" Devann...! Yah jangan dihabisin dong airnya." teriakku kesal pada Devan yang memasang watados meminum air mineralku.Gak tahu apa jalan ke kantin itu capek. Kelasku berada di ujung selatan di lantai dua sedangkan kantin di ujung utara lantai satu.
" Aku haus kalo aku pingsan karena dehidrasi kamu yang bakal aku salahin Ra. Sesama temen itu juga harus tolong menolong. " sahutnya sambil terus minum. Alay emang nih anak, separah apa dehidrasinya sampe bawa-bawa pingsan segala.
"Males banget nolongi elo. Kalau minta baik-baik gapapa." Aku berdecak kesal bukan tanpa alasan.
Saat aku baru masuk kelas Devan yang melihatku membawa botol minuman menghampiriku. Hanya mengatakan minta tanpa menunggu persetujuan ku dia langsung mengambilnya dari tanganku. Minta apa nggrampok coba. Devan menyudahi minumnya dan menutup botol yang isinya tinggal seuprit.
"Nih minumanmu. Pelit banget jadi orang." Meletakan botol di meja depanku.
" Ngrampok ini mah namanya " gumamku melihat isi botol tinggal sdikit." Abisin aja sekalian. " sambungku mlempar botol padanya.
" Gak ikhlas amat. Tinggal dikit aja dikasih orang." namun tetap saja ia habiskan. Ku balas pelototan mata, ia hanya cengar cengir menampilkan giginya.
Jelas jelas itu botol isinya masih utuh waktu ia memintanya secara paksa. Duh ni anak emang nyebelin. Waktu awal perkenalan ku kira ia anaknya anteng, pendiam dan gak banyak tingkah eh ternyata itu hanya kedoknya lama lama muncul sifat aslinya ngeselin minta ampu, ngeyelan banget ga mau mendengarkan orang juga.
" Ada lagi gak tapi yang manis manis?" tanyanya meremas botol dan melemparnya ke tempat sampah di pojokan kelas.
Sebenarnya sih itu timba pel tapi dijadikan tempat sampah sama anak laki-laki yang emang dasar pemalas.
" Ada sih tapi kamu ga bakalan suka. Mau?" Pertanyaannya ku balas dengan pertanyaan lainnya.
" Kalau bisa dimakan maulah. Apaan?" Jawab Devan dengan nada curiga. Aku menggelengkan kepala maksudku bukan makanan.
"Nih orang di depanmu, maniskan." Jawabku memasang tampang sok imut yang mungkin malah kelihatan amit amit.
Ia memperhatikanku dengan seksama memasang ekspresi berpikir cukup lama. Jengah. Aku memutar bola mata jadi pengen mencolok matanya lama-lama.
" Hm..lo mah pahit." Katanya melemparku dengan botol aqua entah dari mana.
Ku tangkap botol itu dan kugunakan untuk menimpuk kepala Devan tapi ia menghindar. Ku julurkan lidah padanya dia membalas hal serupa. Kupalingkan wajah membenahi duduk ku menghadap depan. Kenapa setan itu harus duduk di bangku belakangku sih.
Vanesha, Elisa dan Melly belum kembali dari toilet mungkin mampir ke kantin sekalian. Emang anak cewek kelasku mah sukanya pergi rame rame, aku juga sih hehe. Aku makan camilan buka instagram dengan tenang sebelum tangan kurang ajar menarik narik seragamku dari belakang. Aku menoleh dengan memandangnya horor.
" Air lagi dong, " Pinta Devan dengan memelas. Kujawab dengan gelengan kepala.
" Haus banget ya, tuh diluar ada kran." Aku menunjuk kran di luar dengan dagu.
"Makasih sarannya membantu sekali." Devan mencibir aku tertawa jahat.
Diluar dugaan Devan beneran berjalan menuju wastafel. Ia mencuci muka dan menyiram rambut kepalanya. Jangan berimajinasi dia bakal kaya opa Korea yang so damn hot. Pada kenyataannya ia berpotongan ala tentara alias gundul hampir ga ada rambut.
"Habis ngapain emang hausnya ngalahi ikan paus?" ganti aku yang bertanya dari ambang pintu, baru sadar melihat anak laki laki lain pada kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can Be
Teen FictionKita selalu punya cerita masa remaja tapi tidak punya cukup waktu untuk menuliskannya. Sekedar mengingat bagaimana kita tumbuh di masa itu hingga bagaimana kita menjadi sekarang. (How Can Be) Kalau menurut bilangan biner nggak ada angka dua, tiga da...