Kita selalu punya cerita masa remaja tapi tidak punya cukup waktu untuk menuliskannya. Sekedar mengingat bagaimana kita tumbuh di masa itu hingga bagaimana kita menjadi sekarang. (How Can Be)
Kalau menurut bilangan biner nggak ada angka dua, tiga da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari paling malesin ya Hari Senin. Rasanya males bangun pengen tidur seharian. Mana di mulai dengan Upacara Bendera apalagi kalau langitnya cerah kaya hari ini. Bikin gerah hati.
Lagi beli tas kecil niat hati biar ga cape gendong nya berat. Jatuhnya malah ribet. Buku gede ga muat alhasil aku harus menentengnya dengan tangan. Jangan salah fokus sama gambar dikira aku anak rajin bin pintar wkwk.
Mampus aku belum ngerjain tugas matematika. Kupercepat langkah ku menuju kelas. Sampai aku melihat Aira berhenti sejenak.
Dia memakai seragam lengkap plus almamater dengan rambut hitam panjangnya tergerai. Headset yang dipakainya menambahkan kesan manis. Apalagi dia tersenyum sumringah menikmati jalannya. Sebagai perempuan aku mengangguminya. Mulai dari sikap dan pembawaannya. She totally perfect.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ohayou Aira Chan." Aku menepuk pundaknya pelan. Aira menoleh dengan senyuman yang semakin lebar membuatku lupa sejenak akan tugas matematika.
"Selamat pagi Hera." Aku tersenyum padanya dan kami melanjutkan langkah.
"Kamu terlihat riang pagi ini." Aku mengernyit kan dahi. Nggak kebalik ya?
"Hem nggak sih. Malah lagi khawatir sama tugas matematika."
Kenapa jarak parkiran ke kelas jauh sih. Salahkan kelasmu yang ada di gedung paling belakang lantai dua pula. Sampai kelas udah capek naik tangga ga ada tenaga untuk berpikir dan ngerjain tugas.
" Tenang aku juga belum selesai kok. Tapi emang kamu kelihatan ringan sih pagi ini."
"Benarkah?" Aira mengangguk.
"Udah baikan sama Devan ya?"
"Eh?" Aku tidak berpikir demikian. Bagaimana dia menyimpulkan seperti itu.
"Hm? Kalian kemaren kan ikut Diklat bareng. Memanfaatkan moment untuk kebaikan." Aku tertawa sumbang mendengar penjelasannya.
"Hm iya sih. Udah balikan lagi si Devan as usually." Aku heran Aira terlihat kaget mendengar jawabanku.
