[E] 2.7 : MEET KATY

155 36 14
                                    

"Entahlah ini wajar atau tidak, tapi aku ingin mengatakan sesuatu, bahwa ... I thought I fell in love with you," tutur Jimmy menatap dalam, "aku merasakan hal ini setelah sekian lama. Sekarang aku mencintai saudara angkatku sendiri. Terdengar aneh, bukan?"

"Aku ingin kita menjalani hubungan yang lebih dari ini, kuharap kau mengerti maksudku. Jika kau menerimaku, ambil dan pakai gelang ini. Jika tidak, buang gelangnya."

"Lalu ... bagaimana dengan papa dan mama? Aku takut jika mereka melarang kita untuk berhubungan seperti ini."

"Kau tidak perlu khawatir, biarkan aku yang bicara dengan mereka nanti."

"Hm, baiklah ... tapi bolehkah aku meminta waktu untuk memikirkannya?"

Jimmy terdiam sejenak, lalu dia tersenyum sampai eye smile-nya terbentuk. "Boleh sekali."

Padahal dia sangat berharap Sheryl menjawabnya langsung, tapi tidak apa.

🅔🅟🅘🅟🅗🅨🅣🅔

Perkataan pria itu terus terngiang-ngiang dalam pikiran Sheryl. Sambil memandangi gelang yang terdapat inisial J & S itu, Sheryl berpikir apakah dia harus menerima Jimmy atau tidak.

"Apa lagi yang kau pikirkan? Terima saja dia," ujar Joy. Dia berada di kamar Sheryl sekarang.

"Tapi—"

"Kau 'kan mencintainya juga."

Sheryl tersenyum tipis membenarkannya. "Aku ... tidak menyangka jika dia juga memiliki perasaan yang sama denganku."

"Perasaan manusia bisa berubah-ubah. Yang awalnya jahat, bisa berubah menjadi baik. Contohnya Edwin, dia sangat berubah sekarang. Dia sangat baik dan manis, mungkin Jimmy akan seperti itu juga."

"Benar juga, ya. Aku mulai merasakan perubahannya sekarang."

Sheryl pun memakai gelang tersebut, tampak manis dan pas di tangan kanannya. Dia sudah membuat keputusan, semoga saja ini yang terbaik untuk dirinya.

Joy yang melihat hal itu senang, sekaligus juga sedih karena cinta Sebastian harus bertepuk sebelah tangan. Untuk kedua kalinya, sungguh malang pria itu.

Tok! Tok! Tok!

"Sher? Kau di dalam?"

Dengan cepat Sheryl berjalan ke arah pintu lalu membukanya. "Iya, ada apa?"

"Eum ... aku ingin jalan-jalan, kau mau ikut?" tawar Jimmy memasukkan tangannya ke saku celana.

"Mau, tapi Joy boleh ikut tidak?"

"Tidak perlu mengajakku, aku ada urusan dengan Bastian," ucap Joy tiba-tiba hadir di antara mereka, "dia berjanji akan membuatkan istana pasir untukku di pantai."

Jimmy terkekeh membayangkan pria itu bermain pasir, padahal usianya sudah lebih dari dua puluh lima tahun. Ternyata usia seseorang tidak berpengaruh dengan kelakuan mereka.

"Baiklah kalau begitu, aku mau siap-siap dulu."

"Oke, aku tunggu di luar ya."

Sepeninggal Jimmy, Sheryl langsung mencari pakaian yang pas untuk dirinya, Joy turut membantunya.

T-shirt berwarna navy dan rok jeans selutut menjadi pilihan Sheryl, ditambah dengan sepatu sneakers putih. Wajahnya juga dipolesi sedikit make up oleh Joy. Katanya, supaya wajah Sheryl tidak terlalu polos.

"Apakah ini tidak berlebihan, Joy?" tanya Sheryl yang tidak merasa nyaman dengan make up-nya.

"Tentu saja tidak. Aku sudah membuatnya senatural mungkin, jadi tidak akan terlihat menor."

[1] EPIPHYTE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang