"Jadi gimana? Apa ada perkembangan?"
Pria yang ditanya itu menggelengkan kepalanya.
"Terus gimana? Sekian lama? Tugas kita membantu mereka, hal semudah itu kamu nggak bisa?" Tanya seorang pria paruh baya dengan raut wajah penuh amarah.
"Sabar.. kasih dia waktu lagi.. Jangan terlalu membebaninya.." ucap seorang wanita, mencoba menenangkan suaminya.
"Kalau begini terus, aku akan lebih merasa bersalah.."
Pria yang duduk dengan pakaian serba hitam itu menghela napas beratnya. Pundaknya yang berat, dan pikulan beban tanggung jawab yang harus ia lakukan cukup menguras seluruh pikirannya.
***
Gadis itu duduk di bangku taman. Kantung mata yang melingkar hitam tidak dapat membohongi raut wajah lelah yang ia rasakan.
Alena memeriksa ponselnya lagi. Dua puluh menit sudah berlalu, menunggu Gara dan Wulan yang tak kunjung datang.
Alen duduk termenung kembali merindukan kedua orang tuanya. Merindukan pelukan Mama, atau usapan tangan Papa dipuncak kepalanya. Ia merindukan momen indah itu, saat makan bersama keluarganya, memperebutkan paha ayam atau kulit ayam dengan Alina. Alen sangat merindukannya. Ia tak menyangka, semua berlalu begitu saja. Semua seolah seperti mimpi indah yang hilang ketika matanya kembali terbuka. Kini ia sendiri, menikmati kekosongan hidupnya sendiri, berjuang untuk dirinya sendiri, dan menjaga dirinya sendiri.
Selain itu, sesuatu muncul di pikirannya baru-baru ini. Saat matanya tak sengaja menatap mata pria itu lagi. Sudah sekian lama, sangat lama.. Mata Rafa, tatapan mata itu, raut wajahnya.. Semua masih sama seperti dulu.
Alen tidak peduli bagaimana pandangan Rafa yang melihatnya bekerja di Cafe. Toh, selama ini ia juga tidak pernah mendapat uang dari siapapun. Rafa juga tidak pernah memberinya uang, sedangkan kebutuhan selalu berjalan.
Kalau soal uang kuliah, Alen tidak tau.. Biaya tagihan pendidikan itu tiba-tiba sudah terlunasi semua dari awal. Jadi, ia tidak perlu pusing lagi memikirkannya. Yang perlu ia pikirkan, hanya bagaimana caranya bertahan hidup, makan, atau sekedar membeli kebutuhan pribadinya.
Saat sibuk melamun, tiba tiba saja ponselnya berbunyi. Matanya membulat seketika, melihat sebuah memberitahuan masuk. Saldo di rekeningnya bertambah lima juta.
"Siapa yang transfer sebanyak ini? Kan gaji bulanan juga belum keluar, lagian nggak sebanyak ini.. atau ada transfer an nyasar?" Gumamnya sendiri.
Selang beberapa detik, sebuah pesan dengan nomor tak dikenal masuk. Membuat Alena segera membacanya.
08xxxx
Semoga cukup untuk kebutuhan satu bulan ini.Alen mengerutkan keningnya. Nomor asing yang baru saja mengirimkan pesan untuknya sedikit mencurigakan. Alen takut menerima uangnya. Bagaimana kalau ini adalah penipuan? Atau uang orang lain yang kesasar? Tapi bagaimana mungkin? Kan nomor rekeningnya sesuai miliknya, nomornya juga nomornya. Kalau memang tidak sengaja, tidak mungkin ada SMS masuk begini? Apa mungkin ini di sengaja? Tapi siapa pelakunya?
Alen menghela napasnya, namun tiba-tiba sebuah pesan SMS masuk lagi.
08xxxx
Ini uang untuk Alena.Alen semakin bingung dan penasaran. Seorang yang mengiriminya pesan seolah tau apa isi pikirannya. Atau jangan-jangan orang itu ada disekitar sini?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENA (Here With Me)
Romansa"Kita hanya sebatas dua orang yang tinggal seatap. Bukan pasangan suami istri yang saling mencintai. Kita tidak pernah lebih dari dua orang asing yang terikat dalam status pernikahan. Aku dengan duniaku. Dan kamu dengan duniamu!" Rafaell Mahendra "...