06 | 六

1.7K 354 67
                                    

"Aku pulang, koneko-chan!"

Kuroo menutup pelan pintu lalu melepas topi yang menyembunyikan kedua telinga kucing hitamnya. Tubuhnya merasa lelah karena dia salah kira jika pekerjaan sebagai tukang antar makanan tidak selelah yang dibayangkan. Selama beberapa menit belum ada jawaban, dahi Kuroo mengernyit bingung. Biasanya, (Name) akan menyahutnya ketika dipanggil.

"Aw! Oh, Kuroo-san!"

Kuroo melihat (Name) yang sekarang sedang memegang ujung kaki jempolnya dan ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa dia sedang menahan rasa sakit. Kuroo semakin bingung karena pakaian yang (Name) katakan masih sama seperti tadi siang.

"Koneko-chan, kenapa belum berganti pakaian? Apa jangan-jangan kau baru tidur?"

Kedua pipi (Name) memerah mendengar tebakan Kuroo yang memang benar faktanya.

"Uh.. aku tadi ketiduran dan sepertinya tidurku cukup lama," jawab (Name) lalu matanya melirik ke jam dinding dan dia langsung kaget melihat waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam lebih sebelas menit.

Kuroo terkekeh mendengarnya lalu dia menghela nafas pelan dan kedua tangannya dia taruh di sisi pinggangnya. "Kalau begitu, cepat mandi dan biarkan soal makan malam serahkan padaku."

"T-tidak perlu! K-Kuroo-san b-ba-baru saja pulang bekerja, aku merasa tidak enak," ucap (Name) lalu segera pergi ke arah dapur.

Kuroo mengibaskan satu tangannya acuh, "tidak apa, ini sebagai tanda terima kasihku pada, koneko-chan sudah membiarkanku tinggal di sini."

(Name) bersikeras tidak mau dan dia menggelengkan kepalanya. "Biar aku saja, Kuroo-san sudah banyak membantu. Langsung mandi saja."

(Name) tidak menunggu respon dari Kuroo karena dia langsung pergi ke dapur untuk memasak makan malam. Merasa percakapan mereka ini tidak akan ada yang mau mengalah, Kuroo akhirnya menurut lalu dia pergi ke kamar (Name) terlebih dahulu untuk mengambil pakaian yang pertama kali dia pakai di sini. Meski belum disetrika rapih, dia tidak ingin (Name) pingsan jika melihatnya hanya bertelanjang dada.

(Name) tengah memasak makanan kesukaannya, dia ingat kalau burger yang dibelinya tadi masih ada dan sekarang sudah dingin. (Name) ingin membuangnya karen takutnya burger itu rasanya sudah agak asam dan tidak ingin membuat Kuroo sakit karena makanan cepat saji yang disimpan terlalu lama.

"Sudahlah, aku buang saja."

(Name) pasti akan mentraktir Kuroo makan di tempat makanan cepat saji itu sebagai ganti burger yang dia buang. (Name) merasa tidak enak saja.

Selang beberapa menit, (Name) hampir selesai memasak karena makanan yang dia buat cukup mudah dan bahannya tidak terlalu banyak. Ketika menuangkannya ke dalam mangkuk, badan (Name) terperanjat kaget karena ada nafas hangat di belakang lehernya.

"Wahh~! Aroma supnya sampai ke hidungku dan sepertinya sangat enak," ucap Kuroo di samping telinga (Name) namun pandangan matanya masih mengarah ke sup yang masih dalam panci itu.

"O-oh tentu saja, semoga Kuroo-san menyukainya," balas (Name) mencoba menghilangkan rasa gugup nada bicaranya lalu menuangkan sepenuh supnya ke dalam mangkuk.

"Suka? Aku pasti mencintai semua masakanmu, koneko-chan~" goda Kuroo yang kini menatap wajah (Name) dari samping dan senyuman tercetak jelas di wajahnya.

"Umm, Kuroo-san maaf mengenai burgermu yang siang tadi. Aku takut burgernya sudah tidak layak dimakan jadi aku buang," ucap (Name) menghiraukan godaan Kuroo.

Kuroo menegapkan kembali badannya lalu menganggukkan kepalanya. "Tidak perlu minta maaf, aku tahu kau melakukannya karena peduli padaku, koneko-chan."

𝐁𝐚𝐬𝐨𝐫𝐞𝐱𝐢𝐚 | K. TETSUROUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang