4

1.1K 110 10
                                    

Levi turun dari mobil yang dia tempati beberapa saat. Malam sudah menjelang dengan bulan yang bersinar di langit kelam. Levi turun dari mobil setelah Eren keluar dan berjalan ke arah rumah nya. Levi menutup pintu mobil dan beranjak ke rumah itu. Eren sedang lelah, beranjak ke arah kamarnya dan langsung terkapar di atas kasurnya.

Levi masuk ke dalam kamarnya sendiri. Eren selalu tidur di kamar berbeda saat mabuk. Ia tidak mau bersama Levi, rumah besar milik Eren memiliki sangat banyak ruangan kosong. Melihat kearah jam yang sudah lewat tengah malam. Ia masuk ke arah kamarnya. Kasur king size untuk dua orang yang kosong. Wajah Levi yang selalu datar dan begitu dingin. Ia membuka jas dengan tenang dan mengantinya dengan pakaian piyama tidurnya.

Dan seperti biasanya. Seolah hal tersebut tidak terpengaruh. Levi selalu dalam batasan. Ia tidak suka tunduk pada siapapun dan selalu tenang. Kekejaman selalu melekat dalam diri Levi. Dan Levi tidak peduli dengan fakta akan hal itu. Ia tidak peduli dengan pandangan orang pada dirinya. Ia tidak peduli jika dia dianggap tidak berperasaan. Karena dalam hal itu, benar. Levi sama sekali tidak peduli bahkan jika semua orang membencinya. Ia bahkan tidak peduli ketika dia dihindari oleh semuanya.
.

.
Eren mengeliat di tempat tidur empuknya dengan nyaman. Ia membuka kedua manik hijaunya perlahan. Sepertinya ia mabuk lagi kemarin. Eren melihat jam dinding yang tertempel di atas kasurnya itu. Sudah siang, dan hari ini seharusnya Eren sudah mulai bekerja. Tapi ia sudah terlalu lelah, dan memilih untuk beristirahat malam ini. Melihat kearah sekitar kamar, ia merasa gerah dan melepaskan pakaian yang belum dia lepaskan sejak kemarin. Eren melepaskan dasi yang di kenakan-nya , tubuh kekar milik Eren terlihat dan sangat menggoda. Eren menjilati bibirnya perlahan dan mulai membuka jas yang menutupi seluruh tubuhnya itu.

"Huh, keringat sialan" desah Eren dan ia harus segera mandi. Eren mengambil handuk kecil yang ada di lemari dan beranjak ke arah kamar mandi besar yang terletak di kamarnya itu.

Air jernih perlahan turun menetes dari surai rambut coklat eren. Eren membiarkan surai itu jatuh perlahan menutupi dahi Eren. Eren menatap tajam ke arah depan dari balik surai tipis basah milik Eren yang menutupi sebagian wajahnya itu. Tidak lama Eren menyelesaikan mandi singkatnya itu. Ia menaruh handuk kecil itu di sekitaran lehernya. Tangan kanannya mulai meraih ujung handuk dan mengeringkan rambut coklat basah miliknya usai mandi.

Ia melihat kearah foto yang terlampir selalu di atas meja itu. Foto yang selalu ada di setiap kamar yang ia tempati. Foto yang juga ada dalam ukuran yang lebih besar di ruang tamu besar di rumahnya. Didalam foto itu terdapat gambar pasangan yang tampak bahagia disana. Itu adalah sebuah kebohongan, hanyalah sebuah kepalsuan yang tertangkapnya dalam kamera. Mereka tidak pernah bahagia, bahkan disaat pertama bertemu. Tidak ada rasa aneh yang timbul. Hanya ada perasaan asing, kami berdua hanyalah orang asing.

Foto dimana Levi dan Eren dengan balutan pakaian elegan pernikahan. Eren yang tampan dan Levi yang anggun. Mereka tidak tampak seperti pasangan alpha dan omega biasa. Levi lebih tampak seperti alpha yang tegas dan cool. Eren menyipitkan kedua matanya ke arah foto itu. Dengan acuh, ia meraih pakaian santai di lemari. Hari ini ia akan beristirahat saja. Persetan, pada pekerjaan membosankan itu. Ia harus bahagia, kesenangan dan kebahagiaan. Itulah kehidupan Eren yang sempurna baginya.
.

.
Ia teringat saat pertama kali bertemu dengan Levi. Bertemu tidak tepat, lebih tepatnya Eren yang menyadari tentang Levi tanpa sadar. Eren yang masih kecil berkeliling jepang dengan ayah dan ibunya. Keluarga Eren bahagia, mereka akur dan kaya. Sebuah definisi sempurna.

Waktu itu. Tanpa sadar, Eren kecil. Berusia sekitar 10 tahun. Dia mencium aroma manis yang aneh. Eren melihat kearah sosok anak kecil seumuran dengannya dan dia bersama dengan gadis yang jauh lebih kecil. Untuk sesaat Eren terdiam melihatnya. Aroma itu berasal darinya, ia tau itu. Waktu itu Eren tidak sadar kalau itu adalah dimana tidak seharusnya ia bertemu dengan Levi. Waktu yang tidak tepat. Dan dirinya yang terlalu polos dan kekanak-kanakan saat itu.

Can't I Save You? (EreRi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang