17. Akar kebencian

5.1K 733 1K
                                    

MORE INFO AND FULL VIDIO TRAILER ALENA ADA DI INSTAGRAM AKU
@chellindygabs
@chellindygabs
@chellindygabs

***

Sekalipun mau berbuat baik, kamu akan tetap dicap sebagai pendosa oleh seorang pembenci.

***


Mereka berdua memasuki pintu dengan tinggi hampir tiga meter itu. Tidak dapat membayangkan, bagaimana kemewahan rumah ini tentunya. Saat tiba, mereka berdua disambut dengan bebatuan marmer yang ditempelkan pada sisi tembok tinggi. Berjalan ke kanan, mendapati ruang tamu yang lebar dengan sofa berukir kayu. Rumah bak istana, yang dua kali ini Rafa injakan kakinya di sini. Tidak menyangka, ia akan datang lagi untuk bertemu mertuanya. Apalagi bersama Alena.

Alena berjalan dengan canggung. Mata Rafa terus meneliti setiap detail bangunan Rumah yang tergolong asing untuknya. Apalagi, lemari kaca yang di dalamnya dihiasi beberapa barang antik yang Rafa sendiri tidak yakin itu apa. Beberapa tembok rumah Alen juga di pasangi senjata kuno, seperti kapak, belati, ataupun pistol.

Mendengar derap langkah sepatu dengan haknya yang perlahan mendekat. Di iringi munculnya seorang wanita anggun, dengan tampilan pakaiannya yang khas. Dibalut rok selutut, dengan blus warna merah maroon yang cantik, dan sedikit polesan make up dengan lipstik yang senada dengan bajunya. Wanita itu menuruni tangga, membuat Rafa yang sadar lebih dulu itu menundukkan kepalanya.

Wanita yang hampir mirip dengan wajah Alena itu berjalan mendekat dengan tatapan datar. Alena menggigit bibir bawahnya sendiri, matanya dengan tegas menatap wajah Mamanya. Melihat begitu lama ia merindukan sosok wanita itu. Namun, sepertinya tatapan mata penuh kasih itu tidak sama lagi seperti dulu. Tidak ada kehangatan, tidak ada tuaian kasih sayang. Mamanya menatap dengan tatapan dingin dan ekpresi datar.

"Ma," panggil Alen, menahan diri agar air mata di pelupuk matanya tidak keluar.

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi kanannya. Rasa panas, dengan bekas merah menghiasi kulit wajahnya. Beriringan dengan air mata yang tertahan perlahan menetes seketika. Gadis itu memejamkan matanya, lagi-lagi menahan rasa perih dan luka batin yang selama ini ia tahan.

Rafa terkejut, membulatkan matanya, terlihat sedikit bingung juga. Tidak mengira mertuanya akan bersikap seperti itu kepada Alena. Mengingat, sudah lebih dari lima bulan mereka tidak bertemu.

"Anak kurang ajar!" Lanjut wanita itu membuat Alen membuka matanya. Mata yang berkaca-kaca itu tidak kuat lagi menerima tatapan tajam seolah mencekap. Untuk saat ini, ia akan tetap di anggap sebagai anak yang tidak tahu diri. Tidak seperti dulu, saat ia masih kecil, bahkan terakhir kali Alen ingat, saat ia pulang dari Sekolah SMA, Mamanya masih begitu mengasihinya.

"Ikut Mama sekarang!!" Perintahnya sambil mencekal pergelangan tangan Alen. Meninggalkan Rafa sendirian di selimuti perasaan bingung.

Gadis itu sudah berjalan pergi, di seret Mamanya untuk menjauh dari Rafa. Seolah tidak memperdulikan menantunya yang ada di sana, sekaligus bingung dengan situasi saat ini.

"Mas?" Panggil seorang ART yang baru saja muncul dari dapur. Kepala ART menyambut Rafa dengan senyuman. Terlihat pakaian rapih yang dikenakan sedikit kotor dengan apron yang membalut tubuhnya. Rafa tidak sengaja melihat itu, membuat ART tadi mengalihkan tatapannya ke arah tatapan mata Rafa.

"Aah ini, bercak darah habis potong Ayam. Maaf kalau Mas kaget." Rafa membulatkan mulutnya sambil tersenyum kecil. Mengikuti wanita itu menuju lantai atas. Entah ruangan apa, memasuki lorong yang agak panjang, bau maskulin, bercampur sedikit bunga melati.

ALENA (Here With Me) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang