PROLOG

478 65 142
                                    

“Kamu cantik dan aku suka, kamu baik dan aku pun suka.” —Arkana Andrinata.

SEORANG anak kecil yang berumur delapan tahun sedang duduk bersandar di pepohonan besar yang rindang. Laki-laki itu mendongak, sambil memejamkan mata, membiarkan cahaya matahari sore menerpa wajah tampannya yang terdapat luka gores dan memar merah. Lutut lelaki itu ditekuk agar tangannya dapat bertopang, hingga posisi duduknya membuatnya nyaman.

Saat ini, dia sedang berada di salah satu taman dekat rumahnya. Taman yang bersih ini begitu sepi. Jarang sekali ada seseorang yang ada di sini selain cuaca pagi.

Laki-laki kecil itu sering berada di taman ini, yang mana dia bisa meluapkan emosi dan kemarahannya terhadap orang yang paling dia sayangi.

Angin yang berembus pelan bersentuhan dengan kulitnya, membuatnya sedikit rileks akan pikiran yang memenuhi di dalam kepalanya. Sebagaimana masalah papa dan bundanya saat ini.

“Hai.”

Sapaan lembut dan suara yang mirip dengan anak perempuan membuat Arka refleks membuka mata.

Pandangan mata Arka pertama kali melihat seorang anak perempuan yang sedang berdiri tepat di depannya. Perempuan itu membungkukkan badan hingga dapat menjajarkan posisinya saat ini.

Perempuan kecil berambut coklat panjang terurai itu tersenyum manis menatapnya, membuat Arka menganga kagum akan kecantikan yang perempuan itu punya.

Perempuan cantik itu mengeluarkan sehelai handuk kecil. Lalu membasahinya dengan sebotol air dingin yang sedikit beku—berada di dalam tas kecil ungu mudanya. Sedari tadi dia meringis ketika melihat wajah anak lelaki yang ada di depannya ini begitu banyak luka. Dia juga sedikit membayangkan bagaimana rasa sakit yang dirasakannya. Namun, dia bingung melihat laki-laki itu tidak meringis sedikit pun dengan lukanya, seakan luka itu tidak ada apa-apanya untuknya.

Arka terdiam. Dia memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh perempuan itu dimulai dari menempelkan handuk dingin ke arah luka-luka di wajahnya. Dari luka memar akibat tamparan, dan luka gores akibat pecahan vas bunga.

Arka menatap intens wajah dari perempuan itu yang tampak serius mengobati wajahnya tanpa seizinnya. Sesekali juga Arka dapat mendengar suara ringisan kecil dari bibir mungil perempuan itu. Arka akui jika anak itu memang sangat cantik dan terkesan seperti perempuan-perempuan yang ada di Korea Selatan.

Anak perempuan yang sedikit lebih muda darinya itu memiliki pahatan wajah yang sempurna. Matanya hitam kecoklatan, warna kulitnya putih bersih, hidung mancung, dan bibir yang murni berwarna pink kemerahan. Tak lupa juga, poni kanan yang panjang melebihi telinga membuat perempuan itu benar-benar sangat cantik di mata Arka, dan pastinya di mata orang lain.

Bola mata Arka beralih menatap leher perempuan itu yang terdapat liontin kupu-kupu berwarna gold, dengan hiasan berlian yang telihat cantik. Sangat indah. Selama ini Arka belum melihat kalung seperti itu.

“Kalau luka, segera diobati, ya. Jangan sampai luka itu akan menjadi parah karena infeksi,” ucap si perempuan yang membuat Arka tersadar dari kegiatannya.

Sontak saja Arka menatap wajah perempuan di depannya yang sudah berdiri sambil menyodorkan handuk biru bekas lukanya tadi.

“Ini kain buat obatin luka kamu biar enggak perih. Maaf ya, aku enggak bisa lama-lama di sini. Soalnya, mama pasti cari aku karena aku tadi pergi nggak bilang.”

Arka mengangguk. Tersenyum kecil, sembari mengambil pemberian dari perempuan tadi. “Ma-makasih,” ucap Arka terbata-bata.

Perempuan di depannya tersenyum manis, hingga membuat jantung Arka berdetak kencang di luar kendalinya. Darah yang ada di dalam tubuhnya mengalir hebat, seakan merasakan sesuatu di dalam hatinya. Perutnya tiba-tiba terasa ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan. Masalah yang dia pikirkan tadi menghilang begitu saja, seperti daun layu yang terdorong ombak besar hingga pergi menjauh dan menghilang.

Arka mematung. Aku kenapa? Kok, rasanya aneh?

Tapi ... nyaman.

“Sama-sama. Lain kali kalo luka lagi diobatin, ya!” Setelah mengucapkan, perempuan cantik yang terlihat kurus itu pergi meninggalkan Arka yang sudah berdiri menatap punggung kecilnya yang kian menjauh.

Arka tersenyum lebar, terlihat manis. Dia menatap handuk biru pemberian perempuan tadi.

Raut wajah, ukuran tubuh, senyuman manis, liontin gold kupu-kupu dan kebaikan perempuan tadi akan selalu Arka ingat. Arka akan berusaha menemuinya lagi dan akan bertanya tentang namanya. Arka akan membawa perempuan itu ke dalam hidupnya, menjaga dan menyayangi perempuan itu seperti menyayangi bundanya. Arka janji itu.

“Kamu cantik dan aku suka, kamu baik dan aku pun suka.”

- TBC -

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang