Kuroo yang dalam wujud kucing itu berjalan di samping (Name) yang terus mengecek ke bawah lalu kembali meluruskan pandangannya. Setelah di perpustakaan yang membuat (Name) mendapatkan teguran keras dari pustakawan, dia memutuskan untuk menyelesaikan tugasnya jika sudah sampai di apartemennya. Untuk saat ini, dia harus memberi makan pada kucing setengah manusia ini.
Melihat nama toko hewan, (Name) menghentikan langkahnya dan memeriksa dari jendela toko apa ada makanan kucing, karena kemarin makanan yang dia beli katanya sudah habis dan Kuroo masih lapar. Sebelum (Name) masuk ke dalam toko, dia merasakan sepatunya ditarik oleh Kuroo.
"Bukan kesana! Kita makan ramen atau makan makanan manusia. Aku bosan, koneko-chan."
Mendengar suara Kuroo dalam kepalanya itu masih terasa aneh namun dia harus membiasakan diri. (Name) menggaruk belakang lehernya.
"Baiklah, ayo kita beli makanannya," jawab (Name) pelan.
"Tapi aku ingin makan bersamamu di luar."
"Maksudnya?"
"Belikan aku pakaian dan kita bisa kencan hari ini."
(Name) bisa membayangkan Kuroo yang menyeringai, karena dari nada bicaranya yang terdengar menggodanya itu. Dan sejak kapan kucing hitam di dekat kakinya ini memerintahnya?! Meski (Name) menolak, dia juga tidak tega kalau Kuroo berubah ke wujud manusianya harus memakai pakaian yang dia temukan di lemarinya, pakaian tersebut adalah bekas kakaknya menginap. Dan, (Name) tidak ingin Kuroo berjalan-jalan di dalam apartemennya dengan telanjang dada.
Tidak banyak pilihan lain, (Name) mengiyakan keinginan Kuroo lalu dia mengangkat kucing itu dan membuka tasnya.
"Aku harus menyembunyikanmu jika kita mau mencari pakaian untuk, Kuroo-san," jelas (Name).
"Kau benar, koneko-chan. Pilih pakaian yang bagus!"
Jika permintaan Kuroo seperti itu, dia tidak bisa menjanjikan pakaiannya sesuai dengan ekspetasi Kuroo. Uang kiriman orangtuanya akan cepat habis dari tanggal perkiraannya dan (Name) harus banyak berhemat mulai sekarang.
Membiarkan resleting tasnya terbuka sedikit agar ada udara masuk ke tasnya, dia melanjutkan kembali perjalanannya dan mencari toko baju dengan harga yang masih bisa dijangkau dompetnya.
Sampai di salah satu toko. (Name) memilah baju yang akan pas di badan Kuroo. Tingginya lebih dari kakaknya tapi Kuroo lebih kelihatan kurus dibanding Daichi yang memiliki bahu lebar. (Name) memilih kaos hitam lengan pendek, jaket abu-abu gelap dan celana hitam dengan garis putih di pinggirnya dan (Name) mengambil kupluk yang nantinya akan menutupi telinga kucingnya. (Name) juga membeli pakaian dalamnya dengan wajah memerah padam dan berharap tidak ada orang yang melihat kelakuannya.
Setelah melihat keadaan sekitar aman, (Name) pergi ke ruang ganti lalu membuka tasnya pelan dan memberikan Kuroo baju yang dia pilih. Keluar dengan melompat dari tas itu. Kuroo melihat baju yang sudah (Name) siapkan.
"Pilihan bagus, koneko-chan. Kau akan jadi istri yang baik nanti."
(Name) menggelengkan kepalanya cepat dengan kedua pipi merona. "S-sudahlah cepat p-pakai sana!"
Kuroo mengangkat kepalanya lalu ekornya bergerak jahil. "Mau ikut memakaikannya untukku, koneko-chan?"
(Name) menutup pintu ruang ganti itu dan menunggu di luar sambil melihat keadaan agar tidak ada orang yang sadar kenapa dia membawa kucing ke dalam ruang ganti.
Mendengar suara pintu terbuka. (Name) berbalik dan melihat Kuroo yang sudah memakai bajunya. Kupluknya menutupi telinga kucingnya dan jaketnya diikat di bagian pinggang agar ekornya tidak terlihat.
"Sekarang ayo kita bayar pakaian ini, koneko-chan."
"T-tunggu dulu! Kembali ke wujud kucing, Kuroo-san, aku tidak bisa membayar jika bajunya sudah dipakai seperti itu!" jelas (Name) sambil menarik ujung baju Kuroo.
Kuroo menghela nafasnya gusar lalu dia kembali ke ruang ganti.
Setelah membayar dan pergi ke kamar mandi umum untuk memakai bajunya. Akhirnya, Kuroo bisa menghirup udara segar dengan wujud manusianya.
"Uangku..." (Name) menatap miris pada dompetnya dan skenario tentang kakaknya yang akan menceramahinya karena cepat sekali uangnya berkurang, bisa (Name) bayangkan.
"Ayo, koneko-chan. Aku sudah lapar daritadi." Kuroo mengaitkan tangannya ke dalam sikut (Name) dan (Name) hampir terjatuh karena sulit menyeimbangkan langkah kaki Kuroo.
"T-tunggu! Kita s-seharusnya t-t-tidak sedekat ini!" ucap (Name) dan menatap was-was jika ada teman kelasnya yang melihat mereka berdua.
Kuroo menggidikkan kedua bahunya tidak peduli lalu kali ini dia memasang senyum dan mengacak pelan rambut (hair color) (Name).
"Jangan takut. Nikmati saja apa yang akan aku lakukan untuk kencan pertama kita."
"K-k-k-kencan?!" ulang (Name) sambil berteriak, dia kira Kuroo hanya bercanda.
Mereka sampai di kedai ramen dan Kuroo mengajak (Name) untuk duduk di sampingnya. Kuroo membenarkan letak kupluknya agar tidak merosot lalu melihat ke arah menu yang tertulis di sana.
"Apa yang biasa koneko-chan pesan, hm?" tanya Kuroo sambil melirik (Name).
Meletakkan tasnya pelan di bawah, (Name) menjawab pelan, "(favorite flavor ramen)."
Kuroo memesankan apa yang (Name) katakan tadi dengan jumlah dua porsi. Satu untuknya, satu untuk gadis di sampingnya.
"Sudah lama aku tidak memakan makanan manusia seperti ini," gumam Kuroo yang didengar (Name).
Memasang wajah bertanya, (Name) memberanikan diri untuk memulai topik pembicaraan agar dia bisa kenal lebih dekat dengan Kuroo.
"Sejak kapan Kuroo-san dikutuk...?"
Kuroo menutup kedua matanya sesaat lalu menolehkan kepalanya dan mengangkat tiga jarinya. "Tiga tahun."
"Oh.. tapi kenapa bisa dikutuk oleh penyihir itu?" tanya (Name) lagi karena dia memang penasaran. Dia tidak menyangka hal seperti ini nyata di dunia.
Kuroo terdiam sesaat lalu dia melihat wajah (Name) yang terlihat penuh dengan rasa penasaran, sekilas tidak ada rasa gugup di matanya yang sering dia lihat.
Mengusap kembali rambut (hair color)nya, Kuroo menunjukkan senyuman sedihnya. "Maaf, koneko-chan mungkin lain kali."
Kedua mata mereka terkunci sesaat karena mereka sadar, jika pandangan lawan mereka terlihat beda dari biasanya. Seperti menyembunyikan perasaan terdalam yang masih terkunci dan tinggal waktu yang bisa membuka perasaan tersebut. (Name) menemukan warna mata Kuroo itu unik dan menurut Kuroo, warna iris (eye color) yang terlihat cerah itu membuat sesuatu dalam dirinya menghangat.
"Ini pesanannya!"
Keduanya memutuskan tatapan mereka dan melihat mangkuk ramen yang masih panas.
"Kita nikmati kencan ini, oke?" ucap Kuroo sambil menyeringai dan memberikan sumpit pada (Name).
(Name) menganggukkan kepalanya pelan dengan pipi merona dan menerima sumpit pemberian Kuroo. Kenapa Kuroo bisa bersikap tenang setelah tatapan mereka tadi? (Name) sendiri susah membuat jantungnya untuk berdetak kembali normal.
Melirik dari sudut matanya, manik emas Kuroo menatap (Name) yang tengah mengusap dadanya dan keluar gumaman "aku baik, tenanglah," membuat Kuroo terkekeh melihatnya.
Heh, lucu.
つづく
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐚𝐬𝐨𝐫𝐞𝐱𝐢𝐚 | K. TETSUROU
Fanfic✧ Jangan mengada-ada! Aku tidak mungkin mencium kucing yang kuselamatkan itu yang sekarang... berubah menjadi manusia tampan?! Apa aku sudah gila?!! ✧ start → july 8 2020 end →