12

649 52 6
                                    

Saudara, sebuah jalinan kasih yang terhubung dengan sebuah ikatan darah murni. Seumur hidup , bagi Levi. Keluarganya satu satunya hanyalah mikasa. Adik manis satu-satunya dari keluarga Ackerman. Keluarga yang miskin, dan terbengkalai penuh dengan dosa-dosa yang bertebaran tiada tara. Kami termasuk dalam keluarga kotor dan kumuh. Hidup dalam sebuah dosa , dan kekejaman duniawi yang gelap. Mendorong Levi dan Mikasa untuk bertahan hidup dalam dunia itu.

Entah tidak terhitung sudah beberapa kali, Levi dipukuli demi melindungi adiknya itu. Adiknya yang masih murni dan sangat kecil. Ayah dan ibu sama sama tidak pernah sekalipun menyayangi kami, mereka selalu mabuk-mabukan memukuli dan berbicara dengan keuangan yang sangat susah. Mencuri dan melakukan apapun, mereka hanya menghabiskan uangnya dan Levi harus mencari uang dengan mencuri dan melakukan hal-hal lainnya. Demi Mikasa, adiknya masih membutuhkan susu asi. Ia tidak bisa melihat adiknya kelaparan, adiknya yang manis. Hanya itu satu-satunya yang menjadi bagian bertahan dari Levi untuk bertahan.

Bertahan dalam kehidupan ini.
.

.
Levi hanya duduk dibalik kayu rapuh yang penuh lubang itu. Rumah kumuh, yang mungkin tidak lama lagi akan hancur. Menyisakan keluarga hancur mereka ini. Ia melihat saudari kandungnya yang tengah asyik meminum susu di botol. Levi terdiam saja, dengan kondisi tubuh yang kumuh. Bekas darah yang mengalir di bajunya yang sudah compang-camping itu.

"Mnh...Nn.." seru Mikasa. Gadis manis kecil itu, saat itu Levi berumur 6 tahun. Adiknya masih berusia 1 tahun. Masih sangat kecil, seperti boneka. Tangan mungilnya memegang jemari Levi yang diletakkan di atas lantai yang kotor itu. Levi menoleh melihat adiknya yang ia letakkan diatas kardus yang masih bersih. Adiknya, Mikasa tersenyum dengan polosnya. Rambutnya yang baru tumbuh berwarna hitam legam serupa dengan dirinya. Levi sedikit menunduk saat sang adik ingin memanggilnya saat itu.

Srek!

Levi membulatkan matanya saat merasakan kalau tangan mungil sang adik mengelus surai nya itu. Ia mengangkat kepalanya dan jarinya masih mengelus surai pendek Levi yang terurai di pipinya itu. Lalu ia tersenyum dengan cerianya, tampak sangat bahagia. Binar mata yang Levi rasa sudah mulai menghilang dari dirinya ada pada Mikasa. Perlahan binar yang tersisa itu muncul di kedua mata Levi, sebuah binar yang lembut. Ia memegang jari jemari yang kecil itu. Menjawab senyuman nya yang sungguh sangat manis.

"Kau tumbuh yang besar, jangan seperti diriku" ujar singkat Levi mengelus rambutnya. Mikasa hanya melihat tidak mengerti seperti anak kecil, kedua binar mata berwarna hitam yang melihat ke arah Levi, didalam matanya terdapat gambar kakak nya tersayangnya yang selalu terekam disana. Kakak yang selalu bersama dengannya, kakak yang selalu ada disisinya. Dan kakak yang sayang padanya sebagai sebuah keluarga.

Bruk!

Levi langsung menarik sang adik ke belakang lemari usang yang memiliki celah disana. Ia masih meminum susu, jadi tidak akan berisik. Levi langsung berdiri memandang dengan wajahnya yang kembali sangat datar.

Dibalik pintu yang dibuka paksa. Sosok itu muncul, ayah yang mabuk-mabukan. Dia melihat dengan rabun kearah Levi dan langsung meminum lagi racun itu. Ia berjalan sempoyongan dan Levi menghindarinya.

"KH, mana adik berisik itu!. Dasar anak bayi gak berguna. Setiap hari nyusahin saja dengan suara berisiknya itu" gumam ayahnya tidak jelas. Ia melihat kearah Levi, melotot kearahnya.

"Mana anak itu?" Serunya.

"..." Levi hanya diam, lalu ia menoleh dingin kearah lainnya menghindari ayahnya itu.

"Tidak tau" serunya singkat. Ayah nya menjadi geram, selalu saja seperti ini. Ia meraih dengan kasar pundak kecil Levi yang masihlah rapuh itu.

"Dasar anak ini!. Aku ini orang tuamu!, Kurang ajar!"

Can't I Save You? (EreRi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang