Merasa bersalah itu tidak enak padahal itu bukan sepenuhnya kesalahanmu. Mendingkan berantem beneran daripada diam- diaman karena hal yang nggak jelas.
Kalau berantem atau saling hujat kamu bisa menyalahkan orang lain karena mereka beneran bersalah. Tapi kalau rasa bersalah karena kamu nggak tahu letak permasalahannya akan membuatmu bingung sendiri. Di mulut doang bilang bodoamat tapi aslinya memikirkan gimana mengatasinya.
Si setan Devan beneran marah. Ia sudah mendiamiku selama tiga hari. Kami tidak terlibat percakapan bahkan menyapa pun tidak. Bukannya aku tidak berusaha berdamai dengan nya namun aura gelap dan hawa dingin di sekelilingnya membuatku nyaliku menciut.
Bahkan saat aku menoleh ke belakang ia langsung pindah tempat duduk seolah tau aku akan memanggil namanya. Selama pelajaranpun aku tidak berani menoleh ke belakang.
Aku menggigit bibir merasa kedutan. Aku baru tahu kalo ada lelaki sesensitif itu.
"Kenapa lo neng?" tanya Elisa yang duduk di sampingku.
Akhir-akhir ini aku, Vanesha, Elisa dan Melly sering ribut memperebutkan tempat duduk karena tidak ingin berada di bangku paling depan. Si Vane yang suka nelat seolah langsung tobat berngkat lebih pagi setiap harinya.
Hanya tadi pagi keduluan si Elisa. Mereka berlarian dari luar dari arah berlawanan seperti orang balapan. Ada-ada aja deh.
"Gapape neng. Sehat wal afiat aku." Jawabku sekenanya.
"Gembel banget."Ia tertawa.
"Kelihatan kali kamu merhatiin Devan. Ngerasa bersalahkah atau kamu ngerasa ada yang hilang." Elisa menghembuskan napas pelan.
"Kamu juga nggak sepicicilan biasanya Ra." Sambung Elisa.
"Sebel doang ada gitu makhluk kaya Devan, bicaranya sampe tingkahnya ngeselin banget, diam juga ngeselin." Tanpa sadar aku terlalu bersungut-sungut.
"Tapi senengkan kamu digangguin Devan." Elisa tertawa lagi.
"Seneng pengen gebukin sih iya." Baru kali ini aku kesal dan gemas secara bersamaan.
"Hilih. Lihat aja kalau nanti kamu suka." Elisa tertawa lagi.
Aku mendengus mendengarnya semakin meledekku. Saat aku ingin menjawab kulihat Pak Heru guru Siskomdig masuk menutup pintu. Beliau bermuka sangar bertubuh gempal dan berkumis lebat.
"Selamat siang menuju pagi anak-anak." Kelas dimulai dengan sapaan garing beliau. Sebagai bentuk kesopanan anak-anak tetap tertawa mendengarnya.
"Pagi menuju siang pak." Jawab kami serentak
"Bapak pikir kalian sudah lelah belajar ternyata masih fokus siap dihajar pelajaran." Tutur beliau disambut ringisan kami dilanjut tawa sumbang mengiyakan.
"Bapak hari ini akan memberikan kalian sebuah permasalahan kalian harus menemukan penyelesainnya. Saya beri waktu 10 menit. Kemudian setiap kelompok bergantian maju ke depan mempresentasikan. Kelompoknya sesuai minggu kemarin." Titah Pak Heru menuliskan soal di papan tulis.
Kami buru-buru membentuk kelompok. Kebetulan aku satu kelompok dengan Vanesha, Aldo dan Rafi. Aku dan Vanesha malas pindah mengusir Melly dan Elisa pergi sehingga dapat diisi Rafi dan Aldo.
Jadi kami diberi tugas berupa pernyataan singkat.
Pernyataan:1. Tentukan kombinasi masukan x1, x0, y1, dan y0 yang akan menjadikan Z=1!
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can Be
Teen FictionKita selalu punya cerita masa remaja tapi tidak punya cukup waktu untuk menuliskannya. Sekedar mengingat bagaimana kita tumbuh di masa itu hingga bagaimana kita menjadi sekarang. (How Can Be) Kalau menurut bilangan biner nggak ada angka dua, tiga da...