16. BERANTEM

72 21 96
                                    

“YA AMPUN LIS!”

“Gue baper sama lo!”

“Beneran deh! Gue pengen jadi lo. Sebentaaarrr aja! Gue pengen bangettt.”

“Stt. Jangan teriak-teriak deh Al!”

“Gimana gak teriak-teriak coba!?”

“Kemarin pagi lo aja dibaperin sama Kak Arka. Siangnya sama Kak Luky. Ya ampuuunn!”

“Gue pengen banget digituin!”

“Kalo mau minta aja sama orangnya.”

“Ih! Kaya apa aja minta sama orangnya!”

“Tapi ‘kan lo yang mau.”

“Tapi ‘kan gak gitu juga kali! Lagian digituin tapi wajah lo tetep aja gitu.”

“Gitu apa?”

“Gituuu ... em ... jelek!” ledek Aluna bercanda. Sementara Lisa menatapnya garang dan mencubit perutnya, membuatnya refleks terpekik kesakitan. “Aw! Sakit, Lis! Ya ampun! Gitu aja marah ah elah!”

“Rasain! Mangkanya punya mulut itu dijaga!”

“Boro-boro dijaga, dijaga sama mantan aja gak pernah.”

Lisa melirik sekilas Aluna yang duduk di samping bangku kelasnya. “Curhat lo?”

Aluna terkikik geli. “Sekalian,” ujarnya. “Lagian Kak Luky sama Kak Arka gituin lo. Gue ‘kan juga mauuu!”

“Apalagi pas gue liat Kak Luky ajarin lo basket, aw! Langsung baper dah gue!”

Mata Lisa memicing curiga. Menatap Aluna dengan tatapan mengimitasi. “Lo kok tau kalo gue sama Kak Luky kemarin siang latihan basket?” tanya Lisa penasaran. “Lo ngikutin gue ya? Apa jangan-jangan ... lo suka kali sama gue?! Ya, ampun! Jangan deh! Jangan!”

Astagfirullah, Lis! Amit-amit gue suka sama lo!”

“Ya bisa aja. Tapi moga-moga jangan deh,” ujar Lisa membuat Aluna kesal menatapnya.

“Lo kata gue lesbi?! Ih!” ketus Aluna membuat Lisa tertawa ngakak. Untungnya kali ini kelas mereka sedang sepi-sepinya, bisa leluasa juga buat teriak-teriak. Tak heran jika suasana kelas mereka sepi, mendengar bel istirahat berbunyi sebelum satu menit saja kelas sudah kosong melompong.

“Gue itu tau karna gak sengaja aja lewat belakang sekolah. Lo ‘kan tau kalo lapangan basket deket situ!” jelas Aluna ngegas. Sementara Lisa mengangguk singkat.

Keduanya terdiam. Sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tetapi, tidak lama suara bising di arah luar menginterupsi keterdiaman keduanya.

Aluna yang menyadari duluan mulai menyenggol sikut Lisa yang masih saja terdiam. “Lis.”

“Hm.”

“Di luar rame-rame kenapa ya?”

“Ya mana gue tau.”

“Ish! Lo mah! Yuk kita liat!”

“Lo aja deh. Mager gue.”

“Gitu amat lo. Ayok!” Aluna lantas berdiri dan menarik paksa tangan Lisa. “Ayok Lis!” ajak Aluna ketika Lisa masih saja duduk.

Dengan sangat terpaksa, Lisa berdiri dan itu berhasil membuat Aluna tersenyum menang. Dia hendak berjalan, tetapi Aluna lebih dulu menyeretnya untuk keluar. Lisa yang tidak siap pun tak sengaja menyenggol meja, dan membuatnya meringis ketika pinggangnya membentur benda itu. “Shh, pelan-pelan Aluna!”

“Gak bisa Lis! Pokoknya kita harus cepet! Kalo ada berita tapi gue gak tau ‘kan berabe!”

Keduanya akhirnya sampai ke sumber suara yang bising itu. Ternyata, suara itu berasal dari lantai atas kelas mereka.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang