25. Berita besar

3.2K 290 32
                                    

Gak kerasa udah empat  bulan Naruto nikah sama Hinata dan selama itu pula Orang tua Hinata beneran lost kontak. Gak tau kenapa sejak ngabarin berangkat ke Singapura sampai sekarang belum ada lagi kabarnya, Neji juga sama. Mereka kaya hilang di telan bumi, kadang Hinata suka galau mikirin mereka cuma kalau di pikir-pikir lagi untuk apa di galauin? Mungkin Papanya masih berobat sedangkan Mamanya pasti sibuk jagain makanya gak sempat ngontak dia. Kalau Neji, Hinata juga gak tau gimana kabarnya. Entah separah apa kondisi perusahaan samapai-sampai dia gak sempat ngabarin Hinata barang sekali.

“Adek lagi ngapain?” Hinata kaget pas tiba-tiba Naruto dateng terus duduk di sebelahnya, suaminya itu baru aja balik dari ngerjain tugas sama temen-temennya jadi dari tadi Hinata sendirian makanya ngelamun, Hinata geleng terus nyandarin kepalanya di bahu Naruto.

“Kangen Mama sama Papa, mereka gimana ya keadaannya sekarang? Apa mereka juga kangen Adek,” gumam Hinata, Naruto bawa Hinata kedalam pelukannya terus dicium-cium pucuk kepalanya.

“Jangan sedih ya, mereka pasti kangen Adek juga. Cuma kan Adek tau kondisi Papa kaya mana, jadi sabar ya..” Hinata ngangguk lesu, dia balas meluk Naruto. Sesek banget rasanya, pengen nangis. Hinata yang dari kecil selalu deket sama Papa Mamanya sekarang harus jauhan sama mereka dalam waktu lama.
“Abang kenapa gak perah telepon ya Kak? Apa dia juga udah lupa sama Adek,” gumam Hinata lesu.

Naruto gelengin kepalanya buru-buru, “Tentu aja inget lah Dek, mana mungkin Bang Neji lupa. Dia pasti lagi sibuk banget sekarang.” ujar Naruto berusaha menenangkan istri mungilnya.

“Adek kangen mereka,” dan tangisan Hinata pecah, dia nangis kenceng sambil meluk Naruto. Perasaannya hari ini berkecambuk tak karuan, dan rasa gelisah lebih dominan. Hinata takut, takut tejadi hal buruk yang akan membuatnya tak bisa berhenti menangis.

“Perasaan Adek gak enak Kak,” isaknya sambil kian memeluk erat Naruto. Pemuda itu tak bisa memungkirinya karena dia pun merasakan hal yang sama, hatinya mendadak gelisah dan tidak fokus ketika akan melakukan sesuatu.

Semoga saja tak ada hal yang terjadi pada mereka, semoga mereka baik-baik saja meski entah apa yang sedang menunggu mereka di depan mata.

***

Hinata telah siap dengan pakaian sekolahnya dia sedang berdiri di lobby apartemen sambil menuggu Naruto kembali ke unit mereka untuk mengambil jaketnya yang tertinggal di kamar. Entahlah kenapa pula harus membawa jaket padahal sekarang musim panas, gak jelas banget emang.

“Lama ya? Yuk!” Naruto langsung gandeng tangan Hinata terus bawa ke basement buat ngambil mobil. Tapi baru aja mereka mau masuk tiba-tiba posel Naruto bunyi dan yang menghubunginya adalah Neji. Oknum yang di tunggu-tunggu selama empat bulan ini.

“Halo Bang,” sapa Naruto, Hinata masih belum menyadari bahwa si penelpon itu Neji karena gadis itu sedang sibuk dengan cemilannya sekarang.

“Kamu lagi sama Adek kan?” tanya Neji dari sebrang sana.

“iya, ini mau kesekolah lagi di mobil.” jawab Naruto, jujur saja hatinya was-was dia takut Neji akan mengabarkan sesuatu yang buruk. Entahlah feelingnya terus berkata seperti itu sedari tadi.

“Ke rumah Ayah Nar, sekarang ya penting.” belum sampai Naruto bertanya lagi Neji telah mematikan sambungan teleponnya.

Naruto memandangi layar ponselnya yang telah kembali menampilkan gambar Hinata, jantungnya berpacu cepat dengan hati mendadak gelisah. Sebenarnya dia kenapa? Naruto menyalakan mobilnya kemudian mengambil rute berbeda dari biasanya. Mereka akan pulang bukan ke sekolah hari ini.

“Loh Kak, kok ke sana?” tanya Hinata bingung soalnya Naruto lewat arah yang berbeda.

“Kita kerumah Bunda dulu, di suruh ke sana.” jawab Naruto.

“Berarti kita gak sekolah?” Naruto menggeleng, tatapan matanya fokus ke depan. Hatinya gelisah, Neji menghilang beberapa bulan lalu kembali untuk menyuruhnya pulang ke rumah Ibunya. Tapi kenapa?

Hinata sendiri memang gak ngerti Naruto keliatan serius banget, mungkin ini menyangkut soal pekerjaan jadinya dia gak banyak tanya. Sampai mereka di rumah keluarga Namikaze, di rumah itu udah ada mobil Minato yang di parkir di depan lagi di panasin. Mungkin Ayah mertuanya itu mau ke kantor, pikir Hinata. Mereka turun, Naruto gandeng Hinata masuk. Aneh banget rasanya, tiba-tiba Hinata ngerasa gelisah.

Naruto masuk setelah mengucapkan salam, mereka langsung ke ruang tamu dan di sana udah ada Khusina sama Minato. Mereka pakai baju serba hitam? Tapi kenapa?

Hinata ngeratin pegangannya, dia gelisah sekarang.

“Nar ajak Adek ganti dulu, di dalam kamar kamu udah Bunda siapin baju kalian.” tatapan mata itu, Naruto tidak suka. Seperti menyembunyikan sesuatu, dia bisa liat air mata di sudut mata Bundanya juga air muka Ayahnya yang keruh.

Naruto membawa Hinata ke kamar, “Kak kita mau kemana?” Hinata menurut aja pas Naruto ngasih dress hitam selutut langusung aja dia pake di situ soalnya kan Hinata pakai tanktop sama celana pendek.

“Kakak gak tau Dek, ayok cepet Ayah udah nunggu itu.”gak sampai lima menit mereka ganti baju terus turun lagi. Khusina keliatan lagi ngobrol serius sama Minato. Pas liat Naruto sama Hinata turun mereka langsung berdiri.
“Ayok,” Khusina mau jalan tapi Naruto nahan dia.

“Kita mau kemana Bun?” tanya heran, sebenarnya Hinata juga penasaran tapi gak berani ngomong jadi dia diam aja.

“K-kita mau,” Khusina tergagap Minato ngeliat itu cuma menghela nafas. Dia juga gak tega sebenarnya mau ngomong sama Hinata tapi gimana cepat atau lambat mereka bakal tau juga.

Naruto genggam tangan Hinata biar cewek itu tenang, soalnya air muka dia keliatan gelisah banget.

“Maaf kalau perkataan Ayah bikin kalian sedih, kita harus ke rumah Hinata buat ngurus pemakanan Papa kalian.” seperti tersambar petir di siang bolong. Naruto dan Hinata membeku di tempatnya, Hiashi meninggal? Mereka bahkan gak ada di sana di saat terakhir dia.

“A-ayah bohong kan?” suara Hinata serak, dia keliatan syok dan gak percaya. Papanya yang biasanya masih marahin dia, yang biasanya manjain dia, yang biasaya negur dia setiap hari udah meninggal? Plis ini gak lucu. Hati anak mana yang gak hancur denger berita kaya gini?

“Yah, j-jangan bercanda.” Naruto juga ikutan gagap, dia nikah sama Hinata baru empat bulan dan ketemu sama Hiashi cuma beberapa kali sebelum menikah. Dia belum jadi menantu yang baik, dia belum pernah main catur bareng mertuanya, belum pernah nonton bola sama-sama, belum pernah mancing dan ngelakuin hal yang biasa di lakuin sama Mertua-Menantu. Ini gak adil, Naruto bahkan belum bahagiain dia. Rasanya sesak, dan juga gak terima.

“Maafin Ayah, ayok kita udah di tunggu di sana.” Minato meningalkan Hinata dan Naruto yang membeku di sana, mereka masih syok dan menolak percaya kenyataan ini. Hinata terisak pelan, mata Naruto berair dia gak sanggup sakit banget rasanya.

“P-papa,” isak Hinata sambil mencengkram tangan Naruto. Cowok itu noleh, hatinya sakit banget liat Hinata kaya gini. Dia meluk Hinata, cewek itu nangis di dalam pelukan Naruto. Bukan nangis Histeris, cewek itu nangis pelan banget bukan karena gak sedih. Dia terlalu sedih sampai gak ngerti lagi harus gimana.

"Yang kuat Dek, Kakak tau kau hebat.."


Tbc gan!

Badboy Husband | Namikaze Naruto✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang