17. DEKETAN?

78 20 118
                                    

“Ish! Susah banget sih ngambilnya!” Lisa tengah berusaha meraih satu novel yang diinginkannya. Novel itu berada di rak paling atas dengan tumpukan buku lain yang berada di bawah benda itu.

Perempuan dengan kuncir satu di bawah itu terus berusaha mengambil apa yang dia inginkan. Lisa mulai berjinjit sambil mencoba meraih novel, tetapi tak kunjung juga didapatkan. Mendesah kasar, Lisa menggerutu kesal. Padahal, dia itu mempunyai tinggi badan yang ideal, tetapi tinggi rak itu sangat jauh dengan tingginya saat ini.

“Siapa sih yang naruh novelnya di situ?! Kurang kerjaan banget!” gerutunya. “Lemari pendek yang kosong aja ada, masih aja naruh di situ!”

Karena lelah, Lisa akhirnya berhenti berjinjit. Perempuan itu berkacak pinggang sambil memperhatikan buku yang terus diincar. Bagaimanapun juga, Lisa harus mendapatkan buku itu! Harus yang pertama!

Setelah dirasa lelahnya sedikit terkuras, Lisa kembali meraih novel. Perempuan itu berjinjit lagi, namun tak kunjung juga didapatkan.

“Ah elah! Susah banget sih!”

“Eh?!” Lisa spontan tersentak ketika sebuah tangan kekar tiba-tiba saja meraih novel yang diinginkannya. Karena penasaran Lisa membalikkan badan, dan refleks terkejut menatap Luky yang kini tepat di depannya. Jarak keduanya sangat dekat, membuat Lisa dapat merasakan embusan napas cowok itu yang menerpa wajahnya.

“Kalo mau ambil buku yang tempatnya tinggi, minta tolong aja sama yang lain. Gak usah maksain diri.” Luky memberikan novel yang diraihnya tadi pada Lisa yang menerimanya.

Lisa berdecak sebal. “Malah kaya gitu gue dikatain pendek tau!” ujarnya kesal.

Terkekeh kecil, Luky mengacak-acak rambut Lisa sebentar.

“Oh ya, ngapain ke sini, Kak?” tanya Lisa pada Luky.

“Kepo.”

“Ck, setiap gue tanya jawabannya pasti itu mulu.”

“Lagian kepo sih.”

“Cuman nanya doang. Kenapa ke sini?”

“Baca buku.”

“Udah lama?”

“Nah, ya ‘kan? Lo kepo lagi.”

“Ish! Cuman nanya!”

“Nanya kok banyak banget.”

“Cuman nanya Ka.kak.” Lisa berkata sambil menekankan salah satu perkataanya.

Tersenyum kecil, Luky berkata, “Udah dari tadi gue di perpustakaan. Dan udah dari tadi gue liat lo lagi ambil tuh novel.”

Lisa mengerucutkan bibirnya kesal. “Dari tadi, tapi ambil novelnya baru sekarang,” gerutu Lisa kesal lalu duduk di bangku perpustakaan, ketika mengingat jaraknya dengan cowok itu sangat dekat. Takutnya, orang-orang malah salah mengira nantinya.

Sambil terkekeh geli, Luky ikut duduk di samping Lisa. “Lagian wajah lo kalo kesel lucu sih, mangkanya gue nikmatin dulu,” godanya.

Wajah Lisa langsung memerah. Kenapa Luky sangat gemar sekali menggodanya?

Sesaat Lisa terdiam begitu mengingat perkataan Luky waktu di UKS kemarin.

Kalo gue suka sama lo dan berjuang buat dapetin lo, lo bakal nerima gue gak?

Ketika perkataan itu diluncurkan, Lisa pun hanya terdiam, bingung harus menjawab apa. Suasana waktu itu langsung terasa hening, semakin membuat Lisa mati kutu untuk mengeluarkan sepatah katapun. Untung saja ada Bu Aisyah yang masuk untuk bertanya keadaan Luky, jika tidak, bisa pusing juga Lisa untuk menjawab.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang