Halooo!
Jangan lupa kritik dan sarannya yaa.
Sertakan vote jika kalian suka bab ini!
Terima kasihh!Selamat membaca🖤✨
━━━━━━━━━━━━━━━━
"Ck, kenapa kau tidak membawa ibu ke rumah sakit atau psikiater dari dulu?!" protes Joy.
"Aku sudah mencoba, tapi ibu sendiri tidak mau dan terus menolak saat aku mengajaknya."
Jadi, Pamela—ibu dari kakak beradik itu—pingsan saat melihat wajah anak perempuannya. Tentu saja hal itu membuat Joy panik dan segera membawa Pamela ke rumah sakit terdekat. Tunggu sebentar, memangnya wajah Joy sangat mengerikan sampai ibunya pingsan melihatnya?
Dokter mendiagnosis bahwa Pamela mengidap depresi psikotik. Depresi psikotik ditandai dengan gejala depresi berat yang disertai adanya halusinasi atau gangguan psikotik. Penderita depresi jenis ini akan mengalami gejala depresi dan halusinasi, yaitu melihat atau mendengar sesuatu yang sebetulnya tidak nyata. Maka dari itulah kenapa Pamela sering berhalusinasi melihat seorang perempuan yang ingin membunuhnya dan mendengar suara-suara aneh di dalam kamarnya. Dia selalu berteriak ataupun pingsan saat melihat perempuan itu dan mendengar suara aneh.
Joy memandang Pamela yang terbaring di atas kasur rumah sakit. Keadaan wanita itu setidaknya sedikit membaik setelah ditangani oleh dokter.
"Permisi, saya ingin bicara dengan Nona Joy dan Tuan Lukas, bisa?"
Kakak beradik itu pun mengangguk lalu mengikuti langkah dokter menuju koridor. Sementara Sebastian tetap berada di ruang rawat inap untuk menemani Pamela.
"Ada apa, Dok?" tanya Joy.
"Kami ingin meminta persetujuan dari kalian berdua untuk penanganan lebih lanjut dari depresi yang Nyonya Pamela alami. Kami akan mendatangkan seorang psikiater yang bisa membantu dan mengobati depresi tersebut," jelas dokter itu.
"Apakah pengobatannya dilakukan di rumah sakit ini?" tanya Lukas.
"Tentu."
"Tapi ibu saya tidak suka berada di rumah sakit, apakah bisa dilakukan di rumah saja? Saya akan bayar berapapun asalkan ibu saya dirawat di rumah."
Dokter dengan nametag Hendery di dada itu pun mengangguk maklum. "Bisa. Kalau begitu kalian bisa tanda tangani surat pembayaran di ruang administrasi."
🅔🅟🅘🅟🅗🅨🅣🅔
Brukk!
Joy tidak sengaja menabrak seseorang di persimpangan koridor. Dia bisa jatuh ke belakang jika saja Lukas tidak memegang pundaknya.
"Kalau jalan pakai mata," protes seorang pria dengan jaket dan topi hitam. Jangan lupakan dia memakai masker juga.
Sepertinya Joy mengenali suara pria ini. Dia pun menatap tajam. "Di mana-mana orang jalan pakai kaki!"
"Dasar Nona Gendut tidak tahu sopan santun. Bukannya minta maaf, justru berkata sarkas."
"Buat apa aku bersikap sopan kepada orang yang sombong sepertimu? Haha ... tidak ada gunanya."
Joy pun menarik tangan Lukas. "Sudahlah, kita tinggalkan Thanos ini."
Lukas masih bingung dengan situasi ini, dia sedikit terkejut saat bertemu dengan Jimmy. Dan menurut dia, Joy dan pria itu tampaknya tidak bersahabat. Padahal memang itu faktanya
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] EPIPHYTE ✔
Fiksi Umum[Judul sebelumnya : PARASITE] Dengan kasar, Sheryl mengusap air matanya. "Jika ini memang keinginanmu, baiklah ... aku menerimanya. Aku memang tidak pantas dimiliki, aku ini sebuah parasit yang hanya merugikan orang lain." "CK! PERGILAH! AKU JIJIK M...