Giyuu mengerjap mendengar alarm dari handphone bercasing ungu-pastel miliknya. Masih jam empat. Dia sudah bertekad bangun pagi agar tidak mendapat omelan Shinobu soal 'dirinya yang harus tampil menarik seperti biasa' di hari pertama mereka.
Belum apa-apa, handphone Giyuu berdering. Untung modenya masih getar, jadi tidak ada keributan yang terdengar.
"Ya?"
"Udah bangun?"
"Kalo masih tidur gue belom nyaut."
"Cepetan mandi." Shinobu abai.
"Kan gue udah bilang ke lo jangan bangun kalo nggak dibangunin."
"Kak Tsuta seneng. Eh, btw, serius gue baru inget lo ke sekolah pake motor. Ini boleh gue bawa, nih?"
"Lo bisa?"
"Nggak tau." Giyuu bangun sepenuhnya.
"Itu motor baru kelar cicilan, udah lo jalan aja, deh!"
"Mati aja, lo kata sekolah tinggal ngesot. Gue jemput, deh, mau nggak? Dulu waktu SMP gue pernah maksa Yushiro ngajarin. Bisa lah brem-bremnya."
"... Yakin nggak bakal kenapa-kenapa?"
"Percaya sama gue. Eh, gue ke sana ya. Kita berangkat bareng aja. Ada yang mau gue omongin dulu."
Sebelum Giyuu sempat menjawab lagi, Shinobu sudah menutup teleponnya.
Giyuu menghela napas, berdiri dan memandang cermin. Mulai hari ini, dia akan bersekolah sebagai Shinobu Kocho.
***
Giyuu menelan ludah, wajahnya memerah parah. Dia sedang melakukan pekerjaan paling tabu seluruh dunia.
Mengenakan itu.
Sumpah, dia takut kelepasan.
"Shinobuuu! Giyuu katanya dateng jemput kamuuu!"
Giyuu bersyukur setengah mati. Ini masih setengah jam sebelum masuk, sebetulnya. Dia cepat-cepat menetralkan suara. "Ke atas aja dulu, Tante! Giyuu bilang mau ngajarin matematika!"
Beruntung Shinobu tergolong rajin, jadi tidak ada yang mempertanyakan hari pertama kok sudah belajar.
"Yuu? Gue masuk, ya?" Giyuu bisa mendengar bisikan Shinobu---bisikan suaranya sendiri, sih, di depan pintu kamar. Ketika membuka pintu, Shinobu malah justru menutupnya kembali---hampir membantingnya.
"Ngapain anjir!" desis Giyuu. "Sini cepetan!"
"Giyuu? Kenapa?"
Mereka bisa mendengar Tante Tamayo bertanya dari lantai bawah.
"N-nggak apa-apa, Tante!"
Shinobu membuka pintu lagi. Wajahnya memerah. "Kenapa... lo cuma pake anduk?"
"Shin, pasangin buat gue." Giyuu menunjuk sesuatu, dan Shinobu merasa wajahnya memanas. "Sumpah gue nggak sanggup."
Berniat segera menyelesaikannya, Shinobu menyuruh Giyuu menutup mata.
"Kirain lo udah siap." Shinobu mencibir.
"Belom lah anjir. Tekanan batin buat gue." Giyuu memekik pelan saat Shinobu membalik tubuhnya. "Emang lo bisa santai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Switch || GiyuShino
Fanfic___ Pesan moral : Kalo temen lo lagi cerita, jangan malah mancing adu sengsara. Disclaimer: - characters ©Koyoharu Gotouge - story, cover, and illustration ©pabooyaa - warning: ooc & harshwords Start : 1 November 2020 ___