7

922 93 28
                                    

Levi adalah OMEGA.

Hal yang tidak pernah ia inginkan sejak dulu. Kalau bisa ia tidak ingin dilahirkan dengan kasta serendah itu. Dengan nasib yang seakan menertawakan dia. Hidupnya dan keberadaannya yang tidak lebih penting dari sekadar penghuni dunia yang sudah hancur ini. Dunia yang sejak awal memiliki dinding pembatas antar penghuninya yang masing-masing memiliki sebuah tugas masing-masing.

Omega sebagai pelayan dan melahirkan keturunan.

Alpha sebagai kasta tertinggi dan pengatur segalanya. Termasuk pasangannya sendiri, Omega.

Sebuah kasta yang tidak tertulis dalam dunia ini. Dimana sebuah keberadaan omega tidak lebih hanya sekedar barang sekali pakai yang tidak berguna. Tanpa alpha di sisinya, seorang omega tidak akan menjadi berguna. Sedangkan alpha sendiri?, Mereka bisa berdiri sendirian dan lebih dihormati oleh siapapun juga. Tidak akan ada yang menghormati omega bahkan memandanginya ketika ia tidak mempunyai pasangan berupa alpha di sisinya.

Dan itu adalah pembatas yang akan selalu ada hingga akhir dunia ini tercapai. Yakni adalah kematian itu sendiri.
.

.
Di jalanan kota terlihat kedua pasang saudara yang berjalan di antara remang cahaya lampu jalanan yang mulai dinyalakan dikala sinar mentari yang semakin memasuki tidurnya. Jalanan semakin sepi, dan Levi terus memegangi tangan Mikasa selama perjalanan tak berujung itu. Sudah beberapa jam sejak mereka berdua berjalan tidak tentu arah. Tanpa tempat tinggal dan tanpa tujuan apapun.

Kehidupan lama kini berbalik lagi pada Levi dan Mikasa. Tidak ada yang berubah, maupun spesial. Semuanya kembali lagi seolah memang itulah kodrat sebenarnya dari kehidupan mereka sesusah apapun Levi berusaha keras untuk merubah kehidupan mereka menjadi lebih baik. Semuanya akan kembali, dimana mereka akan tidur di jalanan. Hanya mereka berdua. Memandangi dalam diam orang orang yang berlalu lalang di kala malam yang menjelang.

Dan Mikasa, adiknya yang akan memeluk selimut usang di tepi jalanan itu. Levi memandang dalam diam. Ia sama sekali tidak berguna. Tidak akan ada yang mau menerima kasta rendah apalagi omega seperti dirinya. Omega disini adalah sosok yang lemah, tidak bisa apa-apa dan mudah di lecehkan. Yang artinya -dikotorkan-. Sekuat apapun ia berusaha hal itu tidak akan bisa lepas dari pandangan manusia yang sombong itu.

Mereka egois, mementingkan diri mereka sendiri.

Mereka sombong, merasa diri benar dan paling tinggi.

Dan mereka itu individual. Yang terpenting diri mereka berhasil,   orang lain bukanlah penghalang dan bisa diabaikan begitu saja. Dan mungkin bisa dimanfaatkan untuk kepentingannya.

Levi tidak bisa percaya siapapun. Termasuk Eren yang merupakan pasangannya. Mereka tidak lebih hanya seperti pasangan kontrak. Hanya Mikasa, adik kecilnya yang dapat ia percayai. Ia hidup hanya demi gadis manisnya ini. Gadis manis lugu yang merupakan adik kandungnya sendiri. Gadis yang merupakan keluarganya yang tersisa sejak insiden itu.

Bruk!

Levi terjatuh , kakinya mengenai batu yang tak terlihat dikala penerangan malam itu. Mikasa memandangi khawatir. Ia mulai kedinginan. Levi hanya menatap datar, tidak meringis. Meskipun kakinya mulai berdarah, sudah biasa. Levi berhenti sejenak. Meraih jas yang ia kenakan itu, benda mahal sudah tidak ada gunanya lagi. Levi memberikan jas itu menutupi tubuh mungil Mikasa yang kecil itu. Ia sendiri tidak apa-apa , ia bisa menahan semuanya seperti 'biasanya'.

Mikasa meraih lengan Levi dengan wajah manisnya yang tampak meringis sedih, "Kak, gak kedinginan?. Mika gak apa-apa. Ini gak terlalu dingin seperti yang dulunya. Mika tahan. Kaki kakak berdarah, mika obatin ya" seru mika. Ia merobek celana pendeknya dan memasangnya pada luka kakaknya itu.

Can't I Save You? (EreRi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang