14 | 十四

1.7K 302 50
                                    

Selama bekerja, Kuroo tidak bisa mengalihkan pikirannya mengenai Takumi yang mempunyai rencana jahat kepada (Name). Jika benar apa yang dikatakan dewa rubah saat itu, berarti Takumi mempunyai seseorang yang hebat di sisinya atau lebih parahnya lagi, ada dewa yang ikut membantu.

Namun, kenapa? Tidak mungkin sembarang dewa mau membantu manusia, apa jangan-jangan alasan dewa itu dipihak Takumi juga karena bosan? Kuroo tidak habis pikir dengan dewa di zaman ini.

Meskipun pikirannya berkelana, Kuroo tetap menjalankan pekerjaannya secara normal. Dia ingin segera ke rumah dan membicarakan hal ini dengan Bokuto dan Akaashi. Kuroo juga ingin kedua temannya itu lepas dari kutukan dewa rubah yang masih menempel, bagaimanapun caranya.

•°. *࿐

"Mungkin nanti aku terima?"

(Name) sedang berbicara bersama Bokuto dan Akaashi sambil menunggu kepulangan Kuroo. (Name) ingin mendengar pendapat dari Bokuto dan Akaashi mengenai tawaran pekerjaan dari Takumi. (Name) benar-benar butuh saran saat ini.

Bokuto mengepakkan kedua sayapnya dengan cepat. "Tapi (Name)-chan jangan mudah percaya dengan laki-laki bernama Takumi itu! (Name)-chan baru kenal dengannya 'kan?!"

(Name) menunjukkan senyuman gugup lalu mengangguk. "Iya, sih. Tapi mendengar tawarannya itu, aku rasa tidak ada salahnya mencoba 'kan?"

Akaashi mengetukkan kaki cakarnya pelan dan ekspresi burung hantunya memperlihatkan kalau dia sedang berpikir dengan mata bulatnya itu. "Bagaimana dengan pendapat Kuroo-san?"

"Oh, Kuroo-san juga sama menyuruhku untuk mempertimbangkan lagi tawaran pekerjaan itu dan mungkin jawabannya... aku akan menerimanya?" jawab (Name) diakhiri dengan nada bertanya dan terdengar kurang yakin dengan ucapannya sendiri.

Bokuto dan Akaashi saling bertukar pandang khawatir, karena setahu mereka Takumi itu tidak masuk kategori orang baik. Apalagi Kuroo menguatkan argumen itu dengan Takumi yang mempunyai dewa di sisinya untuk merebut (Name) dari Kuroo.

"(Name)-chan, aku rasa tahan dulu jawabanmu. Pikirkan matang-matang, aku yakin itu pilihan terbaik," saran Akaashi dengan nada tenang.

(Name) menganggukkan kepalanya lalu manik (eye color)nya menatap ke arah laptop yang masih menyala. Memperlihatkan tugasnya yang sudah dia selesaikan.

Suara pintu terbuka membuat ketiganya mengalihkan perhatian ke arah pintu dan mereka melihat Kuroo yang berantakan?

"K-Kuroo-san! Apa yang terjadi denganmu?" tanya (Name) khawatir lalu berdiri mendekati Kuroo. Diikuti dengan dua burung hantu yang terbang di belakangnya.

Kuroo mengangkat kepalanya lalu menunjukkan seringainya sambil mengibaskan satu tangannya lemas. "Aku baik.. dewa rubah itu tadi melemparku," jawab Kuroo lalu mengusap ujung bibirnya.

Ada luka goresan di pipi dan bibir Kuroo, tangannya juga terlihat ada bercak darah dari luka yang menggores kulitnya. "A-aku ambilkan kotak P3K terlebih dahulu. K-Kuroo-san duduklah!" ucap (Name) lalu segera pergi ke kamar mandi.

"Oi! Kuroo! Kenapa dewa itu melemparmu sampai babak belur seperti ini?!" tanya Bokuto.

Akaashi juga sama terkejut kenapa dewa rubah itu bertindak kasar kepada Kuroo. "Oh, aku membuat dia marah tadi tapi... aku berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan," jawab Kuroo menyeringai lalu duduk di atas futon. Membuka baju atasannya karena panas.

"Apa yang Kuroo-san inginkan?" tanya Akaashi karena tidak biasanya Kuroo memilih jalur kekerasan atau lebih tepatnya ide yang mengarahkan dirinya menjadi umpan. Akaashi tahu Kuroo itu lebih pandai daripada dirinya.

"Aku mendapatkan jawaban soal si pria kuning menjengkelkan itu, aku tidak ingin dia menyentuh (Name) dan memanfaatkannya." Kuroo mengusap rambutnys ke belakang. "Ditambah, aku juga tahu siapa dewa yang bersama si Takumi itu."

Bokuto mengepakkan kedua sayapnya senang lalu dia mendarat di atas kepala Kuroo. "Itu hebat, bro! Kita bisa mengalahkan mereka berdua kalau begitu!"

"Iya dan jangan mendarat di kepalaku!" teriak Kuroo.

(Name) berlari sambil membawa kotak P3K dan sebuah handuk ditangannya. Saat pandangannya melihat Kuroo yang telanjang dada membuat (Name) hampir menjatuhkan bawaannya.

"Halo koneko-chan," sapa Kuroo menyeringai ke arah (Name).

"O-oh! Umm.." (Name) jadi salah tingkah karena belum terbiasa melihat Kuroo telanjang dada dengan bebas di apartemennya.

Akaashi yang menyadari suasana diantara mereka, memutuskan untuk menarik Bokuto jauh dari pasangan itu.

(Name) duduk di depan Kuroo lalu mengeluarkan perban dan botol antiseptik, "Ini akan sedikit perih, Kuroo-san," ucap (Name) mengingatkan pada Kuroo.

"Hmm, aku bisa menahannya. Tenang saja, koneko-chan."

(Name) membentuk senyum kecil mendengarnya lalu dia meneteskan sedikit antiseptik ke lengan Kuroo yang tergores itu, pasti akan meninggalkan bekas luka. Kuroo menggerutukan giginya menahan rasa perih lalu dia bernafas lega saat rasa sakitnya hilang.

Mengambil perban, (Name) melilitkannya ke lengan Kuroo yang lumayan berotot itu dan berusaha menahan diri agar tidak pingsan. Sedangkan Kuroo, dia menggigit bibir bawahnya ketika jari halus (Name) bersentuhan dengan lengannya, rasanya memberikan sengatan geli ke tubuhnya.

Memastikan ikatan perbannya tidak terlalu erat, (Name) mengambil handuk yang sudah dia basahi tadi. "Aku akan mengusap wajah Kuroo-san, j-jadi tolong m-membungkuk sedikit," ucap (Name) dan pipinya merona malu.

Kuroo mengangguk dan seringai di wajahnya tidak luntur. (Name) mengambil nafas pelan lalu dia mengusap halus wajah Kuroo dan sedikit menekan ke bagian goresan yang masih perlahan mengeluarkan darah.

Hingga, tatapan mereka bertemu dan (Name) menghentikan gerakan tangannya karena lagi-lagi, dia terhipnotis dengan manik emas kucing milik Kuroo. Terlihat misterius namun sekilas ada kehangatan di sana.

Kuroo sadar dengan tatapan dalam (Name) itu, mengusap bagian samping wajah gadis itu dan menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi wajahnya. (Name) tersentak ketika merasakan tangan Kuroo yang sedikit kasar akan kerja itu mengenai pipinya.

"(Name)-chan masih belum memiliki perasaan kepadaku?" tanya Kuroo.

Kedua bola mata (Name) terkejut dengan pertanyaan Kuroo. Benar. Apa dia punya perasaan istimewa kepada Kuroo? Setelah semua yang mereka jalani, apa ada perasaan itu dalam dirinya? (Name) sendiri tidak yakin.

"Aku tidak tahu, Kuroo-san," jawab (Name) dengan nada pelan. Takut melukai perasaan Kuroo.

"Heh, tidak perlu bersedih, koneko-chan." Kuroo mendekatkan posisi mereka berdua. "Aku sudah bilang sebelumnya, (Name)-chan nanti akan jadi kekasihku. Cepat atau lambat," bisik Kuroo lalu menangkup kedua sisi wajah (Name).

(Name) meneguk ludahnya pelan. "Maaf, Kuroo-san hanya saja.. aku.."

"Sstt," Kuroo memotong kalimat yang akan diucapkan (Name). Dia tidak ingin (Name) menyalahkan dirinya jika perasaan (Name) tidak sama dengan dirinya.

"Sudah jangan dipikirkan lagi, oke? Sekarang bisa aku menciummu?"

Wajah (Name) seratus persen saat itu juga langsung memerah dengan mulut terbuka kaget. "A-APA?!"

Kuroo terkekeh melihat reaksi (Name) yang imut dimatanya itu lalu dia mengecup sekilas bibir (Name).

"K-Kuroo-san!"

"Apa? Mau lagi?"

Kuroo memeluk (Name) lalu kali ini dia memberikan ciuman yang cukup lama.

つづく






































h-halo? ada orang kah?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐁𝐚𝐬𝐨𝐫𝐞𝐱𝐢𝐚 | K. TETSUROUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang