19. KANTIN

99 18 102
                                    

Arka menanggapi cowok itu dengan ikut tersenyum miring. “Udah lama gue gak ketemu lo, Nathan.”

“Gue juga,” katanya. Kemudian, Nathan dan Arka saling bertos ria dan berpelukan ala cowok-cowok.

Nathan lantas mengambil helmnya. Menjepit helm itu di antara lengan dan pinggangnya.

“Bos! Gue turun yak?!” teriak Naufal—teman Nathan. Cowok itu masih berada di tempat—duduk di motor ninjanya, sama seperti anggota lain yang juga duduk di motor mereka masing-masing.

“Bos! Gue makan dulu nih, Laper!” teriak Ryan—teman Nathan juga.

Nathan menoleh sebentar pada teman-temannya, dia mengangguk sekali. Setelah diijinkan, gerombolan anggotanya itu langsung memarkirkan kendaraan dekat markas Vegasta secara rapi. Dengan terburu-buru, mereka menghampiri anggota Vegasta dan saling sapa menyapa.

“Gimana kabarnya Vegasta?” Nathan bertanya pada Arka setelah melihat antusias para anggotanya.

“Baik. Kalo Alvitar, gimana kabarnya?”

“Sama kaya lo,” ujar Nathan. Kedua cowok itu mulai ikut menyusul teman-temannya yang sudah berada di dalam markas.

Angga—cowok berparas tampan bak dewa Yunani itu sedang menaiki tangga sembari membawa salah satu bendera Alvitar. Alvitar merupakan nama gengnya. Diketuai oleh Nathan temannya.

“Bisa gak?” Andika bertanya datar, menatap Angga, sambil menahan tangga yang tengah digunakan Angga agar tangga itu tidak bergoyang-goyang.

“Bisa,” jawab Angga terdengar dingin.

Diikatnya tongkat yang telah terikat bendera Alvitar itu pada kayu yang menjulang tinggi di tepi halaman depan. Angga pun turun dari tangga setelah dirasa tugasnya sudah beres.

Warna hitam, bendera Vegasta yang berlambang dua pedang berbentuk X itu berkibar. Berdampingan dengan bendera Alvitar yang hanya berjarak beberapa meter saja. Alvitar, bendera putih, bergambar panah yang siap digunakan itu merupakan lambang.

Kedua kubu geng itu dikenal oleh geng lain yang memiliki solidaritas yang tinggi. Terbukti, dari dulu sampai sekarang, geng Vegasta dan Alvitar sama sekali tidak pernah tawuran satu sama lain. Dikatakan, kedua geng itu sangat akrab dikarenakan Gevano—mantan murid SMA Rajawali itu bersahabat dengan ketua pertama Alvitar yang merupakan mantan SMA Galaxy. Vegasta dan Alvitar dibangun pada tanggal, bulan, dan tahun yang sama. Tempat dibangunnya geng Vegasta dan Alvitar pun juga sama persis.

“WOI BRO! PIYE KABARE? (Gimana kabarnya)” Bagas berseru ketika para anggota Alvitar mulai berdatangan.

“Baik,” jawab Lorenzo—anggota Alvitar.

“Tumben dateng ke sini. Emang ada apaan?” Lasta bertanya setelah lama terdiam menonton.

“Kumpul-kumpul aja,” jawab Nathan lalu duduk di halaman depan kursi panjang berbahan kayu, diikuti oleh anggotanya yang lain serta anggota Vegasta dan pastinya Arka.

“Tempe! Tempe! Mari, Mas, tempenya. Mumpung lagi anget. Murah lagi. Satu cuman lima ribu aja.”

“Murah gundulmu!” Lasta ngegas, tak terima dengan harga tempe Naufal yang harganya lebih mahal.

“Udah pindah profesi jadi penjual gorengan, ya, Mas?” tanya Ethan.

“Jamet kita jadi penjual gorengan nih?” tanya Ryan terkekeh geli.

“Ya gak dong. Gue tetep Jamet. Jamet selalu di depan!” katanya tertawa geli. Cowok blesteran dengan bola mata berwarna biru itu baru saja balik dari Waryan sambil membawa nampan berisi gorengan. Dia meletakkan gorengannya di meja dan duduk dekat temannya.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang