2. Mereka adalah Gara dan Luna

11K 940 51
                                    

Alen duduk di kursi taman yang kosong. Menunggu kedatangan Gara yang masih berlari di belakangnya. Gadis itu melirik sekilas ke arah arlojinya. Mungkin memang sangat menyesal tidak mengikuti mata kuliah kali ini. Tapi, sepertinya bersenang-senang sebentar juga pilihan yang baik.

"Banana, mentang-mentang lo pendek bisa nyempil kayak upil lo ninggalin gue.." kesal Gara sambil terengah.

Alen tersenyum, kemudian menepuk bangku kosong di sebelahnya. Menyuruh Gara agar duduk di sana. Lelaki itupun mengangguk kemudian duduk."Mau nungguin Luna sekalian nggak?" Tanya Gara kepada Alen.

"Iya, kita makan es Krim bareng. Kayaknya dia masih kelas deh.."

"Itu dia," tunjuk Gara ke arah Luna yang berjalan ke arah mereka. Luna tersenyum, gadis itu dengan langkah antusias semakin mendekat.

"Heyy! Kalian kok di luar?" Tanya Luna. Ia pun duduk di bawah beralaskan rumput. Tepat di depan Alena.

"Kita telat,"

"Ralat! Banana yang telat. Gue cuma solid aja," jawab Gara sambil memainkan alisnya.

"Dih.. Gila kamu. Sok ganteng!!" Kesal Alena sambil memukul bahu Gara. Lelaki itu terkekeh sambil mengusap bahunya yang sakit. Luna ikut tersenyum ke arah Gara dan Alena secara bergantian.

"Eh, ngomong-ngomong kenapa bisa telat Len? Tumben?"

"Iya nih. Tadi, pas di halte tumbenan busway nya lama." Ucap Alena membuat Luna kembali menganggukan kepalanya.

"Makannya, kalo mau gue jemput jangan nolak. Lagian mobil gue nggak butut kok Len. Jangan ganjen ah ga cocok sama muka lo," ucap Gara berbangg diri.

Alen berdecih, menatap sinis ke arah Gara. Sahabatnya itu memang kurangajar.

"Aku bukannya ganjen. Lagian bukan masalah butut, masalahnya aku pusing kalo naik mobil kamu. Parfum cewek-cewek nyatu di situ, eneg tau!!"

"Lagian Gara, udah kayak driver GrabCar aja. Segala perempuan di jadiin penumpang," tambah Luna membuat Gara merasa tersudutkan dengan kata-kata dua sahabatnya itu.

"Gue kan cuma menambah wawasan aja." Jawab Gara sambil memainkan bola matanya.

"Wawasan apa?" Tanya Alen bingung. Dari mana arah wawasannya?

"Wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai lokasi dan jarak tempuh. Tiap cewek yang gue anter beda-beda. Jadi buat pembelajaran aja. Selain itu, gue melatih kemampuan dalam bidang Ilmu komunikasi," jelas Gara semakin membuat kedua gadis itu kesal.

Alena kembali melihat ke arah jam tangannya. Kenapa perasaanya serasa tidak tenang? Padahal ini masih pukul sebelas siang. Tapi, rasanya Alen ingin segera kembali ke Apartemen. Bukannya waktu-waktu seperti ini sangat dia suka? Sudah lama sekali Alen tidak makan Es Krim kesukaannya. Lalu bagaimana sekarang?

"Alen...gimana?"

"Hah? Gimana apanya?" Tanya Alen terkejut.

"Jadi pergi sekarang?" Tanya Luna lagi.

"Emm, kayaknya aku mau pulang aja deh. Soalnya, tiba-tiba perutku nggak enak banget rasanya.." Luna menatap cemas ke arahnya. Begitu juga dengan Gara, cowok itu dengan cepat memegang pergelangan tangan Alen.

"Lo nggak papa? Mau ke Dokter sekarang? Gue temenin?"

Luna melihat ke arah Gara, cowok itu mungkin sangat menghawatirkan Alen. Bahkan dari tatapan matanya? Luna menghela napas, lagi-lagi ia harus merasakan perasaan ini.

"Aku nggak papa. Cuman, pengen balik aja ke Apartemen. Maaf ya, aku nggak ikut. Kalian berdua aja yang pergi.." kata Alen membuat Luna sedikit tersenyum menunggu keputusan dari Gara. Tanpa melihat ke arah Luna, Gara menjawab ucapan Alen. "Nggak deh, lain kali aja. Kita bisa pergi bareng-bareng."

ALENA (Here With Me) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang