13 | 十三

1.4K 269 14
                                    

Setelah kontes saling menatap itu. Takumi mengajak Kuroo dan (Name) untuk makan bersama di meja yang sudah Takumi pesan. (Name) bisa bernafas lega karena suasana tegangnya berakhir cepat dari perkiraannya.

Kuroo duduk di samping (Name) dan manik emas kucingnya masih memperhatikan gerak-gerik Takumi. Dia memang terlihat mencurigakan.

"Aku tidak tahu Sawamura-chan sudah punya kekasih," ucap Takumi memulai pembicaraan.

(Name) memainkan jarinya ragu sambil menunjukkan senyum kecil ke arah pria berambut kuning itu. Kuroo yang sadar dengan rasa gugup itu memilih untuk angkat bicara. "Itu karena (Name)-chan tidak ingin semua orang tahu. Hubungan akan lebih menyenangkan jika dirahasiakan, iya 'kan?" ucap Kuroo menyeringai.

Takumi menganggukkan kepalanya mengerti dengan apa yang dikatakan Kuroo. Mereka masih melemparkan tatapan tidak suka atau sedang perang dingin lebih tepatnya. Kuroo tidak bodoh untuk menyadari kalau pria di depannya ini mencoba untuk merebut (Name) darinya.

"Oh, kalian pesan dulu makanannya, aku sudah pesan tadi."

"Biar aku yang pesankan, ya, (Name)-chan?" Kuroo mengambil buku menu sambil berkedip jahil ke arah (Name).

Otomatis wajah (Name) memerah malu dan yang parahnya lagi Kuroo menggodanya di tempat umum. Kuroo memang suka menggoda (Name) namun tujuan besarnya adalah membuat Takumi ini kepanasan melihat keromantisan mereka berdua.

"B-baiklah Ku― maksudku, Tetsurou-kun," jawab (Name) pelan lalu mengusap pipinya agar rasa malunya hilang.

Setelah Kuroo memesankan makanan untuknya dan (Name) ke pelayan, Kuroo tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya ke Takumi.

"Ada perlu apa Takumi bertemu dengan (Name)-chan?"

"Ah, itu aku ingin menawarkan sebuah posisi pekerjaan pada Sawamura-chan," jawab Takumi membenarkan postur tubuhnya jadi lebih tegap. Jarinya membereskan dasi kerjanya yang agak berantakan. "Kebetulan posisi asisten di tempat aku bekerja kosong karena asisten dulunya sudah pensiun karena umur, aku dengar dari adikku ada teman kelasnya yang rajin dan temannya itu adalah Sawamura-chan," jelas Takumi memberikan senyum hangat ke arah (Name).

"A-asisten?" ulang (Name) dengan raut terkejut begitu pula Kuroo yang ada di sampingnya.

"Benar sekali. Tidak jauh berbeda seperti asisten yang sering ditayangkan di televisi. Membuat rekapan, mengatur jadwal dan hal lainnya," tambah Takumi.

Kuroo mengedipkan kedua matanya berkali-kali. Dia tidak mungkin menerima (Name) menjadi asisten. Ditambah, (Name) sedang fokus kuliah karena tahun ini adalah tahun (Name) akan wisuda, jadi tidak mungkin (Name) membagi waktunya sambil bekerja. Kuroo khawatir jika (Name) berakhir sakit karena kelelahan.

"Hanya itu? Aku yakin Takumi tahu kalau (Name)-chan ini sedang kuliah dan sebentar lagi wisuda." Kuroo menaruh tangannya di atas tangan (Name) sambil mengusapnya pelan.

Takumi mengibaskan tangannya di depan wajah dan senyumannya masih belum luntur dari wajahnya. "Tentu saja aku tahu hal itu, jika Sawamura-chan menerima tawaranku ini, maka pekerjaan asistennya bisa penuh dan aku tidak akan mencari pengganti. Tinggal menunggu Sawamura-chan lulus."

(Name) jadi bingung mendengar penjelasan Takumi yang detail ini. (Name) tidak terlalu membutuhkan uang sekarang, namun biaya hidupnya bertambah ketika Kuroo, Akaashi dan Bokuto datang menginap di apartemennya. Uang dari orangtuanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama sebulan. Meski Kuroo bekerja, (Name) tetap merasa tidak enak. Bukan berarti (Name) menyalahkan kedatangan mereka membuat (Name) kesulitan, justru dia senang ada teman di apartemennya. Hanya saja, masalah uang ini benar-benar membuat (Name) berpikir berkali-kali soal tawaran Takumi.

"Apa aku bisa bekerja setelah kelulusanku nanti?"

Suara lembut (Name) itu membuat kedua pria di sana terkejut. Apalagi Kuroo, dia tidak bisa menerima (Name) harus lebih dekat lagi dengan pria kuning ini. Di sisi lain, Takumi senang mendapatkan respon yang dia inginkan keluar dari bibir (Name).

"Tentu saja! Lagipula tinggal beberapa bulan lagi 'kan?"

(Name) mengangguk pelan, "Iya, tapi aku pikirkan lagi tawaran dari Takumi-san. J-jadi bolehkah p-posisi asistennya j-jangan ditawarkan ke o-o-orang lain?" pinta (Name) gagap karena dia malu dan menurutnya terdengar lancang.

Takumi terkekeh melihat (Name) berbicara namun dia mengiyakan permintaan gadis berambut (hair color) itu. "Kalau begitu, aku tunggu jawabannya, Sawamura-chan."

"(Name)-chan yakin?" tanya Kuroo dengan nada khawatir.

(Name) menunjukkan senyum lembut ke arah Kuroo lalu membalas usapan tangan Kuroo itu yang berada di bawah meja. "Aku yakin, tapi aku pikirkan dulu, Tetsurou-kun."

Kuroo merasa lega karena (Name) tidak langsung menyetujuinya dan usapan lembut (Name) ditangannya ini membuat Kuroo ingin menciumnya lagi. Tidak disangka dirinya akan mendapatkan balasan hangat seperti ini dari (Name).

"Ini pesanannya."

Pelayan yang membawa pesanan mereka bertiga akhirnya datang. Mereka memakan pesanannya secara damai dan Takumi sering membuka pembicaraan. Kebanyakan topiknya mengenai pekerjaan yang dia tawarkan. Namun, Kuroo melihatnya kalau Takumi itu menggoda (Name) untuk segera menerima tawarannya ini. Membuat Kuroo kesal saja.

Ketika Kuroo meminum minumannya, dia baru mengingat sesuatu. Dia merasa belum mengucapkan seluruh namanya. (Name) juga memanggilnya dengan nama pertamanya. Lalu.. bagaimana Takumi tahu jika namanya Kuroo?

Tiba-tiba dia kembali melihat cahaya berkedip itu lagi, sepertinya dewa rubah itu tengah mengawasinya. Dia ingin bertemu dengan dewa rubah itu dan meminta penjelasan mengenai Takumi ini. Tetapi, dia tidak bisa meninggalkan (Name) berdua dengan pria lain.

"Aku izin ke toilet sebentar," (Name) berdiri dari tempat duduknya dan langsung pergi ke arah kamar mandi. Meninggalkan dua pria itu di meja.

Ini kesempatan Kuroo untuk bertemu dengan dewa rubah itu di luar.

"Sawamura-chan gadis yang polos, ya?"

Kuroo menatap bingung ke arah Takumi yang sedang memainkan sedotan di gelas minumannya. Senyuman hangatnya itu berubah jadi seringai yang menantang ke arah Kuroo.

"Dia memang gadis polos, jadi aku ingin menjauhkannya darimu."

"Wow, tidak tahan untuk memukulku, huh?" ucap Takumi dengan nada mengejek.

Jika saja mereka tidak berada di tempat umum, sudah dia cakar wajahnya Takumi daripada memukulnya.

"Aku tidak tahu apa tujuanmu mendekati (Name)-chan, yang terpenting kau tidak akan bisa mengambilnya dariku," tegas Kuroo dan manik emasnya sekilas menggelap.

"Aku juga sama, Kuroo. Aku tidak akan menyerahkan Sawamura-chan begitu saja padamu, hanya karena Kuroo kekasihnya," balas Takumi tidak mau kalah. "Lagipula, kita berdua sama-sama memiliki dewa yang membantu, iya 'kan, neko?"

Melihat (Name) yang sudah kembali dari kamar kecil itu, seringai Takumi berubah menjadi senyuman dan bersikap biasanya. Sedangkan Kuroo.. dia tengah menahan amarahnya.

"Maaf menunggu lama." (Name) kembali duduk sambil tersenyum maaf.

"Tidak apa-apa, nikmati lagi makanannya, Sawamura-chan!"

(Name) tersenyum lagi ke arah Takumi lalu dia menoleh ke arah Kuroo yang sedang menunduk itu. "Tetsurou-kun?"

"Oh, halo (Name)-chan." Kuroo mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah (Name) yang memberikan ekspresi khawatir ke arahnya.

"Tetsurou-kun baik-baik saja?"

Kuroo menunjukkan seringai andalannya lalu memasukkan kentang goreng ke mulut (Name) dan tentunya (Name) menerimanya dengan pipi merona.

"Aku baik, jangan khawatirkan aku, (Name)-chan. Sekarang, makan yang banyak, ya?"

つづく































selamat ulang tahun untuk de best jamet― maksudnya, untuk kuroo tetsurou ╰(▔∀▔)╯

𝐁𝐚𝐬𝐨𝐫𝐞𝐱𝐢𝐚 | K. TETSUROUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang