17. Gaara

2.4K 305 65
                                    

Naruto bangun pagi kaya biasa, kalau sekolah emang dia gak bisa bangun siang. Udah kebiasaan gitu sama Bundanya dari dulu soalnya. Dia langsung mandi aja karena liat udah ada seragam dia di siapin di situ. Selesai mandi Naruto langsung keluar dan nemuin Hinata yang lagi beresin ruang tamu. “Dek,” panggil Naruto pelan. Hinata noleh terus senyum.

“Pagi,” sapanya lalu jalan nyusul Naruto. Mereka ke meja makan sekarang soalnya udah siang mereka bisa aja telat. Sebenarnya kalau Naruto telat sih gak masalah cuma kalau Hinata telat kayaknya itu gak bisa. Dia terlalu taat aturan.

Di mobil mereka berdua diem, cuma ada suara deru AC sama musik yang di puter Naruto. Baik Hinata atau pun Naruto sama-sama gak pengen ngomong duluan, sampai di gang tempat biasa Hinata turun Naruto belok. Hinata langsung ngelepas seatbeltnya dan mau keluar tapi Naruto nahan lengannya, “Adek marah sama Kakak?” tanya Naruto bingung.

Hinata mengerutkan alisnya, “Marah kenapa Kak? Nggak kok,” jawabnya bingung. Naruto menggaruk tengkunya yang tak gatal, mungkin itu cuma perasaan dia aja.

“Yaudah kalau gitu, sana keluar.” Hinata ngangguk terus keluar, seperti biasa dia lari ke sebelah Naruto terus ngetuk jendeanya dari luar.

Naruto nurunin jendelanya sambil natap mata Hinata seolah nanya, ‘Apa lagi?’ tapi Hinata gak jawab malah senyum terus bilang. “Adek sayang Kakak,” ujarnya lalu mengecup pipi Naruto. Dia berlari dengan posisi menghadap kebelakang, senyumnya sangat lebar hingga mau tak mau membuat Naruto ikut tersenyum karenanya. Manis sekali.

Mobil BMW putih itu memasuki area parkiran sekolah, Naruto belokin mobilnya di tempat dia biasa parkir. Jejeran sama verari sama lambourhgini nya temen-temen dia. Biasa anak sultan. Dia keluar daari mobil itu sambil ngacak-ngacak rambutnya yang tadi di sisir rapih sama Hinata, bajunya juga udah keluar terus kancingnya di lepas. Dia mau ke basecamp sekarang bodo amat sama jam kelas. Sepanjang jalan Naruto di sambut sama jeritan dan sapaan menjijikan dari para gadis yang menyukai dirinya tapi tagapan Naruto seperti biasa, santai. Dia gak peduli toh mereka gak punya kontribusi di kehidupan Naruto. Gak guna banget.

Sampai di atap juga ahirnya, dia langsung masuk ke gudang di mana ada tiga manusia yang lagi main game terus satu lagi rebahan. Naruto langsung ikut tidur di sofa di sana, ngantuk banget rasanya sementara ke empat manusia di sana langsung natap dia heran. Luka di wajah Naruto ada plesternya, tumben biasanya juga di biarin sampe sembuh sendiri. “Nar, perasaan gue aja apa emang bau badan lo kaya bau-bau cewek sih? Manis banget harumnya.” terka Shikamaru sambil memainkan ponselnya.

“Ngaco, parfum gue juga masih itu dari dulu.” dengusnya, dia memejamkan mata sambil menggunakan tangannya untuk bantalan.

“Ye, serius. Sebelum lo masuk aromanya mah apek doang pas lo dateng kek ada cewek dateng njir, adem bener aromanya.” sahut Sai, dia juga masih sibuk main hape. Cuma Sasuke yang diem, mungkin dia juga ngerti sih kan Naruto selalu deket Hinata jadi wajar aja sih kalau aroma mereka nempel. Mungkin, atau jangan-jangan sahabat revannya itu tak peduli? Terserah Naruto mengantuk.

Gaara yang lagi tidur itu buka mata terus duduk, “Aroma lo familiar banget sih kaya gebetan gue, bangke emang.” dengusnya. Naruto mencebikkan bibirnya kesal, padahal dia mengantuk tapi mengapa mereka harus membahas hal sepele seperti ini? Cuma perkara parfum doang mereka harus debat.

“Gue pake parfum Bunda, puas lo pada.” ujar Naruto ketus. Dia malas perdebatan ini berlanjut, terserahlah dia hanya butuh tidur.

“Bilang kek dari tadi, kan kita jadi gak perlu mikir yang aneh-aneh.” Sasuke menimpali sambil memakan keripik pisangnya.

“Aneh-aneh apaan sat?!” tanya Naruto tak terima. Sumpah ya mau tidur aja banyak bener cobaannya.

“Kirain lo pindah haluan jadi ledies berotot pengkolan,” jawab Sauke santai yang di sahuti gelak tawa keempat temannya.

Badboy Husband | Namikaze Naruto✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang