"Chenle? Apakah papa boleh masuk ke dalam?"
"Masuklah, pintu nya tak ku kunci."
Haechan segara memasuki pintu anaknya, sejak kejadian Chenle memergoki Mark dan Haechan yang bertengkar, Haechan belum sempat mengobrol bagaimana keadaan anaknya.
"Chenle maaf kalau papa sedikit mengganggu waktumu, uhm soal waktu itu sebenarnya papa dengan daddy hanya- "
"Tenang lah, lele sudah lama tahu, tak usah merasa bersalah pa, itu bukam kesalahan papa juga. Lagi lele sudah melupakan nya."
"S - sejak kapan le- "
Chenle menoleh ke arah Haechan sembari melempar senyum sendu,
"Jangan di bahas ya pa? Lele sudah mulai mengantuk huh, bukannya besok papa akan ke rumah nenek? Beristirahat lah Lele sayang papa!"
"Haechan bodoh, ia sensitif dengan hal ini dasar bodoh bodoh Haechan bodoh."
Mengetahui mood anaknya yang jelek tak lama heachan mengambil langkah untuk bergegas keluar dari kamar Chenle. Namun sebelum benar benar pergi Haechan membalikkan badan sembari berkata,
"Chenle anak papa, jangan membenci daddymu ya? Bagaimana pun ia tetap daddymu. Daddymu hanya sedang tersesat jangan sedih ya? Papa baik - baik saja. Selamat malam anak kesayangan papa, papa sayang kamu selalu"
-
"Kau fikir aku tidak tahu kerjaan mu dengan si bajingan itu hah?! Jawab aku bodoh."
"Aku t - tidak melakukan apa - apa kak akhhh sakit lepaskan terlalu kuat shh..."
"Kau memang harus di keraskan hm? Dasar jalang ck."
"Cukup kak, aku memang tidak melakukan apa - apa dan lihatlah kakak sendiri. Berapa banyak wanita dan pria yang kaka tiduri diluar sana? Adakah aku protes dan memaki maki kakak? Adakah?!" pekik Haechan sembari menahan benih air mata yang berlomba - lomba untuk keluar.
Mark terkekeh pelan mendengar penuturan Haechan, "Ahh jadi kau sedang membela diri atau membela si brengsek? Aku jadi semakin yakin dia ayah Chenle, bukankah ini lucu haha."
"Chenle anakmu Mark! Dia, dia anakmu hiks kau yang menghamiliku hiks umur 20 tahun kau ingat? D - dan sekarang hiks karena wanita itu kau seperti ini?" ucap Haechan lirih.
Mark hanya memasang wajah datar dan tersenyum mengejek, "Wanita itu pfft, setidaknya dia membantuku mengatahui liciknya dirimu chan. Sepertinya aku harus berterimakasih dia sangat berguna tidak seperti dirimu, jalang."
"DIA ANAK MU MARK BRENGSEK LEE!"
'PLAKK'
'BUGHH'
"Aghh h - hentikan sakithh..."
Sedangkan dibalik pintu baby blue nampak si pemilik kamar meremat erat ujung bajunya sampai terlihat kusut, bagaimana mungkin daddynya meragukan dia anaknya? haha miris sekali Ya Tuhan.
Dan apa tadi 20 tahun? j - jangan jangan papa itu...
Dengan tangan gemetar Chenle mencari keberadaan benda kotak yang biasanya selalu berada di dekatnya. Benda yang teramat penting bila sedang berada di situasi seperti ini.
Setelah menemukan ponselnya, Chenle langsung memutuskan untuk membuka room chatnya dengan seorang yang biasanya mendengar keluh kesah Chenle, ahh sebut saja rumah Chenle yang sebenernya.
Ia berencana untuk bercerita entah lah dada nya sangat sakit bila tidak diceritakan, rasanya ia ingin mati saja.
Ahh iya sembari menunggu balasan sang lawan bicara, Chenle mencari keberadaan pulpen hitamnya. Setelah pulpen kesayangannya ketemu, Chenle mulai menghiasi tangannya dengan beberapa gambar berbentuk titik koma namun ia menggambarkan di tempat yang tidak akan disadari orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lee Chenle - Chenji/Jichen
Fanfiction▶[ JICHEN - CHENLE ANGST ] - On Going Ini semua berisi kisah tentang Lee Chenle. Lelaki mungil yang menyembunyikan segala luka dan rasa sakitnya dibalik kesempurnaan yang ia miliki, ck miris bukan? "Tidak semua yang terlihat bahagia di luar itu bena...