[E] 0.5 : HAPPINESS?

361 69 38
                                    

"Bisakah kau lebih cepat memasak? Aku sudah lapar," desis Lucy dengan nada ketus.

Sheryl mengangguk kecil, lalu segera menghidangkan makanan untuk Lucy dan Jimmy. Sekarang waktunya makan malam.

"Bila ada yang kurang, panggil saja aku." Sheryl pun kembali ke dapur setelah menyajikan makanan kepada dua orang itu.

Dia tidak ikut di meja makan, karena Lucy bilang di sana bukan tempatnya. Sheryl sudah biasa makan di dapur.

"Besok siang Papa pulang, jadi nanti kau yang menjemputnya ya," kata Lucy kepada anak kesayangannya, Jimmy.

"Jam berapa?"

"Sekitar jam satu. Kenapa? Kau sibuk?"

Jimmy menggeleng. Dia menelan makanan yang ada di mulutnya lalu berkata, "Tidak juga. Hanya saja aku takut jika ada meeting, jadi aku tidak bisa menjemput Papa."

"Kau punya asisten, jadi tidak perlu repot-repot jika ada meeting. Suruh saja dia nanti untuk menggantikanmu."

"Iya, Ma."

Sheryl sedikit menguping pembicaraan mereka. Dia mendengar Demian--Papa--akan pulang besok. Tentu saja dia senang bukan main. Pasalnya, hanya Demian yang menyayangi Sheryl di keluarga ini.

Demian pergi ke luar negeri hampir empat tahun lamanya. Dia ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditinggalkan. Alhasil, dia harus meninggalkan keluarganya termasuk Sheryl. Sejak perginya Demian, Sheryl sering mendapat perlakuan kasar dari Lucy.

Sekarang Sheryl bernafas lega, setidaknya sudah ada tameng yang siap melindungi dirinya dari monster jahat. Semoga saja.

"Sheryl! Kemari kau!"

Perempuan itu langsung meletakkan piringnya, dan bergegas menghampiri si monster.

"Ada apa, Ma?"

Lucy tersenyum miring. "Kau tahu? Besok Papa akan pulang."

"Benarkah?" tanya Sheryl pura-pura. Padahal dia sudah mendengar kabar itu, hasil menguping tadi.

Kini Lucy berdiri sambil menatap tajam anak perempuannya. "Iya, dan aku tahu kau pasti sangat senang, bukan?"

Sheryl mengangguk.

"Tapi ingat! Jangan pernah kau mengadukan apa yang aku lakukan kepadamu, mengerti?" Nada Lucy membuat nyali Sheryl menciut.

"I-iya, Ma."

"Bagus. Sekarang bereskan piring kotor di meja makan," titah Lucy sembari mengambil jus jeruk di dalam kulkas.

Dengan segera Sheryl membereskan sisa-sisa makanan dan piring kotor mereka, tak lupa pula dia mencuci semuanya.

"Oh iya! Besok ada acara untuk menyambut Papa di sini, akan ada keluarga dan teman-teman Papa yang datang. Aku tugaskan kau membuatkan hidangan untuk tamu," kata Lucy berdiri beberapa meter di belakang Sheryl.

Acara kecil? Dengan mengundang keluarga dan teman-teman Demian? Sheryl yakin, teman-teman Demian tidak sedikit. Lalu bagaimana bisa dia membuatkan hidangan untuk tamu yang bisa dibilang banyak? Sendirian?

"Eum ... Ma, bisakah kau membantuku membuat hidangan untuk acara besok? Aku tidak bisa melakukannya sendirian." Percayalah, bertanya seperti ini kepada Lucy butuh nyali yang besar.

Lucy berbalik dan menatap Sheryl dengan senyum yang aneh. "Bantu?"

Sheryl mengangguk.

Raut wajah Lucy berubah seratus delapan puluh derajat menjadi datar. Salah satu sudut bibirnya terangkat sedikit. "Dengar, Jim? Dia meminta bantuan kepada Mama!" seru Lucy kepada Jimmy yang masih duduk di meja makan.

[1] EPIPHYTE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang