13. PEREMPUAN BERSLAYER HITAM

118 22 135
                                    

“Kalo lagi marah Lisa serem banget ya,” ujar Bagas.

“Seremnya ngalahin Bu Ijah aja tuh cewek,” ujar Lasta.

“Lagian si Frauna bikin masalah mulu sama Lisa. Padahal Lisa gak pernah nyari gara-gara sama dia,” ujar Ethan.

“Wajar sih kalau Lisa marah, nyokapnya ‘kan dijelek-jelekkin sama Frauna. Kalo jadi gue sih juga marah,” ujar Tino.

“Pantes Arka dulu nolak Frauna, orangnya aja kaya gitu,” ujar Ethan.

“Sok ngatur! Egois!” ejek Bagas.

“Sttt. Jangan gosipin orang. Gak baik,” lerai Andika memperingati, membuat Lasta, Ethan, Bagas, dan Tino berdecak tak suka.

“Ah! Gak asik lo, Dik!” ketus Tino.

“Tau nih! Lain kali kalo mau gosip gak usah ajak Andika deh, gak seru!” geram Ethan.

“Lah gue aja setiap hari gosipin orang tuh,” ujar Lasta langsung mendapat pukulan keras di pundaknya dari Bagas.

“Ye! Itu ‘kan lo ogeb!” sembur Bagas gemas.

“Berdosa banget kau wahai anak muda.” Tino mengelus dadanya sabar.

“Seharusnya cewek ganjen itu Frauna sendiri! Dia ‘kan pernah tuh selingkuh sama lo, Than,” ujar Lasta pada Ethan.

“Eh, iya juga ya. Yang cowoknya Frauna kelas 12 IPS 2 itu ‘kan?” tebak Bagas baru mengingat.

“Baru inget gue,“ ujar Tino.

“Untung aja Ethan dulu juga selingkuh sama cewek lain. Dua-duanya jadi impas,” ujar Lasta membuat Ethan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Emang gue pernah pacaran sama Frauna? Kok gue lupa sih,” ujar Ethan bingung. Dia benar-benar lupa, entah karena jumlah mantannya yang melebihi 200, atau karena otaknya sulit untuk mengingat.

Bagas menatap Ethan dengan wajah cengo-nya. “Lo lupa, Than? Astagfirullah, gue aja inget.”

“Nah iya. Gue juga inget, masa lo enggak sih?” tanya Tino heran.

“Kebanyakan mantannya nih! Mangkanya gak hapal semua!”

“Dasar playboy!”

“Yang penting banyak yang suka!” ujar Ethan membuat Lasta, Bagas, dan Tino meliriknya malas.

Menghela napas kasar, Andika menggelengkan kepalanya sabar. Bisa-bisanya dia memiliki teman seperti itu. Tetapi, dia bersyukur memiliki teman yang selalu ada untuknya. Saling bercanda dan menerimanya apa adanya.

Tanpa mengikuti candaan temannya, Andika melihat lurus ke depan, memperhatikan Frauna yang kini sedang mengejar Arka yang tengah menghindari perempuan itu.

“Ish! Arka! Bisa berhenti dulu gak sih?” tanya Frauna kesal. Tetapi cowok itu tak kunjung untuk memberhentikan langkahnya. Arka semakin mempercepat ‘kan langkah kakinya, menghindari Frauna yang terus saja mengejarnya. “Jalannya jangan cepat-cepat dong! Gue capek ngikutin lo terus!” rengek Frauna membuatnya menjadi pusat perhatian ketika dia terus mengejar Arka.

Mengembuskan napasnya kasar, Arka berhenti secara tiba-tiba, membuat Frauna seketika ikut berhenti. Mata tajamnya menatap Frauna yang kini tersenyum padanya. “Gak usah ngikutin gue. Lo liat gak sih? Anak-anak lain pada liatin lo. Gak malu?” tanya Arka tajam.

Frauna menggelengkan kepalanya. “Enggak tuh. Kenapa harus malu coba?”

Arka memijat pangkal hidungnya. Berurusan dengan Frauna harus memiliki kesabaran ekstra. Lama-lama bisa stres juga jika Frauna terus-terusan berdekatan dengannya. “Fra, jangan ikutin gue. Gue pengen sendiri.”

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang