08 | Soal Bagaimana itu Bermula

757 110 17
                                    

Katanya, Papa pergi dan tidak akan kembali lagi. Tapi Shinobu tidak mau mengerti. Dia pergi dari rumah, berakhir di pojok jalan kompleks sebelah. Shinobu kecil tahu Kanae pasti mencarinya... tapi Shinobu marah. Mama sudah melakukannya, masa Papa ikut meninggalkan Shinobu? Kenapa?

Hujan semakin deras. Shinobu memeluk dirinya sendiri, kedinginan. Dia hanya memakai baju kaos tipis, rambutnya yang digelung terasa lembab dan hairpinnya hampir jatuh.

Shinobu sesenggukan.

"Kamu nggak apa-apa?"

Suara bernada senyum itu membuat Shinobu mendongak. Seorang cowok kecil, yang tampak seumuran dengannya, menatap Shinobu, dengan payung biru tersangkut di tengkuknya. "Kenapa sendirian di sini?"

Shinobu terpaku. Dia cepat-cepat menunduk lagi. "Nggak apa-apa."

"Kamu anak komplek sebelah, ya?" Bukannya pergi, anak itu duduk di samping Shinobu, memayungi mereka berdua.

"Kamu siapa?" tanya Shinobu curiga. Kanae bilang, jangan dekat-dekat orang asing, bagaimanapun rupa mereka.

"Aku anak komplek akhir." Dia menjawab, tangannya menoreh tanah. "Kakak aku lagi beli bahan makanan, di sana." Dia menunjuk supermarket depan. "Kata Kak Tsuta aku boleh jalan-jalan."

"Oh."

"Kenapa sampe ke komplek akhir? Kamu anak mana?"

"Komplek awal."

"Kenapa mainnya jauh-jauh? Kamu sendirian?" Anak itu kepo. Netra sebiru lautnya membulat lucu.

"Papa aku pergi. Kata Kak Kanae, dia pergi selamanya."

Anehnya, anak itu hanya diam. Shinobu menoleh padanya.

Anak itu tersenyum pada Shinobu, tapi senyumnya berbeda. "Papa Mama aku juga pergi. Kata Kak Tsuta, dari aku bayi."

"Terus kamu tinggal sama siapa?"

"Keluarga sahabat ayahku, dan aku tinggal bareng anak-anaknya juga! Sabito dan Makomo baik sama aku." Anak itu diam sebentar. "Kamu tinggal sendiri?"

Shinobu menggeleng. "Ada Tante Tamayo, Yushiro, Kak Kanae, Aoi, Kanao."

Anak di depannya tidak mengenal nama-nama itu, tapi dia membesarkan hati Shinobu dengan mengatakan. "Kalo gitu, kamu nggak sendirian, kan?"

Shinobu diam. Tapi dia benar-benar rindu Papa dan Mamanya...

"Shinobu!"

Dua anak itu menoleh. Kanae, yang banjir air mata dan tidak memakai payung, menghampirinya, memeluk tubuh dingin anak itu. Hanya beberapa waktu hingga Sanemi menyusul dan meneriakkan nama yang sama.

"Kak Kanae... Kak Sanemi?"

"Kamu bikin kita panik." Sanemi menepuk-nepuk kepala Shinobu, sementara tangannya yang satu mengelus punggung Kanae, abai pada payung yang tadi dia bawa. "Kamu di sini juga, Yuu?"

"Kak Sanemi, ngapain?" Mata Giyuu membulat lagi.

Sanemi menunjuk dengan matanya. Giyuu yang tidak mengerti, bersorak ketika ada orang lain yang datang. "Kak Tsuta!"

Sanemi dan Kanae menoleh. Tsutako yang membawa plastik besar di tangannya dan payung terjepit di bahunya, memandang orang-orang itu bergantian. Dia sudah dengar. "Nae, turut berdukacita, ya."

"Tsuta." Kanae tersenyum, meski air matanya masih mengalir.

"Shinobu?"

"Syukur Giyuu nemuin Shinobu di sini. Gue nggak paham lagi... Gue nggak mau kehilangan siapa-siapa lagi..."

Switch || GiyuShinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang