11 | 十一

1.4K 285 33
                                    

Kuroo mengecek lagi daftar antarannya malam ini. Dia sudah berkeliling tiga putaran di wilayah yang sama untuk mengantarkan makanan. Untungnya, Kuroo sabar karena yang dia hadapi itu rata-rata wanita yang mencoba menggodanya untuk masuk ke rumah mereka. Untuk apa Kuroo melakukannya jika dia memiliki (Name) yang menunggu di rumah?

Membayangkan (Name) yang menyambutnya setiap pulang kerja membuat dada Kuroo menghangat. Namun, imajinasinya retak karena dia tahu, (Name) tidak mungkin menyambutnya dengan sifat pemalunya itu. Kuroo tidak komplain dengan sifat yang dimiliki (Name), justru itu adalah salah satu alasan dia menyukai gadis berambut (hair color) itu.

Sebelum Kuroo menaruh pelindung kepalanya, dia melihat cahaya yang sama ketika malam itu. Malam, dimana kehidupannya berubah 180 derajat.

"Heh, si dewa rubah ini ingin mengecek keadaanku, huh?" ucap Kuroo sambil menyeringai. Meski dia berhadapan dengan seorang dewa, Kuroo melihat dewa itu yang tidak ada bedanya dengan manusia.

Cahaya itu membesar hingga membentuk tubuh lelaki dengan pakaian yukata kuno, berwarna emas dan merah api. Beberapa ekor rubah di belakang badannya serta muncul telinga rubah di atas kepalanya. Jari kukunya dipoles rapi dan panjang, ada kipas lipat di tangannya yang dia kibaskan pada wajahnya, menyembunyikan senyuman licik dari mangsanya.

"Aku kagum manusia sepertimu bisa jatuh cinta pada gadis itu. Apa kau yakin, kau tidak memanfaatkannya, manusia?" tanya dewa rubah itu. Suaranya terdengar lembut di telinga, mampu membuat manusia yang mendengarnya luluh hati.

Kuroo menggelengkan kepalanya lalu meletakkan helmnya di keranjang sepeda motornya. "Aku tidak selicik Anda, Dewa rubah," jawab Kuroo dengan sarkas dan manik emas kucingnya terlihat menajam.

Dewa rubah itu tersenyum mendengar jawaban Kuroo. Seperti yang dia kira, dia tidak salah memilih Kuroo sebagai hiburannya.

"Ah, hatimu memang tulus mencintainya, namun... aku sangat bosan jika hiburan ini selesai dengan cepat, iya 'kan?" jari dewa rubah itu mengeluarkan api biru terang dan Kuroo mempersiapkan tubuhnya untuk bergerak jika nantinya dia akan menyerangnya.

"Apa maksudmu?"

Dewa rubah itu memainkan apinya seperti mainan dan kipasnya dia sembunyikan di belakang badannya, ekor-ekornya bergerak angkuh. "Bagaimana kalau aku tambah sedikit drama di antara kalian? Seseorang yang ingin juga mendapatkan (Name)-chan," jawab dewa rubah menyebutkan nama (Name) dengan nada seduktif.

Kuroo kesal dengan dewa di depannya ini, beraninya dia menyebutkan nama (Name) lewat mulutnya. "Apa kau tidak punya pekerjaan lain daripada menganggu orang?"

"Sayangnya tidak," dewa itu menjawab dengan nada sedih namun seringainya tidak luntur. "Aku hanya senang melihat manusia yang berusaha jadi aku ingin melihat, bagaimana kau mendapatkan hati gadis itu."

Sebelum Kuroo melontarkan protesnya, dewa rubah itu sudah ada di sampingnya dan tangannya berada di depan wajahnya. Kuku dewa itu terlihat tajam jika dilihat dari dekat.

"Aku tidak menyihir atau menyuruh manusia itu suka dengan gadismu, dan aku peringatkan padamu bahwa manusia itu memiliki seseorang yang sama sepertiku untuk mendapatkan, (Name)-chan."

"Apa― Hei! Aku belum selesai bicara!" Kuroo tidak percaya jika dewa itu sudah menghilang dan malah meninggalkannya dengan banyak pertanyaan atas perkataannya tadi.

"Lebih baik aku pulang," gumam Kuroo segera naik ke sepeda motor hingga dia lupa tidak memakai helm karena ingin sampai di rumah.

Kenapa dewa rubah itu mau menolongnya? Ah, tidak mungkin. Dewa licik seperti itu mana mau membuang waktunya untuk menolong dirinya.

𝐁𝐚𝐬𝐨𝐫𝐞𝐱𝐢𝐚 | K. TETSUROUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang