21. Hidup Kita Masing-masing

3.1K 398 538
                                    







***

"Bajingann!!!! Busuk kamu Rafa! Gitu aja kamu nggak bisa!!" Pukulan demi pukulan pria itu lontarkan ke arah anaknya. Rafa yang tidak berdaya hanya bisa melindungi kepalanya dengan kedua tangannya. Tubuhnya sudah hancur, di tendang, di pukul, bahkan pecahan kaca sudah berserakan di sebelahnya.

Ia tidak berdaya, kecuali mengumpat dalam hati, dan berharap kejadian ini segera berakhir.

"Papa besarin kamu, bukan buat ini!!! Brengsekk!!!" Umpat pria tua itu lagi, kali ini sambil membanting vas bunga di ruang tamu.

"Papa.." suara seorang wanita yang berdiri menangis, dengan tubuh bergetar di pojok sana sudah tidak ia hiraukan.

"Dasar nggak berguna!!!!" Dengan emosi yang masih memuncak, pria itu menendang tubuh Rafa sekuat tenaga. Membuat Rafa tersungkur hingga tubuhnya terpental pada tembok.

"Papa, Rafa masih belum ngerti apa-apa. Kasih dia kesempatan sekali lagii," wanita itu terus memohon belas kasih suaminya. Melihat anaknya yang sudah berdarah di sudut ruangan dengan tatapan kosong seperti orang mati yang kelihatan hidup. Sebagai seorang ibu, dia tidak mampu melihat hal yang lebih gila dari ini.

"Papa kasih kamu satu kesempatan lagi! Belajar untuk jadi orang pintar! Ambisius untuk jadi orang cerdas! Bukan bodoh seperti ini! Papa sudah siapkan tiket, kamu harus belajar ke luar negri! Tinggalkan semua yang ada di sini. Termasuk wanita sialan yang ada di rumah sakit."

"Papa?!"

"Masih berani kamu Rafa?! Kamu mau Papa bertindak lebih jauh dari ini?!"

"Pahh."

"Kembali setelah kamu lulus kuliah. Dan Papa harap, kamu sudah berubah."

~***~
3 Tahun kemudian
~***~

NewYork city,

Mulai saat ini, hidupnya berubah tidak ada lagi kepedihan dan rasa sakit yang membuncah. Pikirannya mulai tenang, namun perlahan kerinduannya terdengar lebih menyedihkan. Kabar-kabar yang masuk dari tanah kelahiarannya membuat Alena harus dengan sabar menahan diri untuk tidak pulang.

Bukan berarti ia sudah mati, terkubur bayangan yang kelam, dan berharap semua orang melupakan sosok dirinya yang dulu, yang biasa di panggil dengan Alena Adiguna.

Helaan nafas terdengar begitu ringan. Tatapan matanya keluar menembus jendela kaca berukuran besar di tembok Apartemennya. Menatap hitamnya langit tanpa bitang di atas kota New York yang tidak pernah mati.

Suasana di bawah sana begitu terang, ramai dan berisik. Matanya sampai tidak bisa melihat mobil yang berlalu lalang, karena tingginya bangunan yang ia tinggali.

Sudah tiga tahun lebih ia berada di sini. Menghabiskan waktu untuk memanjakan diri, sekaligus melupakan perasaannya sendiri. Tak hanya itu, selama ia di sini, Dean sudah pernah datang untuk menyusulnya, bahkan menemani Alena di tengah padatnya pekerjaan pria itu di Indonesia.

Berita duka yang di terima Alena beberapa minggu yang lalu juga masih menghantui pikirannya. Akhirnya, sosok Adiguna si bandar minuman keras, dan bandar perjudian itu meninggal dunia akibat serangan jantung. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana sosok Viona hidup sendirian di rumah besar itu, bahkan menjalankan bisnis milik Adiguna selanjutnya. Mungkinkah, tidak akan ada lagi Adiguna setelah ini karena semuanya hancur bersamaan dengan sosok pengendali yang meninggal dunia?

Alena juga mendengar soal Rafa, bahwasanya pria yang menjadi mantan suaminya itu di hukum habis-habisan oleh orang tuanya. Rafa tidak lagi menjadi mahasiswa Hukum yang keren, melainkan di kirim belajar ke luar negri untuk mengembangkan bisnis mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALENA (Here With Me) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang