[dua]

263 47 3
                                    

"lele!" vera berteriak kencang hingga suaranya terdengar ke seluruh penjuru rumah.

ia membaringkan diri di sofa dan menghidupkan tv. menggonta-ganti saluran sesuai seleranya. sementara leo datang dengan muka bantal dan rambut acak-acakan.

"lo gada tujuan lain apa? ke rumah gue terus kerjaannya." leo mendegus sebal.

sang pria memposisikan diri duduk, tepat di samping kepala vera yang sedang terlentang di bed sofanya.

"tujuan lo beli rumah ini apa?"

"kabur."

"ya sama, gue juga kabur. rumah ini tempat kabur lo, tempat kabur gue juga." si gadis mengendikkan bahu santai.

mendengar kata 'kabur' dari bibir vera, sekujur tubuh leo sontak menegang. "lo dipukul lagi, la? udah gue bilang laporin aja ke nyokap lo atau polisi kan."

"engga, gue emang ga suka aja liat muka dia tiap hari. lo ga bakal bisa bayangin, tinggal satu atap sama orang yang lo benci." vera bercerita dengan senyum masam, ia benci topik ini.

keluarga selalu menjadi topik sensitif untuk dirinya sejak ibunya menikah dengan seorang pria brengsek yang tidak bekerja dan suka berjudi. vera sendiri sebenarnya merupakan anak haram, ia hanya tahu bahwa ayah kandungnya menelantarkan dirinya ketika masih berada di perut.

simpelnya, vera tidak suka dengan ayahnya, baik ayah tiri maupun ayah kandungnya. tapi setidaknya ia tak perlu melihat ayah kandungnya tiap pagi di meja makan yang sama.

ayah tiri vera adalah ayah tiri versi terburuk yang pernah ada. si malas dan gila harta itu tak henti-hentinya berfoya-foya sementara ibunya bekerja mati-matian. ia memperlakukan vera seperti budak, memintanya melakukan semua pekerjaan rumah sementara ia berjudi. tak jarang tangan si brengsek itu menganiaya sang gadis tokoh utama kita ini hanya semata untuk kesenangan.

parahnya, pria itu selalu saja bisa menipu ibunya. hanya dengan buaian manis penuh dusta, ibunya sudah terlena, memaafkan kelakuan bejat suaminya.

vera muak akan semua itu, dan rumah leo selalu menjadi pelarian utamanya.

"lo sendiri? ga ditelepon nyokap lagi, biasanya kan minta lo balik ke rumah."

"masih lah, nyokap gue telepon terus tiap hari. nanyain kabar dan akhir-akhirannya selalu minta gue balik."

leo juga sama seperti vera, ia membeli rumah yang jauh dari rumah keluarganya untuk menghindari ayahnya.

ayah leo adalah seorang rektor, yang sangat tegas bahkan terhadap anaknya sendiri. ia ingin leo bisa seperti kakaknya, memimpin perusahaan sukses dengan penghasilan besar.

namun pada dasarnya leo bukan anak yang berambisi, ia tidak pernah dan tidak mau peduli dengan masa depannya. ia rela kalau berakhir naas menjadi pegawai di alfamart. karena pada dasarnya leo tidak peduli.

hal itulah yang membuat sang ayah marah besar. ayahnya bisa saja mendepak nama leo dari kartu keluarga, namun tidak dilakukannya. karena ia tak ingin kehilangan reputasi baiknya.

sang ayah yang marah besar, memberikan leo sejumlah uang yang sangat besar. jangan ditanya nominalnya, kalian pasti akan menganga. dengan uang itu, sang ayah mengusir leo dari rumah, yang mana leo tidak pernah merasa diusir karena ia memang sudah lama ingin pergi dari rumah, hanya saja belum ada tujuan yang pasti.

berakhirlah, leo membeli rumah impiannya. rumah kayu di dekat danau. rumah tempatnya kabur dari segala hiruk pikuk dunia.

"dua tahun sejak lo beli rumah ini. artinya, udah dua tahun juga kita kabur. gue iri banget, pengen beli rumah kaya lo juga tapi ga ada duit. ah, bangsat." vera merutuk kesal sembari mengunyah kue kering yang disuguhkan di meja tamu.

leo tak menggubris curhatan sang sahabat. "la, lo mau renang gak?"

"hah? gue ga bawa baju ganti, bego."

leo tak menghiraukan jawaban vera. tepat setelah gadis itu selesai berujar, leo menggendong tubuh ramping itu di pundaknya

vera refleks berteriak terkejut. tangannya mengalung ke leher leo. sedetik kemudian, vera dapat merasakan air dingin danau yang menusuk kulitnya.

leo menjadi yang pertama yang menjulurkan kepala di antara mereka. diikuti vera yang masih mengalungkan tangan di leher leo.

tadinya vera akan mengumpat. namun keduanya berakhir saling menatap dan bertukar tawa.

the house is their first getaway car

getaway car—

getaway car | sunchaengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang