15. Tawuran

2.4K 271 72
                                    


Naruto tak pulang hari ini, berulang kali dia menghubungi ponsel pemuda itu namun nihil tak ada jawaban sama sekali. Padahal dia udah janji mau menunggu Naruto di gang buat pulang bareng tapi udah tiga jam berlalu Hinata gak juga nemuin sosok Naruto menjemputnya. Hinata sudah mencari Naruto ke kelasnya namun nihil, seisi sekolah itu bahkan telah benar-benar kosong. Perutnya lapar tubuhnya letih Hinata rindu kasur empuknya.

Tiba-tiba ada tiga orang siswi perempuan yang melewatinya, ketiga perempuan itu menggosip. Di manapun dan kapanpun, wanita dan menggosip adalah dua hal yang tak bisa di pisahkan. Sayup-sayup Hinata denger bahan obrolan mereka.

“Lagi ada tawuran di arah selatan sekolah,”

“Iya sama anak sekolah Darma bakti,”

“Tapi katanya yang tawuran itu rombongan Kakak kelas kita.”

Hinata membulatkan matanya, entah kenapa dia merasa hatinya tak tenang. Dia takut Naruto turut terlibat. Dia khawatir banget sama Naruto. Tanpa pikir panjang Hinata lari ke arah yang di maksud cewek-cewek tadi, dia langsung meluncur tanpa mikir resikonya. Ingat kalian para wanita, jangan pernah mendekati lokasi tawuran. Di sana terlalu beresiko! Tidak ada yang akan bertanggung jawab jika kau terluka di sana.

Lama Hinata lari ahirnya dia sampai di tempat yang di maksud cewek tadi, bener ada twuran tapi Hinata gak bisa liat ada Naruto apa enggak. Mereka terlalu banyak juga terlalu bising. Mereka sedang adu lempar batu, kayu, bahkan ada yang pakai gear motor yang di iket pakai tali pinggang. Gila ini anarkis banget kaya orang lagi perang mini. Hinata mundur beberapa langkah pas lihat ternyata kerumunan itu berbalik arah sekarang malah nuju ke arah dia. Hianta berbalik mau lari tapi ternyata di belakang dia ada gerombolan cowok-cowok berseragam yang lagi lari juga ke arah dia. Jadi posisinya Hinata itu di tengah-tengah diantara tiga kubu yang mau tempur jadi satu.

Gak jelas lagi mana kawan mana lawan, mereka cuma tau saling hantam aja. Hinata ketakutan, lemparan batu dan kayu mulai mengudara, jeritan dan makian mulai kedengeran makin kenceng. Dia gak tau lagi harus gimana selain doa semoga Tuhan ngelindungin dia. Tuhan lindungi Hinata!

Pas kerumunan itu udah deket tiba-tiba ada yang bopong badan Hinata, bopong kaya karung beras terus bawa dia lari. Hinata kaget banget tapi lebih kaget lagi pas lihat ada sekitar lima orang yang ngejar mereka dan pada bawa celurit gaes! Hinata menjerit ketakutan tapi orang yang gedong Hinata ini tenaganya kuat banget padahal kan Hinata berat kaya beras lima puluh kilo.

“Tolong, tolong!” jerit Hinata pas dia ngerasa orang yang gendong dia mulai kehabisan tenaga sementara yang ngejar makin bringas aja. Hinata di lempar gitu aja ke tanah sama orang itu terus dia berbalik buat ngadepin lima orang yang ngejar mereka.

Dari punggung dan rambutnya Hinata langsung tau kalau orang yang bawa dia lari itu Naruto, suaminya sendiri. Hinata menjerit pas Naruto ngelawan lima orang itu pakai tangan kosong. Dia takut Naruto kenapa-napa sumpah itu lima orang lawa satu mana bawa pisau semua kan ngeri.

Naruto tersenyum sinis, dia ngelepas ikat pinggangnya sendiri. Bukan mau pipis ya, dia mau berantem ini. Ternyata ikat pinggang Naruto itu antik gaes, bagian kepala nya gede banget dari besi mana ada rigi-riginya lagi. Gila itu kayaknya emang khusus sabuk tawuran deh. Hinata gak berani lihat, dia nutup mata pas lihat Naruto mulai berantemnya. Dia takut cuma bisa doa dalam hati semoga suaminya di lindungi. Lindungi Naruto ya Tuhan!

Sampai sekita sepuluh menit Hinata masih nutup mata sambil berdoa, dia menautkan tangannya sambil fokus berdoa. Dia gak mau Naruto terluka.

Tiba-tiba ada yang narik legan dia kasar sampe Hinata kaget, “Kak,” ucapan Hinata berhenti pas lihat mata Naruto yang natap dia tajam. Tajem anget kaya tombak, padahal cuma di tatap sinis tapi sakit banget rasanya.

“DIEM!” bentaknya. Hianta cuma Nuruto dia ngikutin Naruto lari lagi, bedanya sekarang Naruto lagi genggam tangan Hinata erat banget. Hinata cuma nurut, Naruto ngelindungin dia selama lari mereka gak deket ke area war karena Naruto bawa Hinata. Gadis itu ketakutan, tapi pas lihat punggung lebar yang lari di hadapannya itu hatinya tenang.

Naruto lari sambil terus lihat kanan-kiri takut ada peluru nyasar dari tempat war kena Hinata, mereka udah hampir sampai gerbang sekolah di mana mobil Naruto ke parkir. Naruto buka pintu mobilnya kasar banget terus ngelempar badan Hinata gitu aja ke dalem terus banting pintunya lagi kenceng sampai Hinata kaget.

Busyet Mas, kalem napa..

Naruto mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia marah bahkan dia gak peduli udah ngelanggar lampu merah. Jangan di tiru ya gaes! Hinata meluk badannya sendiri, dia ketakutan. Seumur-umur ini pertama kalinya dia kejebak dalam tawuran, lihat orang beantem secara langsung terus di bawa naik mobil yang udah kaya mau ngadain pertemuan sama Tuhan. Kenceng banget kaya nantangin malaikat maut. Serem. “Kak, pelan-pelan,” ujar Hinata pelan.

Naruto menoleh, pegangan di kemudinya mengerat hingga urat-urat tangannya menonjol air mukanya suram dengan urat-urat kemarahan yang jelas kentara. “Diem bangsat!” umpatnya kasar. Hinata menciut nyalinya, dia cuma diem sambil nautin jarinya lagi. Dia doa untuk keselamatan mereka. Uh anak soleh.

Mobil berbelok tajam di basement apartemen, Naruto keluar dari mobil abis itu banting pintunya kenceng. Busyet, doyan bener banting-banting. Kalem napa kalem.

Hinata kaget pas Naruto langsung nyeret dia keluar, terus bawa dia ke lantai satu. Di sepanjang jalan banyak penghuni apartemen yang menatap mereka dengan wajah heran tapi buru-buru Hinata menyunggingkan senyum seolah semua baik-baik aja.

Mereka sampai di lantai tiga Naruto bawa Hinata masuk ke unitnya terus banting pintu apartemen itu kenceng. Hinata ketakutan liat mata Naruto yang tajem kaya gitu. Sumpah demi apa ini pertama kalinya.

“Lo mau mati hah?! lo kira tawuran itu mainan?! kalau lo mati di sana gimana?! pakai otak Nat kalau mau berbuat! Goblog banget jadi cewek.” hardik Naruto begitu mereka sampai di dalam unit apartemen. Naruto marah, melihat Hinata berada di tengah-tengah tawuran membuat nyawanya nyaris putus di tempat. Dia tidak bisa membayangkan jika sedetik saja dia terlambat menyelamatkan gadis itu.

“Kenapa lo gak tunggu gue di mobil?!” Naruto menatap Hinata nyaanghingga gadis itu menunduk ketakutan.

“Kalau gue telat bawa lo lari gimana?! kalau gue mati pas ngelawan orang lima itu gimana? Kalau gue ternyata gak ada di sana gimana HINATA JAWAB GUE!!!” bentaknya emosi. Hinata terisak pelan, hatinya sakit. Jelas masuk ke dalam area tawuran itu bukan tujuannya, dia hanya ingin mencari Naruto.

“ARGH! ANJING!!” umpatnya kasar lalu pergi begitu saja meningalkan Hinata yang menangis di tempatnya.

Hinata menangis kencang, dia menyesal membuat Naruto marah. Pemuda itu pasti terkejut melihat Hinata ada di sana. Hinata hanya bisa menangis sekarang, melihat Naruto marah besar seperti itu membuat hatinya sakit luar biasa.

"Maaf.." isak gadis itu.













Tbc gan!

Lanjut?
Spam dulu.

Badboy Husband | Namikaze Naruto✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang