10 | 十

1.4K 293 19
                                    

Merasakan sesuatu yang menyentuh pipinya, (Name) terpaksa membuka kedua matanya dan pandangannya bertemu dengan Akaashi yang sepertinya sedang membangunkannya.

"Maaf (Name)-chan, ini sudah pagi dan Kuroo-san bilang, (Name)-chan akan pergi ke perpustakaan hari ini," ucap Akaashi dengan suara lembut. Berharap tidak mengganggu tidur (Name).

"Terima kasih sudah membangunkanku, Akaashi-san," jawab (Name) sambil tersenyum kecil dan tangannya mengusap sebelah matanya pelan.

Akaashi keluar dari kamar (Name) agar dia bisa menyiapkan diri sebelum pergi ke perpustakaan. (Name) sudah lumayan terbiasa dengan suasana apartemennya yang banyak.. hewan. Sisi baiknya, tempat tinggal ini tidak terlihat sepi dan (Name) mempunyai seseorang yang akan menunggu kepulangannya.

Selesai mandi dan berpakaian rapi. (Name) keluar dari kamar dan tas kuliahnya dia bawa untuk ke perpustakaan. Ada beberapa buku yang akan dia pinjam dan dia kembalikan. Kebanyakan, buku dengan genre fiksi, fantasi dan historical.

Hidung (Name) mencium harum masakan kesukaannya dan dia juga mendengar Kuroo dan Bokuto saling bertengkar soal daging.

(Name) melihat Akaashi yang sudah berdiri di atas meja dan makanannya di taruh di atas piring berukuran kecil di hadapannya.

"Selamat pagi, Kuroo-san, Bokuto-san," sapa (Name) kepada mereka yang masih adu mulut soal daging.

Kuroo melirik dan wajah kesalnya terganti dengan senyuman tampannya. "Ah, selamat pagi, koneko-chan. Aku yakin koneko-chan punya mimpi indah semalam," ucap Kuroo.

"Bagaimana Kuroo-san tahu?" tanya (Name) bingung bercampur kaget.

Kuroo menyeringai dan tangannya menjauhkan Bokuto yang hampir terbang je arah wajahnya. "Tentu saja aku tahu. Jika aku ada dalam mimpimu, artinya koneko-chan bermimpi indah," jawab Kuroo percaya diri.

Kedua pipi (Name) memerah malu mendengarnya. Gombalan Kuroo itu selalu membungkam mulutnya. Akaashi yang melihat interaksi diantara mereka hanya mengabaikannya dan makan duluan.

Bokuto tertawa melihat Kuroo yang berhasil membuat (Name) malu, dan ini masih pagi pula! "Hey, hey, hey! Kuroo! Apa kau selalu menggodanya setiap hari?"

"Tentu saja, aku 'kan kekasihnya," jawab Kuroo masih dengan menunjukkan seringainya.

(Name) mengalihkan pandangannya ke piring makanannya dan memakannya secara pelan. Dia tidak ingin wajahnya memerah malu dengan mudah seperti tadi. Apalagi, Bokuto dan Akaashi melihatnya. (Name) menjadi tambah malu.

Sesi sarapan mereka diiringi dengan beberapa lelucon dari Kuroo dan Bokuto. Akaashi bersama (Name) hanya bisa menonton dua komedian gratis di depan mereka ini. (Name) juga sesekali tertawa ketika sadar dengan apa yang mereka bicarakan.

"Kuroo-san akan pergi kerja hari ini?"

Kuroo mengangguk dan kedua telinga kucingnya bergerak. "Iya, tapi aku dapat shift malam kali ini. Jadi, jangan menungguku pulang, koneko-chan."

Ini pertama kalinya Kuroo mendapat bagian malam, biasanya dia dapat pagi hingga sore. (Name) merasakan firasat aneh di dalam hatinya.

"Kuroo-san hati-hati di jalan saat pulang nanti," ucap (Name) dengan nada khawatir.

Kuroo melukiskan senyuman andalannya dan tangannya itu mengusap rambut gadis (hair color) itu dengan kasih. "Jangan khawatirkan aku. Justru kau yang harus hati-hati saat pulang nanti, oke?"

Membalasnya dengan anggukan mengerti. (Name) mengucapkan selamat tinggal pada Kuroo dan dia pergi menuju destinasinya hari ini; perpustakaan.

Melihat dari jendela apartemen, dimana (Name) yang kini sudah tidak terlihat dari pandangannya itu lagi. Kuroo berbalik dan tubuhnya berhadapan dengan dua burung hantu yang terbang di depannya.

"Koneko-chan pulang saat sore karena dia juga ingin mengunjungi beberapa tempat setelah dari perpustakaan, aku ingin kalian berdua mengawalnya," titah Kuroo.

Bokuto terbang melingkari Kuroo dengan gerakan penuh energi akan semangat. "Siap! Kita seperti akan mengawal seorang putri! Benarkan, Akaashi?!"

"Tidak biasanya Kuroo-san menyuruh kami untuk mengawal (Name)-chan," ucap Akaashi mengabaikan Bokuto. "Apa Kuroo-san tahu apa yang akan terjadi hari ini?"

Kuroo mengambil sapu dan dia menggelengkan kepalanya. "Aku bukan dewa seperti rubah itu atau peramal, Akaashi." Kuroo mulai menyapu debu yang ada di lantai. "Aku ingin (Name)-chan selamat," akhir Kuroo dengan menyebutkan nama asli (Name).

Bokuto dan Akaashi saling bertukar pandangan. Mereka tahu jika Kuroo benar-benar sudah jatuh hati dengan (Name). Tidak heran, jika dia khawatir dengan (Name) yang jalan-jalan di dunia kejam itu sendirian.

"Jangan khawatir, Kuroo!" Bokuto mendarat di atas kepala Kuroo. "Kita tidak akan membiarkan gadismu terluka! Iya 'kan, Akaashi?!"

Akaashi setuju dengan perkataan Bokuto.

"Terima kasih, aku akan memberikan makanan lezat besok pagi saat sarapan untuk kalian."

•°. *࿐

Keluar dari perpustakaan dengan rasa puas dalam hatinya. (Name) mendapatkan kupon dari perpustakaan jika dia berhasil menambahkan satu lagi, maka dia akan mendapatkan buku gratis karya penulis favoritnya. (Name) tidak sabar untuk mendapatkannya, mungkin minggu besok dia akan kembali berkunjung.

Karena hari ini dia mendapatkan bagian memasak makanan malam, untuk dirinya dan dua teman kecil burung hantunya. (Name) memutuskan untuk pergi ke minimarket.

Tidak ingin menyusahkan diri, (Name) membeli bahan-bahan makanan yang mudah tapi bisa memenuhi nafsu makannya.

Ponsel milik (Name) bergetar dan segera dia mengecek siapa yang menelponnya. Dijam seperti ini, tidak mungkin kakaknya. Daichi belakangan ini sibuk dengan pekerjaannya sebagai polisi. Mereka lebih sering bertukar pesan.

"Sawamura-chan! Aku kira aku salah nomor karena tidak diangkat," ucap dari sebrang telpon dan suaranya terdengar asing di telinga (Name).

"Umm.. maaf, ini siapa?"

"Oh, Sawamura-chan pasti tidak tahu siapa aku hehehe," jawabnya diakhiri dengan kekehan kecil. "Namaku Takumi Ryo, kita memang belum pernah bertemu, tapi adikku satu kelas denganmu di universitas."

(Name) merasakan keringat di wajahnya karena dia tidak ingat nama-nama teman sekelasnya. Bahkan dia tidak tahu jika ada yang memiliki nama marga Takumi!

"M-maaf, Takumi-san. A-aku tidak tahu siapa adikmu," jawab (Name) dengan suara kecil.

"Tidak perlu khawatir! Aku tahu Sawamura-chan akan menjawab seperti itu. Sangat imut!"

Imut?! Bagaimana bisa pria itu memanggilnya imut setelah berbicara kurang lebih dua puluh detik?!

"Aku t-tidak―"

"Oh! Sawamura-chan aku harus mengakhiri percakapan kita hari ini. Ada suatu hal yang harus aku tangani. Terima kasih sudah mengangkat telponku."

"Sama-sama, Takumi-san," jawab (Name) cepat karena dia sendiri bingung apa yang harus dia katakan.

"Aku akan menelponmu lagi jika ada waktu luang. Tunggu telpon dariku, ya!"

Setelah itu, sambungan telpon terputus dan (Name) mematung sambil melihat nomor milik Takumi Ryo yang meminta apakah ingin di simpan atau tidak.

"Siapa Takumi Ryo? Dan... yang mana adiknya?" gumam (Name) pada dirinya sendiri.

つづく

































hika edit beberapa kesalahan penyebutan nama marga (Name) di chap 9 T^T hika lupa kalau reader ini adiknya bapak polisi daichi heueheueuu (/ω\)

𝐁𝐚𝐬𝐨𝐫𝐞𝐱𝐢𝐚 | K. TETSUROUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang