chapter ini full tentang masalahnya markhyuck ya
happy reading!
"Gimana keadaan Chenle?"
Mark menghela nafas kemudian duduk di samping Haechan.
"Dokter bilang sebentar lagi..."
"Apanya? Kak ih kalau ngomong jangan sembarangan gitu dong" ujar Haechan marah.
"Donghyuck listen, dokter bilang kondisi Chenle semakin menurun dan kita cuman bisa nunggu waktu aja sekarang" Mark berusaha menjelaskan kondisi Chenle secara hati - hati. Meski sebenarnya Mark tidak sekuat kelihatannya tapi Mark harus tetap tegar di depan suaminya.
"Chenle anak kakak kan? Kenapa kakak pasrah banget, kakak kan orang kaya kakak bisa kerahin semua orang hebat buat Chenle kan?"
"Haechan, dokter bukan Tuhan..."
Perkataan Mark sukses membuat Haechan terpukul telak, ia baru ingat perkataan dokter yang mengatakan bahwa penyakit Chenle tidak akan pernah bisa di sembuhkan. Mengulur waktu untuk hidup memang bisa namun untuk hidup dalam waktu jangka panjang maka jawabannya adalah tidak.
Kalau boleh jujur Mark sangat menyesal bahkan kalau bisa ia ingin menukar nyawanya saja. Ia baru sadar ketika anaknya sudah dalam kondisi antara hidup dan mati, konyol sekali bukan?
"Haechan, maaf" ucap Mark memecah keheningan. Suasana dalam ruangan Chenle memang begitu hening hanya diisi dengan bunyi mesin elektrokardiogram (EKG).
"Kakak kenapa pulang?"
"Kakak-"
"Kenapa kakak baru pulang sekarang? Kenapa kakak baru sadar sekarang..." lirih Haechan. Mati - matian Haechan menahan tangisnya, rasanya Haechan ingin menumpahkan semuanya kepada Mark. Namun Haechan harus sadar diri bahwa yang sakit disini bukan hanya dirinya.
"Maaf Haechan, maaf kakak telah mengecewakan Haechan. Maaf karena telah ingkar janji, padahal Haechan sangat membenci hal itu bukan? Kakak ingin Haechan marah, marah seperti biasanya. Seperti waktu itu" Mark menatap kosong ke arah jendela di hadapannya. Malam ini langit terlihat mendung.
"Haechan capek, gak bisa marah."
Kemudian keheningan kembali menjemput di ruangan tersebut. Mark tidak bisa banyak menuntut, disini juga memang posisinya salah meski tak sepenuhnya begitu.
Haechan menghela nafasnya pasrah kemudian menyenderkan kepalanya di dada Mark sembari memejamkan matanya. Raut wajah Haechan begitu jelas mengatakan bahwa ia mempunyai banyak sekali pikiran.
"Sebelum pingsan tadi Chenle udah ngobrol sama adek tentang kakak."
Mark melunak, mendengar panggilan adek membuat Mark sadar Haechan mencoba berdamai dengan dirinya.
"Dia cerita apa?" tanya Mark penasaran, pasalnya Chenle itu bagai Jaemin susah di tebak. Bahkan menangis pun tidak pernah Mark lihat.
"Dia nanya - nanya tentang hubungan kita. Gimana tanggapan adek kalau kakak ngajak baikan lah sampe bawa - bawa dia mau pergi. Katanya Chenle udah banyak ngobrol sama kakak. Dari awal rusaknya hubungan kita jujur adek gak pernah tau kenapa, kadang adek merasa bodoh karena adek yang jalanin kok adek juga yang gak tau."
"Dia... cerita banyak ya? Sebenernya kakak udah mau pulang dari 3 hari yang lalu tapi kakak ternyata harus terapi jadi baru sempat hari ini. Chenle bilang dia mau kakak nemenin kamu hari ini, kakak kira Chenle mau pergi nginep tapi ternyata dugaan kakak gak salah juga ya?"
"Begitu? Chenle itu emang gak bisa di tebak. Adek gak maksa kakak buat cerita sih cuman mumpung kita lagi berdua kakak mau cerita sama adek?" tanya Haechan sembari menatap Mark dari bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lee Chenle - Chenji/Jichen
Fiksi Penggemar▶[ JICHEN - CHENLE ANGST ] - On Going Ini semua berisi kisah tentang Lee Chenle. Lelaki mungil yang menyembunyikan segala luka dan rasa sakitnya dibalik kesempurnaan yang ia miliki, ck miris bukan? "Tidak semua yang terlihat bahagia di luar itu bena...