[sebelas]

133 41 1
                                    

di atas kasur, sembari berbaring vera memandang langit-langit kamarnya yang ditempeli beragam stiker. stiker-stiker itu disusun secara acak. tak ada golongan atau urutan khusus, hanya langit-langit putih dan puluhan stiker tertempel.

vera teringat masa kecilnya dulu, ketika ia memasang stiker-stiker tersebut bersama ibunya. sang ibu selalu pulang kerja malam, jadi ketika ia ada cukup uang untuk membeli stiker ia akan menunggu ibunya pulang sampai larut malam.

namun anehnya, entah itu sang ibu dan vera. keduanya selalu bersenang-senang ketika menempelkan stiker. padahal tentu saja tak mudah menempelkan stiker di langit-langit. sang ibu sampai harus menumpuk dua meja dan menaruh sebuah kursi di atasnya.

vera tersenyum tipis, agaknya ia rindu masa-masa itu. tanpa disadari mata kanannya menitikkan setetes kristal bening.

tepat ketika air mata vera jatuh, pintu kamarnya terbuka. menampilkan wajah penuh amarah sang ibu.

"siapa yang ngajarin kamu buat ngomong kasar ke orang tua, vera? minta maaf sama papa sekarang!" bentak sang ibu lantang.

vera bangkit dari tempatnya berbaring, menatap ibunya sengit. "orang lain juga pasti bakal ngomong kasar kalau ada di posisi aku. mama ngga pernah ngerti dan nggak mau ngerti."

"vera, kalau papa kamu salah bukan berarti kamu bisa ngomong kasar seenaknya! kita bisa bicarain baik-baik."

"ngga ada yang perlu dibicarain, setidaknya sampe mama ngerti."

vera mengambil tasnya di meja. cepat-cepat ia keluar dari kamar, meninggalkan sang ibu sendirian di kamar.

di ruang tamu, tatapan sengitnya bertemu dengan wajah bahagia sang ayah. ia mengacungkan jari tengahnya sebelum keluar dari rumah.

running away is always the easiest choice, isn't it?

getaway car—

getaway car | sunchaengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang