Hinata meneguk ludahnya kasar, tatapan mata Naruto yang awalnya lembut dan jenaka berubah serius. Sumpah, Hinata takut sekarang.
“Adek tau kan Adek itu punya Kakak?” Naruto bertanya sambil mengusap-usap dagu Hinata dia lagi ngurung badan Hinata sekarang. Hinata mengangguk kaku gak berani jawab, tatapan mata Naruto ngeri. Naruto tersenyum puas, dia deketin wajah terus nyatuin bibir mereka lembut banget. Cuma ngecup aja terus di lepas lagi.
“Kenapa bisa sama Gaara?” tanya Naruto lagi. Oke guys jadi ini tuh introgasi ala Naruto ya, di kunci gini badannya biar gak bisa lari.
“Tadi Adek bolos kelas di ajak Kiba, terus Adek gak sengaja minum minuman dia,” ucapan Hinata terhenti saat Naruto memanggut bibirnya, kali ini sedikit menggunakan pergerakan bibir. Naruto memanggut bibir Hinata atas bawah bergantian. Woy lah Mas, maen cium-cium aja orang lagi ngomong juga. Kan jadi pengen.
“Terus?” lanjut Naruto, Hinata cuma bisa nahan nafas. Dia kapok, fiks abis ini dia gak akan deket-deket cowok lagi kalau ahirnya di interogasi caranya gini. Ngomong jujur enggak, mantap-mantap iya. Hadeh.
“Dia marah terus nyuruh Adek ngantarin makanan ke atap bareng dia sebagai permintaan ma-” lagi, ucapan Hinata terhenti saat Naruto gigit bibir bawah Hinata. Gemes banget liatnya dari tadi ngoceh mulu perasaan. “Sakit,” Hinata merengek Narutonya malah senyum gak jelas. Suka banget dia liat Hinata ngerengek.
“Lanjut,” ujarnya lagi. Dia kembali fokus dengerin Hinata.
“Lanjutannya kan Kakak udah lihat tadi,” sungut Hinata, dia masih tak terima Naruto mengigit bibirnya. Kalau merah terus bekas gimana? Kan bahaya mana masih di lingkungan sekolah lagi.
“Kakak maunya denger dari kamu,” ujar Naruto.
Hinata berdecak sebal, kalau udah tau ceritanya kenapa harus nanya coba? Heran deh.“Ya tapi ka-” Naruto gak tahan lagi sumpah.
Naruto memanggut bibir Hinata agak kasar, lidahnya menjilat sisi bibir bawah Hinata memancing gadis itu membuka mulutnya. Tangannya menyusup ke balik kemeja Hinata buat ngelus perutnya. Hinata meleguh pelan, usapan Naruto terlalu lembut untuk di tolak tubuhnya. Naruto memainkan lidahnya di tepian bibir Hinata hingga gadis itu terpancing untuk membuka mulut, Naruto tersenyum senang saat gadisnya mulai terbawa suasana. Husapan dan decapan itu saling beradu seiring nafas mereka yang kian memburu. Naruto masih betah menjelajah tiap rongga di bibir Hinata, rasanya manis hingga kepalanya turut pening karenanya. Rokok dan minuman memang memiliki efek candu bagi Naruto namun bibir Hinata lebih, rasanya lebih dari candu yang di timbulkan oleh barang-barang laknat itu. Dan yang pasti bibir Hinata lebih halal.Hinata kewalahan dia tidak tau harus membalas seperti apa, ini pertama kalinya mereka berciuman panas bahkan hingga berbagi saliva. Selama ini hanya kecupan atau pagutan ringan lah yang sering merek lakukan. Hinata meremas rambut pirang Naruto untuk melampiaskan perasaannya, kakinya mengkerut seiring usapan tangan Naruto yang kian meninggi bahkan kini Naruto telah mengusap bagian bawah payudaranya. Hinata menegang, tanpa sadar kakinya melingkar di pinggang Naruto. Saat pagutan mereka kian dalam dan Naruto kian buas menjelajahi rongga mulutnya Hinata secara tiba-tiba mendorong tubuh Naruto menjauh.
Naruto sedikit terhuyung kebelakang, bibirnya masih setengah terbuka dengan lidahnya masih sedikit terjulur. Penampilannya saat ini sangat berantakan dan itu semua karena Hinata. “Kenapa Dek?” tanyanya dengan suara lirih sambil nahan sesuatu dalam dirinya yang hampir meledak.“Kita masih di sekolah Kak,” balas Hinata. Naruto mendesah kesal, padahal dia udah hampir sampai di ujung tapi kenapa harus terhenti. Dia ngusap wajahnya kasar lalu duduk begitu pula Hinata dia langsung benerin bajunya yang berantakan karena ulah Naruto. Nakal banget emang.
“Ayok ke kelas,” Naruto mengulurkan tangannya ke arah Hinata untuk membantu gadis itu berdiri, aslinya kakinya udah lemes banget gak kuat jalan tapi mau gimana lagi.
“Adek ke UKS aja ya kalo masih lemes,” Naruto bantuin Hinata jalan mukanya keliatan cemas banget sama Hinata.
“Kak gak kuat jalan,” Hinata langsung jongkok karena lututnya emang udah gak sanggup. Jujur aja dia tu masih setegah sadar gitu gara-gara tadi. Gak tau deh pokoknya masih syok. Efek gagal mantap-mantap.
“Yaudah ayok Kakak gendong ke UKS,” Naruto langsung jongkok di hadapan Hinata, gadis mungil itu langsung naik ke punggung Naruto. Ah nyamannya.
Naruto bawa Hinata turun dari atap, sepanjang perjalanan mereka cuma jadi pusat perhatian. Ya secara Naruto yang terkenal badboy itu bisa-bisanya gendong cewek di punggungnya. Terlebih cewek itu tu cuma undur-undur yang keberdaannya aja nyaris gak di ketahui orang. Miris banget gak tuh.
Hinata cuma ngeratin pelukannya di leher Naruto sementara mukanya udah di susupin ke punggung lebar suaminya, sementara Naruto dia cuek aja sambil jalan. Terserah orang-orang itu natap dia kayak mana dia gak peduli. Toh mereka gak ada kontribusinya sama sekali buat dia kan?
Naruto nurunin Hinata di ranjang pasien, dia langsung bantuin istrinya baring. “Kak, Adek takut kalau mereka julit gimana?” Hinata hampir saja menangis mendengar itu namun Naruto malah senyum aja liatnya.
“Sekarang kan mereka udah tau semuanya Dek, jadi Adek gak perlu takut lagi Kakak di sini buat jagain Adek.” Naruto mengusap-usap kepala Hinata dengan lembut. Dia tau istrinya takut karena ya kumpulan cewek-cewek di sekolahnya emang lumayan ngeri juga. Ganas kek babon.
“Sekarang Adek tidur ya, kalau ada apa-apa telepon Kakak. Kakak balik ke atap dulu.” Naruto nyium pucuk kepala Hinata lembut terus ninggalin gadis itu gitu aja di UKS. Hinata ahirnya milih tidur, dia tu cuma lemes aja dengkulnya tapi kalau jalan pasti sempoyongan jadi biar aman dia di UKS aja deh.
***
Niat hati mau tidur nyenyak ternyata itu semua cuma hayalan belaka karena pas Hinata mau mejem tiba-tiba hape nya bunyi, dia langsung ngankat telepon itu karenya tenyata dari Ayah mertuanya. Bisa berabe ntar kalau kelamaan nangkat.
“Halo, Yah?” sapa Hinata pas sambungannya udah terhubung.
“Halo Dek, kamu lagi sama Naruto enggak?” tanya Minato.
“Nggak Yah, Kakak lagi di atap Adek di Uks.” jawab Hinata jujur, ya emang iya kan? Jujur itu perlu man teman.
“Loh kamu sakit??” pertanyaan bernada heboh dari Ayah mertuanya itu malah bikin Hinata meringis, iya sakit. Sakit karena udah di ujung tapi gak jadi.
“Nggak kok Yah, Adek gantuk banget makannya ke UKS buat tidur.” jawab Hinata sambil cengengesan padahal Minato juga gak akan lihat.
“Yaudah kalau gitu, kamu susulin Naruto ya bilang sama dia gambarnya mau Ayah minta lusa.” titah Minato.“Lah Ayah kenapa gak nelpon Kakak langsung?” tanya Hinata bingung, padahal kan tinggal menghubungi Narutonya langsung biar simple.
“Kalau ada cara susah, kenapa harus cara mudah?” jawab Minato santai. Lah si Bapak ngerepotin mulu bisanya heran. Untung Bapak mertua, untung jadi gak mungkin di katain.
Hinata be like : Gini amat punya mertua, sabar kan hamba ya Tuhan.
Tbc gan!
Ganas banget ya lo pada, ngeri gue pagi-pagi jebol notif gara-gara lu pada. Ampun bener😂
Gasanggup gue bales komen satu-satu.
Dahlah, tembus 100 vote langsung gue up lagi :v
Hayo gc teman-teman!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Husband | Namikaze Naruto✔️
Fanfic(Bahasa Non Baku.) Tema pasaran yang udah anti mainstream! Naruto di minta oleh Ibunya menikahi Hinata yang merupakan Adik kelasnya. Mereka satu sekolah tapi tidak saling mengenal, Naruto badboy yang cukup populer sedangkan Hinata cewek introvet y...