𖣌 06

8.3K 1.2K 245
                                    

𖡼໋᳝֘   Jemput 𖡼໋᳝֘ 

.
..
.

Berbagai tatapan terasa menyengat punggungnya, (y/n) yang mencoba fokus mengetik dikomputer berbalik dan menatap tajam orang-orang yang terlihat ingin tahu akan sesuatu.

"Kalian fokus sana!" pekik (y/n) kesal.

Orang-orang yang diteriaki langsung kicep dan kembali melakukan tugas mereka masing-masing.

Alasan mereka ingin tahu tentu saja karena satu hal. Cincin yang dipakai (y/n) ternyata cukup memancing rasa ingin tahu orang lain karena (y/n) terkenal tidak suka memakai aksesoris kecuali kacamata.

"Menyebalkan!" ujarnya pelan. Bibirnya berdecih, tangannya mengetik cepat kolom angka didalam komputer. Omzet penjualan nintendo yang dibuat langsung oleh CEO dari perusahaannya terbilang cukup laku dipasaran.

Seseorang duduk didepannya, membuka cermin kecil yang biasa dia pakai dan memoles lipstik merah kebibir, "wah, jarang sekali kau memakai perhiasan."

(Y/n) diam, wanita didepannya lebih menyebalkan dibandingkan tatapan ingin tahu pegawai lainnya.

Ikagura, lambe turahnya bouncing ball coorporation. Menghela nafas pelan, (y/n) mengusap keningnya yang berkerut. Menaikkan poni dan menatap tajam Ikagura yang dudu diseberangnya. "Apa urusanmu, pegawai Ikagura? Kalau tidak ada kepentingan, dilarang berbicara selama jam kerja."

Bibir Ikagura sedikit berkedut, tak terima hanya karena pangkatnya sedikit lebih rendah dari (y/n). "Ayolah, aku ingin tahu saja, kenapa kau sensi sekali seperti sedang datang bulan saja."

(Y/n) berdecih kesal, hanya karena cincin saja dia sekarang menjadi target gosip Ikagura and friends.

Matanya menilik Ikagura yang terlihat tengah merapikan bulu mata tebal anti badainya.

"Kalau mau berdandan, kerja di fashion show sana! Ini perusahaan game, bukan tempat orang berdandan dan tebar pesona kelaki-laki!" jerit batin (y/n) kesal.

(Y/n) kembali fokus pada pekerjaannya. Satu minggu libur ternyata berdampak buruk pada sistem kinerja para pegawai, apalagi dia adalah perpanjangan tangan dari sang CEO.

Tangannya cekatan mengetik, menulis dan menata ulang hal-hal yang berserakan selama dia sakit.

"Cih, dasar pelit." decih Ikagura yang tidak berhasil mendapatkan informasi apapun dari (y/n) lalu pergi begitu saja.

Kepergian Ikagura membuat (y/n) menghela nafas lega, "Cewek tolol, dikata murah apa dapat informasi." ejek (y/n).

.
.
.

Jarum pendek jam kantor telah menunjuk keangka lima. Berjam-jam duduk diatas kursi membuat punggung (y/n) berderit.

Tangannya membereskan semua barang-barang yang ada diatas meja. Merapikan kembali hiasan dan figura yang sengaja dia letakkan disana.

Matanya menyendu sedangkan wajahnya datar menatap sosok didalam figura. Ada dia disana, bersama Rika. Tengah berpelukan dibawah guyuran salju musim dingin ketika berusia lima tahun.

Tangannya terangkat mengambil figura. Mengelus pelan bingkai hitam dan kembali meletakkan figura itu dalam keadaan tertelungkup.

"Waktu itu kita sangat dekat bukan?" lirihnya pelan.

Tok tok tok.

Sisi pembatas ruangan diketuk pelan, seorang laki-laki terlihat melambaikan tangannya meminta (y/n) mendekat.

"Ada apa Shinsuke-san?" tanya (y/n) bingung.

Laki-laki berambut dwi warna tersenyum tipis, "ada seorang laki-laki yang menunggumu dibawah."

Alis (y/n) bertautan bingung, "siapa?"

"Kalau tidak salah namanya Okkotsu Yuta." jawab Shinsuke.

Mendengar nama itu, wajah (y/n) seketika datar. Kepalanya mengangguk dan membiarkan laki-laki berparas elok itu pergi.

"Kenapa dia disini?!" ucap (y/n) pelan. (Y/n) memencet tombol lift kelantai satu. Menunggu sembari menggigit jari karena kesal.

Matanya menatap Yuta lekat yang ada dibawah. Khawatir ada yang mencurigainya, (y/n) berdiri dipembatas besi. Laki-laki berambut hitam acakan itu yang tengah melirik kesana-kemari.

Rambut hitam acak-acakan dan pandangan sayu dengan kantong mata yang cukup jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rambut hitam acak-acakan dan pandangan sayu dengan kantong mata yang cukup jelas. (Y/n) mencebik kesal, bertanya-tanya kenapa Yuta datang ketempat dia bekerja.

Kakinya melangkah menuruni jenjang dan berdiri tepat didepan Yuta yang tersenyum tipis.

Tangan (y/n) menarik lengan Yuta keluar dari area gedung kantor. "Kenapa kau ada disini?!"

Yuta sedikit mengerjapkan matanya. Mengingat percakapannya dengan temannya tadi ditempat kerja.

Yuta harus aktif dalam hal mendekat kepada (y/n). Yuta sendirilah yang harus menghancurkan jarak antara dirinya dengan (y/n).

"Aku ingin menjemputmu." jawab Yuta simpel. Tangannya melepaskan cengkraman (y/n) dari lengan dan menggenggam lalu menarik pelan tangan (y/n) bersamanya.

(Y/n) sendiri hanya menurut, tak baik jika dia melawan Yuta didepan publik. Dia tidak mau namanya ternodai nanti.

Yuta menarik lembut tangan (y/n) kearea parkiran. "Dimana mobilmu? Aku kesini jalan kaki soalnya."

"Jalan kaki?! Bukannya tempat kerjamu itu jauh dari sini-- bukan! Jawab dulu pertanyaanku kenapa kau ada disini?!"

Yuta menghela nafas dan menatap (y/n) lekat-lekat. Membuat (y/n) seketika gugup karena ditatap intens.

"Memangnya salah kalau seorang suami ingin menjemput istrinya sendiri?"

.
.
.

T
B
C

.
.
.

San: bang toyib jangan bikin kami melting pliss :'')

.
.
.

Cr: @/pingkikiki123 on twitter

.
.
.

See you next chapter ya 😗

1 Januari 2021

✔ ❝Wife❞ (Okkotsu Yuta X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang