Dua hari berlalu, Jimmy tinggal sendirian. Orang tuanya masih di rumah sakit, kondisi mereka berangsur membaik pasca operasi.
Jimmy sudah mengetahui fakta yang sebenarnya tentang peristiwa penembakan itu, Lucy yang menjelaskan semuanya. Wanita itu tampak sangat menyesali perbuatan buruknya selama ini terhadap Sheryl. Dia ingin minta maaf, tapi Sheryl tidak ada.
Walaupun begitu, Jimmy tetap sakit hati terhadap Sheryl. Dia merasa terkhianati karena Sheryl berpelukan dengan Sebastian. Jimmy sangat ingat bahwa Sebastian memeluk perempuan itu dengan erat. Dan dia sangat benci terhadap orang yang melanggar janjinya, padahal dia juga ingkar janji.
Ah, sudahlah! Lebih baik Jimmy tidur sekarang. Tubuhnya terasa sangat pegal karena terjaga semalaman di rumah sakit. Dia butuh istirahat.
Tok! Tok! Tok!
"Jim? Kau di dalam?" tanya Rosé mengetuk pintu kamar Jimmy. Perempuan itu datang membuatkan makan siang untuk Jimmy.
"Iya! Aku mau tidur, jangan diganggu!"
"Baiklah."
Rosé pun turun ke lantai bawah, lalu berjalan menuju dapur. Rosé akan memasak beberapa menu makanan, dia mengetahui makanan kesukaan Jimmy dari Lucy.
🅔🅟🅘🅟🅗🅨🅣🅔
Selesai dengan urusan dapur, Rosé meletakkan semua makanan di meja makan.
Awalnya dia ingin membangunkan Jimmy, tapi tidak jadi karena Jimmy sangat kelelahan sehingga butuh waktu istirahat yang banyak.
Rosé pun memutuskan menunggu pria itu bangun sambil bermain ponsel atau menonton televisi.
Namun, tiga puluh menit kemudian kepulan asap memenuhi dapur dan mulai memasuki ke ruang keluarga dan ruang tamu. Rosé panik, dia bisa melihat kobaran api dari dapur yang cukup besar. Perasaan dia sudah mematikan kompor, tapi kenapa ada api di sana?
"Uhukk!"
Rosé tidak tahan lagi, asap itu sangat menusuk indra penciumannya. Dia memutuskan untuk keluar dari rumah karena kobaran api mulai menjalar ke mana-mana.
"Astaga! Apinya semakin besar! Jimmy masih ada di dalam, bagaimana ini?"
Perempuan itu segera mencari bantuan. Dia menelpon pemadam kebakaran dan ambulan sebagai jaga-jaga.
Tak lama kemudian sebuah mobil datang, orang yang ada di dalamnya pun segera keluar saat melihat kobaran api pada rumah Jimmy.
"Rosé?! Apa yang terjadi?!" tanya Sheryl.
"Kebakaran! Aku tidak tahu penyebabnya, tapi api itu muncul dari dapur lalu merembet ke mana-mana!" seru Rosé panik, "dan Jimmy masih ada di dalam! Dia ada di kamarnya!"
Sheryl membulatkan matanya.
"APA?!"
"Tadi dia sedang tidur, aku tidak sempat ke kamarnya karena asapnya sudah tebal. Aku tidak bisa melihat!"
Sheryl memandang rumah yang terbakar itu, belum seutuhnya terbakar. Dia mencari cara agar Jimmy bisa selamat.
"Apa kau sudah menelpon pemadam kebakaran?" tanya Sebastian.
Rosé mengangguk. "Sudah, mungkin sebentar lagi mereka datang."
Jika menunggu pemadam kebakaran, kemungkinan Jimmy tidak akan selamat. Sheryl menghela napas, lalu melempas jaketnya sembarang. Dengan nekad dia berlari menerobos masuk ke dalam rumah untuk menyelamatkan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] EPIPHYTE ✔
General Fiction[Judul sebelumnya : PARASITE] Dengan kasar, Sheryl mengusap air matanya. "Jika ini memang keinginanmu, baiklah ... aku menerimanya. Aku memang tidak pantas dimiliki, aku ini sebuah parasit yang hanya merugikan orang lain." "CK! PERGILAH! AKU JIJIK M...