Fanfiction___ Pesan moral : Kalo temen lo lagi cerita, jangan malah mancing adu sengsara. Disclaimer: - characters ©Koyoharu Gotouge - story, cover, and illustration ©pabooyaa - warning: ooc & harshwords Start : 1 November 2020 ___