22. Rumah untuk Pulang

4.4K 301 5
                                    

Bagian Dua Puluh Dua

"Sejatinya keluarga adalah rumah untuk pulang ketika seisi dunia sedang tidak berpihak pada kita."

03 Juni 2022
Deardess mempersembahkan:
Get Away From You chapter 22| Rumah untuk Pulang

— Get Away From You —

Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia masih tinggi.  Ada begitu banyak hal yang menyebabkan KDRT terjadi dalam ranah lingkungan personal. Salah satunya, kekerasan dijadikan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik dalam huru hara rumah tangga. Ketika isteri tidak menurut, suami malah memperlakukan isterinya dengan keras. Memaki, menjambak, bahkan memukul tanpa rasa belas kasihan.

Ironisnya dari sekian banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi, masih belum banyak yang dapat tertangani. Kasus-kasus itu lebih banyak yang terpendam ketimbang yang terlihat. Mereka—para korban—kebanyakan diam membisu. Padahal jika ditilik lebih jauh, kasus seperti ini tidak bisa dibiarkan, atau bahkan dinormalisasi. Mereka yang mendapat kekerasan baik secara fisik maupun psikis seharusnya melapor agar segera ditindak lanjuti.

Betapa hancurnya hati Maureen ketika melihat Tantri—satu-satunya orang yang paling dia sayang—terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Bibirnya yang selalu terpoles lipstik kini terlihat polos tanpa warna. Lukanya baru selesai diobati, diperban kain kasa mengelilingi kepala berambut panjang.

Maureen menghela napas panjang. Hati gadis itu berdesir. Kedua matanya berkaca-kaca, hendak menitikan air mata, tapi sekuat tenaga ia tahan air mata itu, karena mengingat di ruangan ini masih ada Haikal—manusia baik yang sudah menolong kakaknya.

Diraihnya tangan dingin Tantri ke dalam genggaman. Maureen mengelus pelan tangan putih itu. Dingin, tidak terasa hangat seperti biasanya.

"Kata Dokter, Kakak kamu gapapa. Lukanya sudah diobati, kita tinggal tunggu dia sadar." Haikal bersuara. Lelaki itu berdiri di ambang pintu dengan tangan terlipat di depan dada. Perawakannya tinggi dengan setelan kemeja rapi dimasukkan dalam celana.

Maureen menunduk dalam. Menyesal telah meninggalkan Tantri berdua dengan Bayu sore tadi. Andai saja ia tidak pergi untuk berbicara dengan Fabian, mungkin hal ini bisa dicegah. Tantri tidak akan terbaring lemah seperti sekarang. Harusnya Maureen bisa melerai perdebatan mereka.

"Makasih, udah bawa kakak aku ke sini."

"Santai aja."

Dan setelahnya hanya hening yang menyelimuti. Maureen diam dengan hati berharap cemas, ingin Tantri segera bangun dan kembali mengulas senyumannya.

Di tempatnya berdiri, Haikal berdeham pelan. Lelaki itu berjalan mendekat. "Saya keluar dulu, ya," pamitnya membuat Maureen mendongakkan kepala. "Kalau ada apa-apa kamu bisa telfon saya," katanya lagi memberikan sebuah kartu nama.

Maureen dengan senang hati menerimanya. Jujur dia tidak tahu Haikal ini siapa. Katanya teman Tantri, tapi Maureen sama sekali belum pernah bertemu dengannya.

"Kak, kalau Kakak mau pulang juga gapapa, kok. Aku bisa jaga Kak Tantri sendiri di sini. Biar Kakak bisa istirahat di rumah. Makasih udah mau bantu kita."

"Nggak apa-apa, nggak buat saya repot. Santai aja." Meski begitu, tetap saja Maureen merasa tidak enak. Teman Tantri memiliki perbuatan yang terlalu baik—perbuatan yang jarang dimiliki banyak orang di luaran sana.

Setelah kepergian Haikal, hening semakin menyelimuti di ruangan inap Tantri. Maureen menidurkan kepala di samping tubuh sang kakak. Sebelah tangannya masih setia mengelus tangan Tantri yang kaku dan terasa dingin. Dia menggenggamnya erat, berharap kehangatan tersalurkan lewat sentuhannya.

Get Away From You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang