(Name) menatap fokus ke arah papan tulis yang menampakkan beberapa kalimat penting yang harus dia catat. Setelah terangkum dalam kepalanya, dia menuangkannya ke atas buku catatannya dengan pulpen hitamnya. Suasana kelas yang dihadiri (Name) ini lumayan berisik. Dosen yang mengajar tengah izin permisi keluar sebentar karena ada urusan penting. Pembicaraan gosip dari beberapa perempuan adalah hal yang menganggu (Name) jika dia tengah menulis. Tentunya, (Name) tidak menyerukan keresahannya itu.
"Kau sudah mengerjakannya?
"Sudah, kita bisa pergi ke tempat yang kau bicarakan itu."
"Bagus! Kuharap aku bisa bertemu dengan pria tampan itu lagi."
(Name) menggigit bibir bawahnya dan menggaruk bagian kepalanya karena risih. Suara mereka terlalu keras di depan meja (Name). Kembali mengabaikannya, (Name) melanjutkan merangkum.
"Hey, aku lihat kemarin Sawamura-chan bersama pria tampan!" bisik perempuan berambut pendek.
"Benarkah?!" tanyanya dengan kaget lalu melirik ke belakang.
(Name) memegang erat pulpen hitamnya karena merasakan tatapan dari dua perempuan di depannya. (Name) berdoa dalam hati supaya mereka tidak menanyakan sesuatu pada (Name).
"Sawamura-chan boleh aku bertanya?"
Badan (Name) terperanjat mendengar seseorang memanggil namanya. Dia melihat dua perempuan itu yang menatap ke arahnya dengan pandangan bertanya. (Name) meneguk ludahnya kasar dan menganggukkan kepalanya.
Perempuan dengan rambut panjang tersenyum melihatnya. "Kemarin temanku melihat Sawamura-chan berjalan bersama seorang pria, bisa beritahu kami siapa dia?"
"U-uh... dimana umm kau melihatnya?" tanya (Name).
"Ah! Kemarin sore di depan restoran cepat saji. Aku mengira dia kakakmu, iya 'kan?" tebaknya dengan pandangan berharap.
Disaat keadaan seperti ini, dia malah mengingat saran Kuroo yang mengharuskannya untuk menetapkan status kekasih ini pada siapapun. Bukan hanya sebagai samaran dari kakaknya. Awalnya (Name) menolak karena ini terlihat berlebihan nanti dan takutnya malah menambah masalah, tetapi Kuroo dengan bibir ajaibnya berkata kalau semuanya akan baik-baik saja.
"Dia.. kekasihku," cicit (Name) yang membuat lawan bicaranya tidak mendengar jawaban dari gadis berambut (hair color).
"Siapa?" tanya mereka bersamaan.
"K-Kekasihku!" jawab (Name) dengan suara lantang dan berhasil menarik perhatian seluruh kelas.
Dua perempuan di depannya memasang wajah kaget. (Name) yang baru sadar kalau dia terlalu keras mengatakannya langsung menutup wajahnya dengan buku hingga menimbulkan suara keras karena terkena bagian depan wajahnya. Rasa sakit nan perih serta malu langsung menyerang ke arah (Name) secara bersamaan.
Sejak saat itu, Sawamura (Name) menjadi perbincangan hangat di kelasnya.
•°. *࿐
Kuroo keluar dari restoran itu dan mengikat jaket yang ada dipinggangnya kencang. Dia baru saja menyelesaikan pekerjaaan shift siangnya dan tidak sabar ingin pergi ke apartemen yang dia tempati bersama (Name). Kuroo bukannya memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, hanya saja hatinya mengatakan kalau (Name) 'lah gadis yang selama ini dia cari untuk mematahkan kutukan ini. Tinggal membuat perasaan saling suka ini tidak bertepuk sebelah tangan.
Apa benar Kuroo suka pada (Name)? Menurutnya iya, tapi apa dia yakin?
Memikirkan jawaban dari pertanyaan yang dia buat sendiri malah membuat kepalanya lumayan pusing. Perasaan seseorang itu lebih sulit daripada pelajarannya di sekolah.
"HEY HEY HEY!! AKAASHHI! ITU KUROO!"
"Jangan berteriak, Bokuto-san."
Kuroo berbalik karena dia mendengar suara familiar ditelinganya itu dan malah bertabrakan dengan burung hantu yang mendarat tepat di wajahnya. Kuroo mendesis sakit lalu menarik burung hantu itu dari wajahnya.
"Kuroo!! Kami mencarimu kemana-mana!!"
Kuroo mengernyitkan alisnya bingung. "Sungguh? Aku kira kau melupakan oh burung hantu~" ucap Kuroo dengan nada bernyanyi.
Akaashi mendarat di bahu Kuroo dengan nyaman dan aman. "Kuroo-san, bagaimana bisa kau berubah menjadi manusia?"
Kuroo melepas Bokuto dan membiarkan dia mendarat di atas kepalanya yang tertutup dengan topi itu lalu melirik ke sampingnya dimana burung hantu coklat Akaashi duduk dibahunya.
"Aku bertemu dengan gadis yang akan mematahkan kutukan kita!" jawab Kuroo dengan senyuman senang.
Bokuto mengepakkan sayapnya senang mendengarnya. "Siapa dia?! Aku ingin bertemu dengannya, Kuroo!"
Kuroo sepertinya tidak bisa terus menyembunyikan tentang kutukannya pada (Name). Jika dia ingin terbebas dari kutukan ini, maka dia harus menjelaskannya pada (Name). Mungkin.. dia akan menghapus bagian yang itu saja.
"Baiklah, ayo pergi ke rumah yang aku tempati dengannya," ucap Kuroo lalu melanjutkan langkahnya untuk pulang ke apartemen.
"Akaashi!! Kita akan bertemu dengan gadisnya Kuroo!!!"
"Iya, Bokuto-san," respon Akaashi dengan nada tenangnya.
"Aku yakin, Bokuto masih menyebalkan meski dalam wujud burung hantunya."
"Hey! Kau juga sama, Kuroo! Kucing licik!"
Jika dilihat dari sudut pandang orang lain, Kuroo terlihat berbicara dengan dua burubg hantu yang terdengar seperti kehilangan suaranya. Tetapi, Kuroo mengabaikannya dan tetap berbicara dengan dua temannya yang nyaman duduk di bahu serta di atas kepalanya itu. Meski cakaran kaki mereka agak membuat Kuroo kesakitan.
Kuroo harap, (Name) tidak jatuh pingsan setelah bertemu dengan mereka.
つづく
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐚𝐬𝐨𝐫𝐞𝐱𝐢𝐚 | K. TETSUROU
Fiksi Penggemar✧ Jangan mengada-ada! Aku tidak mungkin mencium kucing yang kuselamatkan itu yang sekarang... berubah menjadi manusia tampan?! Apa aku sudah gila?!! ✧ start → july 8 2020 end →