[lima]

125 43 0
                                    

vera menyeret kaki malas menuju rumahnya. ia menghela nafas sejenak sebelum mendorong pintu kayu setinggi 2,5 meter itu.

didapatinya, si brengsek sedang duduk bersantai di depan tv. menonton film porno dari dvd yang ia sembunyikan entah dimana sampai tak pernah ketahuan oleh ibunya.

vera memutar bola mata malas, ia berjalan menuju kamarnya. namun baru beberapa langkah, si jahat sudah memanggil. si gadis merutuk kesal, karena pria itu sedang mabuk dan seharusnya tak menyadari keberadaan vera.

"lavera, cuciin piring."

seraya menahan amarah, vera menggeram kesal. "gini ya bajingan, gue bukan anak lo. dan gue bukan budak lo juga."

si jahat menoleh, menatap geram. kemudian berjalan mendekat bersiap melemparkan pukulan.

"loh udah berani?" tangannya terangkat bersiap menampar pipi kanan vera.

ayunan tangan itu terhenti seiring terputarnya video di layar ponsel vera. di sana terlihat vera diam menahan sakit sementara si jahat memukulnya dengan batang besi tipis sembari mengumpat.

"anak sialan!" umpat si jahat.

"jauhin tangan lo dari gue. kalo lo ngga mau ini kesebar. atau mungkin lo mau taruhan sama gue, mama lebih sayang lo atau gue? gue juga bisa lapor ke polisi kalopun mama masih bela lo."

"kamu ngancam saya?"

"iya, tolol. gue udah bukan bocil lemah yang cuma bisa nurut. gue berubah, tapi lo engga." vera tersenyum penuh kemenangan sepintas sebelum melenggang pergi menuju kamarnya.

—getaway car—

"ma," panggil vera dari meja makan.

sang ibu berdeham pelan sebelum berjalan mendekat ke meja makan dengan senyum cerah sembari membawa dua piring omelet.

"kamu kelihatan lesu. jangan begadang terus dong."

"gimana mau tidur nyenyak kalo tinggal serumah sama orang yang bikin mual." padahal vera berujar sangat pelan, tapi sang ibu tetap bisa mendengar.

"vera, masa kamu ngga bisa nerima papa kamu juga? semua orang bisa berubah, kamu aja yang ngga mau nerima faktanya."

vera mendongak, menatap penuh amarah. "dia bisa, tapi dia ngga mau. dan di sini mama yang ngga mau nerima fakta kalo dia ngga mau berubah."

"vera!" bentak sang ibu.

"apa? mama takut sama topik ini kan? makanya mama marah. mama sebenernya ngga yakin sama si brengsek itu, tapi mama selalu berusaha ngeyakinin diri." vera menatap sengit sang ibu.

"vera, kamu lupa, dia satu-satunya yang mau nerima kamu."

"mama ngga lihat bekas memar aku dari kecil? mama emang bodoh atau ngga tahu?"

"vera, jaga omongan kamu! mama sudah milih sama papa kamu, kamu suka atau engga kamu harus nerima."

vera tersenyum kecut. "mama egois dong berarti. mama harus milih, antara si brengsek itu atau aku. kalo mama milih si brengsek itu, fine. aku bisa keluar dari rumah kapanpun."

"vera, mama nyoba pertahanin kalian berdua."

dengan suara parau, vera menjawab. "ngga bisa, mama jangan egois. mama nyakitin aku, tau nggak sih?"

si gadis menggebrak meja penuh amarah. sebelum akhirnya berlalu pergi dari rumah dengan mata berlinang.

the way you hurt, the way you look again for your getaway car

getaway car—

getaway car | sunchaengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang