****
Aku baik-baik saja. Mulutku mengatakan aku baik-baik saja, tapi hatiku hancur berantakan.
-ALENA-****
"Kamu di sini ngapain?" Tanya Alen dengan suara parau. Mencoba keberaniannya membuka suara dan bertanya.
Rafa meletakkan gelas minumannya. Melipat jari-jari tangannya, saling bertaut.
Pria itu menarik napasnya, melihat terbuka ke arah Alena. Rafa membasahi bibirnya yang terasa kering sambil menghela napas.
"Dia sakit.."
Ucapan itu berhasil menarik perhatian Alena. Gadis itu mengerutkan keningnya sambil bertanya, "Dia? Siapa?"
"Anales.." jawab Rafa sambil menundukan kepalanya.
Mendengar jawaban itu membuat Alena bungkam seketika. Matanya berkedut, perlahan memerah. Entah siapa gadis itu tapi Alen merasa sedih mendengarnya.
Menyembunyikan raut wajahnya. Alen berusaha tersenyum seolah biasa saja. Gadis itu tidak berniat bertanya lebih pada suaminya. Mencoba menebak isi hatinya sendiri, padahal di dalam pikirannya tersirat banyak sekali pertanyaan.
Menyadari kediaman dari Alena, Rafa akhirnya kembali mengangkat kepalanya. Menatap mata Alena yang merah sedikit berkaca-kaca.
"Maaf, tapi dia cinta pertamaku.."
Bagaikan dihantam pukulan yang sangat keras. Ulu hatinya sakit, bagaimana pun Rafa adalah suaminya. Mustahil kalau Alen tidak cemburu sama sekali, meskipun yang terjadi di antara mereka hanya kekosongan belaka, tapi Alen merasakan sesuatu yang berbeda.
Entah sejak kapan perasaan itu muncul. Dia menyukai Rafa secara diam-diam saat mereka tinggal satu atap. Tapi kenapa? Kenapa setelah sekian lama pria itu membawa fakta yang mengejutkan untuknya.
"Saya kira kamu tidak masalah dengan ini. Mengingat kita.."
"Oh tenang, aku nggak masalah kok." Alen memotong ucapan Rafa dengan cepat. Menyembunyikan raut wajahnya.
"Syukurlah kalau tidak masalah."
"Iya, nggak papa. Lagian kita nikah juga untuk simbolis aja, kan? Kita boleh hidup berdampingan tapi urusan pribadi tetep jadi tanggung jawab pribadi. Tenang, aku nggak akan ikut campur kok.." jawab Alen sekali lagi. Ia merutuki ucapannya sendiri, yang entah bagaimana lolos begitu saja. Padahal hatinya berkata lain, dia merasakan sesak dan sakit secara bersamaan.
"Baiklah.."
Lihat, bagaimana Rafa berbicara padanya secara formal. Pria itu ternyata masih membangun sebuah sekat di antara mereka. Dimana sekat tersebut membuat Alen tidak dapat berbuat apa-apa.
Suasana berubah hening begitu saja, ketika tangan Alena bergerak untuk memegang lehernya sendiri. Suasana canggung, tidak memungkiri bagaimana mereka bertemu akhirnya. Pernikahan, yang sebenarnya hanya sebuah kata saja itu tidak bisa mereka jalani dengan baik. Lalu, apa pernikahan itu akan seperti ini sampai nanti? Bagaimana ujungnya mereka? Apa saat ini mereka hanya menunda perpisahan?
Suasana canggung berubah sangat menegangkan ketika Rafa berdehem. Pria itu kembali melihat ke arah Alena. Gadis itu merasa salah tingkah dengan tatapan itu. Bagaimana tidak? Rafa sangat tampan, bagaimana kalau kalian di tatap pria tampan dengan jarak sedekat ini? Alen baru menyadari setampan apa suaminya itu setelah mereka duduk bersama, dan memandang wajahnya. Tapi sayang, pria itu bukan miliknya.
"Anales, dia sakit leukimia.."
"Haaa? Apaaa?" Alena tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Gadis itu membungkam mulutnya sendiri yang menganga tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENA (Here With Me)
Romance"Kita hanya sebatas dua orang yang tinggal seatap. Bukan pasangan suami istri yang saling mencintai. Kita tidak pernah lebih dari dua orang asing yang terikat dalam status pernikahan. Aku dengan duniaku. Dan kamu dengan duniamu!" Rafaell Mahendra "...