Halo-!! kritik dan sarannya juseyo~~ Sertakan vote jika kalian suka bab ini-!!
Oh iya, bab ini belum mendekati konflik. Mungkin sebentar lagi. Ditunggu yaa!
Terima kasih✨Selamat membaca✨
━━━━━━━━━━━━━━━━
Demian menghela napas panjang sambil mengusap wajah. Dia pun menatap kedua anaknya yang tertunduk.
"Akhir-akhir ini, Papa lihat kinerjamu di kantor menurun, Jim. Ditambah lagi kau berulah di universitas tadi."
Dengan tetap menundukkan kepala, Jimmy menjawab, "soal yang di universitas tadi, perempuan itu yang salah, Pa. Dia yang mulai duluan."
"Walaupun begitu kau tidak perlu menampar dia. Dia itu perempuan, sedangkan kau laki-laki. Tidak seharusnya kau melakukan itu."
Jimmy menghela napas pendek. Ya seperti ini kalau seseorang ketika menghadapi sebuah masalah hanya melihat dari satu sisi saja, tidak melihat sisi yang lain.
"Misalnya Papa mengetahui penyebabnya, apakah Papa tetap membela perempuan itu?"
"Memangnya apa penyebabnya?" tanya Demian mengernyit.
Sheryl memberi isyarat kepada Jimmy agar tidak menceritakannya kepada Demian, tapi isyaratnya diabaikan oleh pria itu.
"Jadi, sema—"
"Jim," potong Sheryl sambil menggeleng pelan.
"Kenapa? Kau takut?"
Sheryl mengangguk pelan, dia memang takut kepada Jenni karena tindakannya yang sangat melewati batas. Ditambah lagi saat Jenni mengancam akan menyiksa dia lagi, kalau Sheryl melaporkan tindakannya kepada orang lain.
"Kau tidak perlu takut, dia tidak akan mengganggumu lagi," ucap Jimmy meyakinkan, "lagi pula di sini 'kan ada aku, semuanya akan baik-baik saja."
Bolehkah Sheryl merasa lega dan tenang sekarang? Akhirnya pria yang menjadi tambatan hatinya benar-benar berubah. Yang awalnya sangat kejam dan dingin, sekarang berubah menjadi lebih perhatian dan manis. Semoga perubahan itu berlaku untuk selamanya.
Jimmy pun mulai menceritakan penyebab dia menampar Jenni di universitas tadi kepada Demian. Ada rasa tidak terima saat Sheryl diperlakukan kejam oleh Jenni, tapi seharusnya dia juga sadar diri, kalau dirinya juga pernah memperlakukan Sheryl dengan kejam dulu.
"Perlukah Papa laporkan dia ke polisi?" tanya Demian setelah mendengar semuanya. Dia tidak percaya bahwa putrinya mengalami hal buruk seperti itu.
"Jangan, Pa. Jangan laporkan dia," tolak Sheryl, "dia dikeluarkan dari universitas sudah cukup bagiku."
Ya, setelah dipanggil ke ruang rektorat, Jenni langsung dikeluarkan dari tempat dia menimba ilmu. Sementara Bomi dan Lea hanya mendapat poin pelanggaran dan beberapa hukuman lainnya.
"Eum ... jadi aku tidak salah 'kan, Pa?" tanya Jimmy, dia memang merasa tidak bersalah setelah menampar Jenni.
"Kau tetap salah."
"Yah! Kenapa begitu?" Kentara sekali Jimmy tidak terima, sepertinya dia belum intropeksi diri.
"Tadi Papa 'kan sudah bilang, kalau kinerjamu menurun dan banyak tugas yang terbengkalai semenjak ...." Sekilas Demian melirik ke arah Sheryl.
"Semenjak?"
"Semenjak kau berubah. Intinya kau lalai dalam pekerjaanmu, dan karena itu kau bersalah. Kau harus dihukum."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] EPIPHYTE ✔
General Fiction[Judul sebelumnya : PARASITE] Dengan kasar, Sheryl mengusap air matanya. "Jika ini memang keinginanmu, baiklah ... aku menerimanya. Aku memang tidak pantas dimiliki, aku ini sebuah parasit yang hanya merugikan orang lain." "CK! PERGILAH! AKU JIJIK M...