10. Patah

2.6K 273 53
                                    

Spam komen yang banyak biar aku tambah sayang!

***


Naruto lagi asik main game di kamarnya, dia lagi main freefire di hapenya. Habis makan terus dia mandi lanjut ngegame lagi, biasa cowok kalo udah kecanduan main game ya gini gak kenal istirahat. Tangannya mengapit sebatang rokok yang masih menyala, sesekali dia menghisap rokok itu sambil memainkan ponselnya. Ah pokoknya nyaman banget udah ini posisinya. Kaki di sangga pakai bantal terus senderan ke dinding.

Lagi asik ngegame tiba-tiba poselnya ngelag bebrapa kali, Naruto mengumpat secara langsung karena setaunya jaringan di rumahnya itu bagus gak mungkin ngelag kaya gini. Ini pasti ada yang nelpon dia. Sialan, Naruto malah pengen banting hapenya sekarang.

Tapi pas liat nama yang tertera di sana Naruto langsung duduk tegap, Bang Neji. Naruto langsung ngangkat terus nempelin hapenya ke telinga walaupun udah panas banget sampai mau melepuh telinganya. “Halo Bang,” sapa Naruto sopan. Ya harus lah kan nelpon Kakak Ipar, harus jaga image!

“Naruto, kamu di mana?”

“Di rumah Bang, kenapa?” Naruto masih duduk tegap, gak tau kenapa pokoknya kalau sama Kakak Iparnya Naruto itu masih canggung banget. Takut sih yang lebih mendominasi.

“Adek lagi sama kamu gak? Abang mau ketemu dia sekarang penting,” entah kenapa pas Neji ngomong gitu perasaan Naruto jadi gak enak.

“Adek lagi ikut Bunda ke butik Bang, tunggu dulu ya biar aku jemput terus antar ke rumah.”

“Antar ke bandara aja ya, sekarang bisa kan sejam lagi abang takeoff.” jawab Neji, Naruto sebenarnya masih bingung, tapi karena ia gak mau ngulur waktu lebih lama ahirnya dia nurut.

“Iya Bang, aku jemput Adek dulu terus langsung ke sana.” Neji mematikan sambungan telepon nya sepihak. Setelahnya Naruto langsung menghela nafas lega, ahirnya selesai. Tiga menit yang menegangkan. Naruto hapir lupa cara bernafas selama berbicara dengan Neji.

Dengan sigap dia lari ke kamar mandi buat ganti baju, tak sampai lima menit singlet dan boxer Naruto telah terganti dengan celana jeans hitam, kaus putih polos dan jaket denim yang masih di pegang di tangan. Naruto lagi nyari-nyari dompet sama kunci motornya.

***

Perjalanan dari rumah ke butik biasanya gak sampai lima belas menit karena Naruto naik motor sekarang jadi dia cuma butuh waktu delapan menit buat sampai sana. Naruto lari ke dalam butik setelah memarkirkan motornya. Pemuda itu tampak tergesa-gesa bahkan dia mengabaikan sapaan beberapa karyawan Ibunya.

“Bunda!” panggil Naruto pas liat Khusina lagi duduk sama kliennya. Kayaknya mereka lagi bahas model baju. Naruto gak paham banget jadi dia gak peduli. “Adek mana Bun?” tanyanya langsung.

“Ada di dalam, lagi liat-liat tas kayaknya.” Naruto mengangguk dia langsung berlari ke sudut bagian yang memajang aneka model Tas. Dan ya semua ini buata para karyawa Ibunya dan yang mendesain Ibunya sendiri.

“Dek!” Hinata menoleh saat suara yang familiar di telinganya ahir-ahir ini menyapa telinganya. Dia mengerutkan kening melihat Naruto yang lari-larian ala orang India padahal kan gak lagi hujan.

“Kakak ngapa lari-larian? Lagi latihan Indiaan?” tanya Hinata denan kening berkerut.

Naruto menggeleng dia langsung narik jemari mungil Hinata cukup kuat bahkan mereka setengah berlari sekarang. Tadi cuma Naruto yang lari India-indiaan sekarang Hinata juga terpaksa ikutan walaupun gak ngerti. “Ngapa lari-lari sih Kak?!” tanya Hinata bingung.

“Abang nunggu kita di bandara, buruan ih.” Hinata menurut saja, mereka udah sampai di motor Naruto. Cowok ganteng itu ngeluarin helm dari dalam jok motornya terus di kasihin ke Hinata.

“Pegangan ya Dek, Kakak ngebut ini soalnya Abang bentar lagi takeoff." Hinata mengangguk pasrah, dia pegangan di kedua bahu Naruto tapi di tengah jalan tiba-tiba Naruto narik tangan Hinata ke pinggangnya. “Peluk aja Dek, udah sah ini gak akan ada yang marahin juga kalo peluk.” ujar Naruto santai. Oh wahai Bapak Naruto yang terhormat tidak tahukah anda bahwa tindakan anda tersebut memilik efek samping yang berbahaya untuk Hinata? Gadis itu setengah membeku di tempatnya sambil memeluk pinggang Naruto. Seumur Hidupnya ini pertama kalinya dia meluk cowok selain Neji sama Papanya. Perdana, baru aja buka segel ini. Hinata cuma bisa diem sambil meluk Naruto, dalam hatinya dia berdoa semoga jalannya agak macet biar dia bisa meluk Naruto lebih lama. Sa ae lu kutil kuda.

Naruto belokin motornya di parkiran bandara, dia lari sambil gandeng Hinata. India-indiaan part 2 ini namanya. Hinata pasrah aja di tarik kesana sini sama Naruto dia udah lumayan capek tapi ternyata gak juga sampe. Kan sebel.

“Itu Bang Neji,” Naruto sedikit berteriak memanggil Abangnya yang hampir saja beranjak dari kursinya. Sepuluh menit lagi pesawatnya takeoff jadi waktunya tak banyak.

“Bang!” Naruto sampai dengan nafas memburu, begitu pula Hinata. Udah hampir copot ini jantungnya di bawa larinya kencenga banget soalnya.

“Dek, syukurlah kamu dateng.” Hinata berjengit kaget pas liat Neji tiba-tiba meluk dia.

“Iya Adek pasti dateng Bang, cuma tadi jalanan agak macet jadi lama.” jawab Hinata sambil mengusap-usap punggung Neji.

“Dengerin Abang baik-baik, waktu Abang gak banyak.” Hinata menganguk, entah kenapa perasaannya tiba-tiba tidak enak melihat sorot mata Neji yang berubah serius.

“Papa di bawa ke Singapura, kanker Papa udah semakin ganas. Mama pergi nemanin Papa di sana dan Abang harus ke China buat ngecek perusahaan kita yang terancam bangkrut di sana. Maaf. Kamu pasti kaget banget kan? Maaf Dek, maafin kami.”

Hinata terdiam, sorot matanya kosong. Perkataan Neji itu langsung menghujam ulu hatinya yang paling dalam hingga ia syok berat.
“Dek maafin Abang, kami cuma punya Naruto yang bisa di percaya buat jaga kamu. Maaf Dek, kami egois.” Hinata tak menjawab, tatapan matanya beneran kosong, dia blank. “Nar, Abang titip Adek ya.” Naruto sebenarnya udah tau cuma dia diam. Dia gak tega ngasih tau Hinata kemarin. Dia cuma ngangguk pas Neji bilang gitu. Neji meluk Hinata erat sebelum ahirnya dia pergi dari situ, nyisain Naruto sama Hinata doang di sana.

Hinata masih diem, hatinya sakit banget. Papanya sakit? Tapi sejak kapan? Kenapa selama ini dia keliatan baik-baik aja? Hinata gak ngerti. Semua terlalu mengejutkan sampai rasnya semua kacau. Dunianya mendadak abu-abu.

“Dek,” panggil Naruto pelan. Entah kenapa pas Naruto manggil gitu Hinata ngersa dunianya makin buram. Dia berbalik terus natap Naruto dan yang di lakukan pemuda itu cuma senyum. Senyum hangat nan menenangkan.

“K-kak,” suara Hinata bergetar, bulir-bulir air matanya mulai menggenang di pelupuk mata siap jatuh kapan aja.

“Kakak di sini Dek, gak papa kamu gak sendirian.” Naruto narik Hinata ke dalam pelukannya, dan pas badan mereka saling dekap Hinata nangis. Nangis sekenceng-kencengnya karena rasanya udah gak kuat. Sakit. Semuanya terlalu tiba-tiba dan Hinata gak sanggup. “Shh… Jangan nangis.” lagi kata-kata itu terucap namun perasaan Hinata kian campur aduk.

Kenapa dia baru di berutahu sekarang? Kenapa mereka menyembunyikan ini dari Hinata? Hinata butuh alasan untuk bisa nerima ini.









































Tbc gan!


Gak rame komennya gue gak up satu minggu :v

Badboy Husband | Namikaze Naruto✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang