Contoh anak kepala batu
Happy reading
.
.
.Perasaan Vani mulai was-was saat semilir angin menerpa wajah. Mereka telah sampai sekarang setelah menempuh waktu selama dua jam. Demi Tuhan, Vani tidak rela berbagi, walau para perempuan nanti hanya akan melihat wajah Febri. Argh, sialan! Vani menjerit di dalam hati, kenapa rasa ini begitu menyiksa dirinya.
"Ayo turun!" ajak Febri merubah posisi menjadi menghadap Vani. Tangan Febri terulur untuk membantu melepaskan seatbelt pada tubuh Vani.
"Nanti dulu deh, masih panas banget nih." Vani berusaha mencegah Febri untuk turun.
Perkataan Vani sontak membuat dua anak yang duduk di bangku tengah itu cemberut.
"Kalau di pinggir pantai rasanya adem, Kak. Nggak panas," kata Braga langsung diangguki oleh Tasya.
"Kak Pani jangan kayak pelempuan cantik yang takut hitam dong, Kak Pani kan jelek." Asya menimpali. Ada sedikit kekesalan yang terselubung, Tasya bosan melihat kakaknya itu cantik, kapan cobak Kak Paninya itu operasi plastik jadi jelek, atau paling tidak jadi tampan seperti Bang Lepan saja sudah cukup.
Anak itu mendengus keras-keras.
"Kalau mau keluar, keluar aja, kan bisa sama bang Vano." Vani mendadak ikut kesal. Ditatapnya Tasya dengan tajam tapi anak itu tak peduli, yang ada dia malah asik makan sosis goreng bersama Braga seolah-olah tak ada yang mengajak berbicara.
"Bunuh adek sendiri dosa nggak sih?!"
"Mending aku aja yang bunuh," sahut Febri membuat nayta Vani melotot tajam.
"Jangan main-main, Feb. Bunda punya kenalan dukun santet."
Febri menoleh saat jendela mobilnya diketuk. Laki-laki itu sontak menurunkan kaca jendelanya.
"Apa?" tanyanya dingin menatap Revan sinis.
"Tasya mana?"
"Tuh!" Febri menunjuk Tasya dengan dagunya dan anak itu sekarang tersenyum lebar-lebar.
"Asya ikut Bang Lepan?"
"Nggak, kamu sama bang Zidan aja, mau jadi kayak dia kan? Yang pacarnya banyak?" Revan membuka pintu. Meraih Tasya ke dalam gendongannya.
"Gua nggak digendong nih, Bang?" tanya Braga memeluk pinggang Revan erat, wajahnya ia tenggelamkan di perut Revan.
"Etdah, kayak anak monyet aja lo, Ga!" kesal Revan mencoba melepaskan pelukan Braga, tapi yang ada anak itu malah melingkarkan kaki di pahanya.
"Bang Revan induknya," jawab Braga santai tanpa dosa memukul punggung Revan. "Jalan, Bang! Udah siap nih, udah kuat!" seru Braga dengan semangat.
Revan mendengus keras-keras menunjukan seberapa kesalnya dia menghadapi sikap Braga yang selalu saja memancing emosinya. Braga itu ngeselinnya kebangetan, minta dimasukin ke lubang buaya, tapi untung saja Braga itu baik sama Tasya, jika tidak, maka tamatlah riwayatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive and Psycho Boyfriend [REPOST]
Teen FictionFollow sebelum membaca "Keluarlah, Sayang! Percuma kau bersembunyi, aku akan menemukanmu!" Febri menendang meja tempat persembunyian Vani dengan kuat hingga membuat meja itu jatuh memporak porandakan hati Vani yang bergemuruh. "Ketemu juga." Vani...