06 | Perasaan

834 120 33
                                    

Sialnya, mau sekesal atau sengambek apa pun Giyuu pada Shinobu, dia tidak bisa. Yang dia lihat saat bercermin adalah Shinobu, dan saat Giyuu berusaha tersenyum, yang sudah pasti dilakukan bayangannya, Giyuu luluh lagi.

"Shinobu emang cakep sih anjir." Giyuu menghela napas.

Nyatanya, sekarang justru setiap melihat dirinya sendiri, dia jadi kesal. Kata Mitsuri, belakangan dia jadi makin sensitif.

Giyuu mendelik saat konter klinik diketuk tiga kali. "Apa?"

"Galak amat." Mitsuri melambai dari balik kaca. "Mau ngelayanin orang kayak gitu lo?"

"Ngapain lo?"

"Nganter ini." Mitsuri mengangkat kotak yang ia bawa. "Emak gue baru balik dari Jepang. Bawain ini kebanyakan."

Puluhan sakuramochi terlihat dari balik keranjang itu.

"Kenapa nggak anter ke rumah aja? Kan ada Kanao sama Aoi."

"Dasar nggak peka." Mitsuri menoyor kepala Giyuu. "Mau curhat, nggak? Justru pas lo nggak bareng ke yang lain, kan?"

Giyuu termangu. "Nggak tau mau cerita apa."

"Kenapa, sih, lo ngehindarin Giyuu gitu?"

"Gue nggak suka liat dia. Pokoknya jadi nggak mau liat aja." Padahal itu tubuhnya sendiri.

"Anjir, lo ngidam?"

Gantian Giyuu yang menoyor kening sahabat pacarnya. "Ngarang. Nggak tau, gue kayak lagi sensi aja."

"Masa baru jadian udah marahan. Nggak seru ah lo. Sebenernya terserah, sih, cuma cepet deh baikan. Punggung gue panas tiap hari. Cowok lo melototin kita terus."

Giyuu menghela napas, asal mengambil sakuramochi dalam kotak.

"Mit."

"Oi?"

"Lo pernah marah sama Obanai? Obanai pernah marah sama lo?"

"Ya pernah lah, Dodol." Mitsuri ikut mengambil sakuramochi setelah dia menggeret kursi ke sebrang Giyuu. "Orang pacaran kan nggak lurus. Biasanya sih lebih parah kalo gue lagi..."

Shinobu menoleh ketika Mitsuri terdiam. "Lagi?"

"Gue baru ngeh, Shin. Bukannya ini tanggal PMS lo?" Mitsuri menunjuk kalender.

"Hah?"

"Hah apa? Gue emang ngawur jadwalnya, tapi gue apal lo sekitar tanggal segini."

Giyuu semakin tidak nyambung. "Jadwal apa?"

"Dapet, lah, anjir!"

Oh. Oh, iya. Shinobu kan cewek.

***

"Heh." Shinobu menarik Giyuu ke belakang sekolah saat bel pulang berbunyi. "Lo kenapa, sih?"

"Nggak apa-apa."

"Jangan beneran jadi cewek dong!" kata Shinobu gusar. "Kalo ditanya bilangnya 'nggak apa-apa' padahal ada masalah!"

"Kan ini badan lo anjir, ya emosi gue ngikut lah! Berarti lo yang sering gitu!"

Shinobu memijat keningnya sendiri. Niatnya sejak awal itu baikan, tapi saat sudah begini, emosinya naik lagi.

Sudah empat hari dia dianggurin Giyuu, mulai dari chat bahkan telepon. Dengan alasan bersama Mitsuri, Giyuu juga menghindarinya di sekolah. Ini mulai menyebalkan.

Switch || GiyuShinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang