23. PERPUSTAKAAN

63 8 89
                                    

Lisa terdiam. Dia berusaha menghilangkan rasa canggungnya. Meski begitu, rasa canggung itu masih menyelimuti dirinya. “Gue buru-buru, Ar. Jangan halangi gue.” Lisa melewati Arka. Baru melewati, cowok itu lebih dulu menahan lengannya, membuat Lisa berbalik dan spontan menabrak dada Arka.

“Apa lo marah sama gue? Perihal kemarin?”

Lisa menatap lurus sepasang mata cowok itu. Perempuan itu hanya terdiam, membuat Arka maju selangkah mendekatinya. Bertepatan dengan itu, Lisa mundur dari Arka. Bukan Arka namanya jika tidak membuat Lisa kesal. Cowok itu terus maju hingga Lisa menahannya agar tidak maju ke hadapannya lagi.

“Jangan deket-deket!”

Arka tersenyum miring. Bukannya mundur, Arka malah semakin gencar maju hingga jarak keduanya terlihat sangat dekat.

“Ar! Jangan deket-deket! Gue capek mundur terus!” Lisa mundur untuk kesekian kalinya, tapi Arka tetap saja maju.

“Ish, Arka!” omel Lisa kesal, sementara Arka terkekeh.

“Ar, jangan maju. Diliatin orang lain tau!”

“Biarin. Biar mereka tau kalo lo itu milik gue. Cuman milik gue,” kata Arka tepat di depan wajah Lisa. Embusan napasnya, mampu dirasakan oleh perempuan itu. Apalagi netra mata coklat Arka mampu menghanyutkan Lisa.

Lisa menghela napas berat. “Arka,” peringat Lisa. Menatap lurus-lurus mata Arka. “Kemarin gue udah ngomong sama lo. Pliss, jauhin gue.”

Arka terdiam. “Sama seperti omongan gue waktu itu, Lis. Gue gak bakal jauhin lo.”

“Sekalipun lo nolak perasaan gue, gue enggak bakal berhenti buat perjuangin lo,” ujar Arka berhasil mendiamkan perempuan itu.

"Perlu lo tau, Lis. Lo perempuan misterius yang paling gue kenal.”

Lisa menatap Arka dengan bibir sedikit terbuka. Perempuan itu bingung apa yang Arka maksud. Lisa merasa gelisah dan was-was. Dia takut jika Arka mengetahui rahasianya. Meskipun Lisa belum tahu pasti apakah cowok itu tahu rahasianya.

Perempuan misterius?

Apa yang Arka maksudkan?

“Maksud lo, Ar?”

Arka tersenyum tipis. Cowok itu mengacak-acak gemas surai Lisa. “Maksud gue itu, gue tuh sayang sama lo,” ujar Arka setelahnya terkekeh.

Lisa yang tadinya serius mendengarkan, kini berdecak sebal. Raut wajahnya murung seketika. Bisa-bisanya Lisa serius gini, Arka malah mengatakan itu!

"Tau ah!" Perempuan itu langsung pergi begitu saja meninggalkan Arka. Kakinya dengan sengaja dia hentakkan cukup keras, seakan menyalurkan rasa kesalnya.

Melihat tingkah kesalnya Lisa, membuat Arka tersenyum tipis menatap kepergian perempuan itu.

Arka sengaja tidak menjelaskan apa yang dia maksudkan tadi. Arka akan berusaha mencari tahu sendiri siapa perempuan itu. Allisa Putri, perempuan misterius dengan banyaknya rahasia yang tidak Arka ketahui.

Sadar ketika dia menjadi sorotan para murid di sana, Arka memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat itu.

****

Lisa mendengus sambil memasukkan buku novel ke dalam salah satu rak. Mood-nya benar-benar buruk hari ini. Dia kesal, lantaran nilai olahraga yang bermaterikan basket tadi jauh dari kata sempurna. Dia saja belum bisa bermain basket, dan tadi ulangan pula!

Hanya sekadar memasukan bola ke dalam ring saja begitu sangat susah baginya. Ulangan basket tadi saja tidak ada satu pun bola miliknya yang masuk ke dalam ring, kan Lisa jadi kesal! Jika saja bisa memilih, Lisa lebih memilih matematika daripada harus memasukkan bola basket ke dalam ring!

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang