Giyuu mengerjapkan mata, menyadari bahwa langit-langit di atas kepalanya masih tampak sama sejak saat dia membuka mata lima hari yang lalu.
Ini kediaman keluarga Kocho. Dan ini kamar Shinobu Kocho.
Giyuu bangun, mengucek matanya, berharap dinding ungu-pastel yang ditangkap netranya berubah menjadi sebiru laut---kamar aslinya. Tapi tidak ada yang berubah.
"Shiiin! Banguuun, udah siaaang!"
Giyuu meringis. Sejak menjadi Shinobu Kocho, dia bangun lima jam lebih cepat ketimbang jam bangun tidur aslinya.
"Masih jam enam, Kak!" Giyuu mendengar suara Shinobu keluar dari mulutnya.
"Cewek nggak boleh bangun siang!" Kali ini, Tante Tamayo yang menyahut.
Giyuu mengernyit sebal. Ingin rasanya dia bilang, "Tapi aku cowok!", meski Giyuu sadar tidak akan ada yang percaya.
Dengan berat hati, Giyuu menuruni kasurnya, lalu keluar kamar dan turun ke lantai satu.
"Kak Shinobu kenapa, sih? Abis pulang fest kayaknya beda," komentar Kanao.
Giyuu tersedak airnya. "Nggak apa-apa," katanya cepat.
Sekeliling meja menatap padanya, tapi sejenak kemudian asik menyantap sarapan lagi.
"Mungkin Shinobu capek." Yushiro berbaik hati memberi alasan. "Mungkin lain kali Shinobu nggak usah ikut Tante Tamayo pergi ke klinik... Aku aja sendiri." Dia berdeham.
Ralat. Yushiro cuma cari kesempatan, bukannya baik.
Sebenarnya, dalam hati Giyuu membenarkan. Dia pusing sekali melihat banyak obat-obatan di klinik, dan dia sendiri heran tentang cara Shinobu menemukan obat yang tepat untuk orang sakit.
Tapi Giyuu sudah mendengar ancaman Shinobu---yang asli---untuk tidak menghancurkan hal yang seharusnya, maka Giyuu cepat-cepat menyela. "Nggak apa-apa, Tante. Aku cuma... cuma... eh, bentar lagi sekolah... jadi gitu."
"Oh, iya!" Giyuu bersyukur mereka teralihkan. Sementara keluarga Shinobu mulai membahas tentang sekolah, Giyuu menghela napas. Dia, sebenarnya sama sekali lupa soal sekolah.
Giyuu menunduk, memandang tubuhnya. Tubuh Shinobu, lebih tepatnya. Bagaimana dengan sekolahnya nanti?
***
"Kak Giyuu jadi suka bangun lebih cepet, ya. Biasanya jam dua belas siang baru bangun, sekarang pagi-pagi, nyapu rumah..."
Shinobu memaksakan dirinya tertawa. Itu sudah kebiasaan, mau diapain lagi, coba? Di rumah Kakek Sakonji, ternyata Giyuu lebih sering bersantai daripada bekerja, tapi Shinobu tipikal orang yang tidak bisa diam.
"Kesambet setan di fest kali," jawab Sabito, dan Shinobu tertawa---dipaksakan---lagi.
"Bagus, lah. Cowok kok kerjanya tidur doang," kata Tsutako senang. Dia menoleh pada Kaeky Sakonji, meminta dukungan. "Ya, kan, Kek?"
Shinobu senang sekali kakek bertopeng itu hanya diam, dan pembicaraan mereka beralih ke hal lain. Bisa tenang sebentar, de---
"Aku sama Nezuko mau ke tokbuk, ya, Kek, nanti?"
"Hah? Ngapain?" Bukan hanya Shinobu yang bertanya. Lebih tepatnya, satu ruangan bertanya pada Makomo. Anak itu mirip Giyuu, lebih senang diam dan bengong-bengong saja, bukan tipe yang senang jalan-jalan.
"Kan udah mau masuk sekolah... Perlu beli ATK. Pulpenku diilangin mulu sama si Sabito."
Shinobu tersedak ketika Sabito memarahi Makomo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Switch || GiyuShino
Fiksi Penggemar___ Pesan moral : Kalo temen lo lagi cerita, jangan malah mancing adu sengsara. Disclaimer: - characters ©Koyoharu Gotouge - story, cover, and illustration ©pabooyaa - warning: ooc & harshwords Start : 1 November 2020 ___